Sean pun keluar dari ruangan Ardan, hatinya sedikit lega karena lebih bisa menahan egonya. Walaupun di dalam hatinya sebenarnya sangatlah sakit dan sesak, tapi ia harus melakukannya, ia tidak akan pernah bisa menjalani hidup normal jika terus menyimpan rasanya.
Di depan pintu ruangan Ardan, Sean bertemu dengan Heri yang saat itu mungkin sedang berjaga atau mungkin mendengarkan percakapan mereka. Sean tersenyum jahil pada Heri yang mungkin seumuran dengannya itu.
"Konyol sekali wajahnya," celoteh Sean sambil menahan tawa. Setelah itu Sean pun pergi.
Di lantai berikutnya ketika Sean keluar dari lift, ia melihat Arini dan Mirae yang berjalan dengan terburu-buru.
"Arini? Mirae?" Sean pun mengejar kedua perempuan itu.
"Arini! Mirae!" panggil Sean.
Hanya Mirae yang mendengar itu, sedangkan Arini terus berjalan.
"Sean?" Mirae kebingungan, mau mengejar Arini ataupun berhenti karena Sean memanggil.
"Mirae! Kalian berdua ngapain disini?" tanya Sean.