"Sayang! Ayo bangun! Kamu tidak mau pulang?"
Ini sudah kesekian kalinya Ardan membangunkan Arini yang sejak tadi ia tinggal.
"Eeuuhh ..." Arini hanya melenguh dengan mata yang masih terpejam.
Merasa tidak diperdulikan, Ardan pun ikut merebahkan tubunya di samping sang istri sambil memainkan hidung, mata, bibir dan pipi sang istri.
Arini yang merasa terganggu menjadi kesal, ia pun terpaksa membuka matanya.
"Ardan!" ujar Arini.
"Ya Sayang," jawab Ardan dengan wajah nakalnya.
Arini pun bangkit. "Memangnya kamu sudah selesai?" tanya Arini sambil menggeliat.
Ardan memeluk tubuh Arini yang terlihat menantang itu. "Sudah."
"Aduh!" pekik Arini saat tangan Ardan tidak sengaja mengenai luka di perutnya.
Ardan sontak melepas pelukannya. "Maaf Sayang, aku lupa. Kamu gak apa-apa kan? Aku benar-benar tidak sengaja," ujar Ardan panik, takut tangannya mengenai luka sang istri cukup keras.
Arini menggeleng. "Aku tidak apa-apa, hany sedikit perih," jawab Arini.