Aku menarik napas.
"Tapi rasanya, tentangmu, di tanganku sudah cukup membuatku melupakan rasa takut itu," gumamnya, jarinya bergerak membelai kulit telanjangku.
Tubuhku bergerak melawannya, geli kenikmatan memancar ke ujung jariku.
Matanya berkobar dengan keinginan saat jarinya menusukku. "Kamu mau ini?" dia serak.
Aku mengeluarkan erangan kecil dan mulai bergerak bersamanya. "Ya," bisikku.
Dia duduk, menggenggam leherku dengan tangannya yang bebas. "Kalau begitu, itu saja yang penting," katanya, membalik kami sehingga aku berada di punggungku.
Aku hampir tidak menyadari perubahan posisi, jarinya terus bergerak di dalam aku.
"Tutup," perintahnya.