"A—ada apa Presdir?" tanya Digo gugup.
"Tidak ada apa-apa hanya ingin mengenal lebih dekat teman istriku," jawab Ardan seraya melepas jas dan meletakkannya di bahu kursi.
"Sejak kapan kau dekat dengan istriku?" Ardan bertanya dengan mengintrogasi.
"Se—sejak dia pertama kali masuk," jawab Digo bertambah gugup. Darahnya tiba-tiba mengalir dengan cepat.
Introgasi itu berlanjut cukup lama, hingga Ardan merasa puas ia baru mengakhirinya.
"Ini alamatnya!" Ardan menyerahkan secarik kertas pada Digo. "Jangan terlambat malam ini!"
"Ba—baik Tuan."
Digo pun akhirnya keluar dari ruangan Ardan dengan hati lega.
Sedangkan Ardan, setelah Digo keluar pria itu menghubungi timnya yang sedang merekam suara dari Digo.
"Akan aku lihat nanti hasilnya," ujar Ardan. Pria itu bersiap memulai pekerjaannya.
Di tempat berbeda.