"Jidat kamu gak papa?" Ardan memegang jidat Arini yang memerah karena terbentur pintu tadi.
"Ini semua gara-gara kamu!" tuduh Arini.
"Kok nyalahin aku, kan kamu yang jalan gak lihat-lihat kalo pintunya tertutup?" jawab Ardan seraya fokus pada jalanan, karena saat ini ia sedang mengemudi.
"Tapi kamu kan yang bikin aku jadi badmood kaya gini? Nyebelin!" balas Arini.
"Ya ya aku minta maaf Sayang, maaf ya Arini Elina Putri, istriku yang cantik dan yang paling seksi," ujar Ardan seraya memegang tangan sang istri.
Arini memutar bola matanya malas mendengar rayuan Ardan yang terdengar lebay itu.
Tidak lama perjalanan, mereka akhirnya sampai di makam Maria. Ardan dan Arini pun turun dengan membawa bunga yang mereka beli tadi.
"Siang Oma," ucap Arini seraya mengambil bunga lili yang sudah layu dan menggantinya dengan yang baru.
Arini dan Ardan memanjatkan doa sesuai keyakinan yang mereka percayai.
"Sayang, ayo! Kita sudah ditunggu," ujar Ardan.
