Di dalam kamar Sean, ternyata Arini di suruh oleh laki-laki itu untuk menyiapkan pakaian yang hendak ia gunakan untuk tampil di salah satu acara televisi.
Sean sedang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya, sesekali dia memperhatikan gerak-gerik Arini yang tengah sibuk merapikan baju-baju miliknya yang sengaja ia berantakan.
"Dasar pria menyebalkan!" gerutu Arini.
"Heh, lo kira gue gak denger lo ngatain gue?" sahut Sean tiba-tiba.
Arini hanya memutar bola matanya malas. "Selesai juga," ucap Arini seraya berlalu keluar dari walk in closed.
"Bentar!" Sean menarik tangan Arini hinggi perempuan itu terjatuh di pangguannya.
Sean menatap bola mata Arini dengan kagum. Tapi seketika tatapannya beralih pada leher Arini yang terdapat tanda merah di sana.
"Lepasin! Dasar mesum!" Arini seketika berdiri.
"Leher lo kenapa?" tanya Sean penasaran, ia hafal benar dengan tanda merah itu. Tapi ia tidak yakin jika Arini memilikinya. Mungkinkah Arini tidak sepolos yang ia pikir?