Julian mendorong Rayn dengan perlahan karena ia sendiri sedang dalam kondisi tidak nyaman dengan tubuhnya.
"Pak?" tanya Rayn yang mendadak merasakan sesuatu yang tidak seperti biasanya, "Pak Julian sakit?"
Julian tersenyum tetapi tidak mengatakan apa-apa. Ia mendorong Rayn yang sedang duduk di atas kursi roda dan sedang mendongakkan kepalanya itu. "Pak? kenapa cuma senyum? kayaknya mata Pak Julian jadi kayak mata panda!"
Julian semakin tertawa. Tentu saja ia tertawa dengan menutup mulutnya. Namun, ia masih diam dan enggan untuk menjawab pertanyaan dari Rayn.
"Pak, kita makan bersama di sana, ya?" Rayn terasa seperti sedang bermanjaan dengan ayahnya.
"Ya, Tuan." Julian menjawab singkat sambil menekan tombol lift yang ada di hadapannya.
Mereka menunggu pintu lift itu terbuka. Jika dilihat dari layar yang ada di atas pintu, lift masih berada di tiga lantai di bawah mereka. Untuk sampai ke atas, tentu saja membutuhkan waktu.