"Baby, aku berangkat dulu." Ardan mengecup singkat kening sang istri.
"Iya, cepat pulang!" jawab Arini dengan manja. Ia lalu memeluk tubuh tinggi Ardan.
"Iya, akan aku usahakan. Kamu baik-baik di sini, kalau mau pulang ke apartemen, minta antar supir," ucap Ardan seraya tangannya jahil meremas pantat sang istri.
"Ardan! Jahil banget sih! Kalau ada yang lihat gimana?" protes Arini.
"Apa peduli mereka? Aku Tuan disini, jadi terserah aku melakukan apapun," jawab Ardan.
"Iiisshh ... gak boleh gitu. Udah sana berangkat!" Arini melepas pelukannya.
"Kiss me!" Ardan memajukan bibirnya meminta cium dari sang istri.
Arini yang tingginya hanya sebahu Ardan pun berjinjit untuk dapat mencium, tapi Ardan malah mengerjainya dengan ikut berjinjit, sehingga Arini semakin kesusahan untuk mencium.
"Hubby! Suka banget ngerjain aku!" protes Arini.
Ardan tersenyum, ia lalu menundukan tubuhnya agar sang istri bisa menciumnya.
"Makanya, berdiri!" ejek Ardan.