Satu jam sudah Arini berada di depan cermin, ia bingung harus melakukan apa dengan bercak merah di bagian lehernya. Sedangkan di bagian yang lain ia bisa menutupinya dengan mengenakan pakaian panjang, sedangkan di leher? Bagian di area itu sulit ditutupi.
"Kenapa susah sekali menyamarkannya?" Arini membanting foundation yang tadi ia gunakan untuk menyamarkan bekas kemerahan di lehernya.
"Apa masih lama?" teriak Ardan dari balik pintu kamar Arini.
Arini pun mau tidak mau harus menggunakan pakaian yang menutupi lehernya, atasan berbentuk turtleneck berwarna army dan rok hitam sepanjang betisnya. Wajahnya ditekuk sejelek-jeleknya saat membukakan pintu Ardan.
"Sudah selesai," jawab Arini ketus.
"Tunggu dulu! Apa kau tidak kegerahan dengan pakaian seperti ini?" tanya Ardan.
"Diam! Jangan banyak tanya!" sahut Arini seraya memberi tatapan jengkel pada Ardan.
"Kenapa dia?" gumam Ardan sambil berjalan di belakang Arini.