"Bukankah aku sudah bilang berkali-kali, tidak ya tetap tidak!"
"Apa kamu mau aku mati karena bosan di tempat ini?"
"Kamu bisa meneruskan hobimu menggambar, soal alatnya aku akan membelikan nanti, Heri akan mengantarnya."
"Tapi tetap saja bosan."
Suara Arini melemah, perdebatannya bersama Ardan pagi ini sangat menguras emosinya. Pria itu tetap tidak mengizinkannya untuk bekerja, alasannya sangat sepele karena tidak ingin sang istri berkeliaran di luar dan bertemu pria lain. Bukankah itu kekanak-kanakan sekali?
Arini mendengus kesal, ia menghentakan kakinya lalu bangkit dari duduknya dan meninggalkan Ardan di meja makan sendiri.
Ardan memijat keningnya, istrinya itu sangat keras kepala. Tidak jauh berbeda dengannya. Ia pun mengejar Arini ke balkon. Perempuan itu tengah berdiri menghadap luar dengan mulut yang menggerutu tidak jelas. Ardan pun menghampirinya.
"Baby ..." Ardan memeluk Arini dari belakang. Namun Arini langsung menghindar.