"Ardan, kamu mau kemana malam-malam gini?" tanya Ardan.
"Aku sedang ada urusan sebentar Sayang." Ardan menjawab sambil mengenakan kaosnya.
"Jangan bilang urusan kamu soal masalah tadi pagi?" Arini bangkit dari tempat tidur, menutup tubuhnya dengan selimut.
Ardan lalu mendekati Arini. "Orang seperti itu harus diberi pelajaran Sayang," jawab Ardan sambil mengusap lembut rambut sang istri.
"Jangan Ardan! Biarkan saja, lagi pula aku baik-baik saja kan." Arini memeluk perut Ardan yang saat itu berdiri.
"Bukan masalah kamu baik-baik saja, tapi dia harus mendapat pelajaran."
"Memangnya siapa dia?" tanya Arini polos.
"Aku juga tidak tahu siapa dia Sayang. Haaah ... sebaiknya aku cepat pergi sebelum malam bertambah larut." Ardan melepaskan pelukan Arini dan berlalu pergi.
"Ardan! Ardan!" teriak Arini. Ia ingin menahan, tapi sepertinya percuma saja. Ardan sudah dipenuhi emosi.