"Ardan, bangun!" Air mata Arini mengalir dengan deras.
"Aku mohon bangun, jangan tinggalkan aku!" teriak Arini sambil memangku kepala sang suami.
"Aku belum siap kehilanganmu, sampai kapan pun aku tidak akan siap." Tangisan Arini bertambah nyaring di tempat sepi yang tidak ia ketahui dimana.
Sendirian, Arini sendirian dalam tangis dan juga kesedihan yang ia alami. Kehilangan adalah hal yang paling ia benci, karena kehilangan ia kesepian, karena kehilangan ia menangis dan terluka.
Tangan Arini tiba-tiba saja ditarik oleh seseorang yang tidak ia kenal, menarik paksa Arini.
"Lepaskan! Aku tidak mau ikut denganmu!"
Pria misterius itu tak menggubris, ia terus menyeret Arini menjauh dari Ardan yang sudah tergeletak tak bernyawa.
"Lepaskan! Lepaskan!" Arini terus berteriak sambil menangis.
"Sayang, bangun! Bangun!"
"Arda! Ardan!" Mata Arini tertutup tapi bibirnya berucap.
"Sayang, sadarlah! Ini aku." Ardan menepuk pelan pipi sang istri yang bermimpi itu.