Mendengar kemungkinan yang terjadi, pangeran itu pun berpikir ulang. "Suruh jenderal itu pergi!"
Tidak ada yang dapat melawan titah dari pangeran. Ketika dirinya sudah mengeluarkan kata-kata, bahkan perintah, ia tak bisa lagi dilawan.
Rox, nama jenderal itu, tak tinggal diam. Ia mungkin sudah merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan sejak lama.
"Aku sudah tak sudi lagi memanggilnya pangeran!"
Gumamnya, tetapi sang pangeran masih tetap teguh meski ia mendengarkan gumaman itu.
Apa maksudnya dengan tak sudi, seakan-akan memanggilku pangeran adalah sebuah pilihan?
Pangeran naik ke singgasananya. Namun hatinya masih bertanya, apakah seluruh keputusan yang diambil selama ini sudah tepat?
"Dasar pangeran tidak berguna!" kata Rox. Penghinaan yang terjadi itu tidak ditanggapi oleh pangeran meski ia pun mendenga hal itu dengan jelas.
Namun, ia tetap pada tempatnya. Tanpa bergeming, meski ia pun meragukan dirinya sendiri.