Chereads / Az / Chapter 2 - Sisi Positif

Chapter 2 - Sisi Positif

Semarak suara ayam, mengawali pagi penuh berkah. Udara sejuk di mana-mana menjadi pelapis pelukannya. Cerahnya pagi dengan fajar menyingsing menjadi pertanda pacuan semangat menjalani hidup hari ini. Rumput-rumput di depan kos bergerak ke kiri dan ke kanan, seraya bertasbih memuji kebesaran-Nya.

Tak lupa Zaid memanjat puji-pujian kepada Sang Rabb, Pencipta Alam Semesta. Bibirnya terus basah, hatinya senantiasa terjaga dalam siraman ketentraman tasbih, tahmid, dan tahlil. Zaid memang senantiasa menjaga amalan-amalan sunnahnya setiap pagi dan petang. Walaupun tidak hidup dalam keluarga yang harmonis dan agamis, tidak membuat Zaid jatuh ke dalam arus deras tersebut. Keilmuan agamanya ia dapatkan sejak bangku SMA, melalui program tarbiyah, Zaid mendapat hidayah sehingga dapat tumbuh dengan kokohnya iman dan takwa.

Berbeda dengan Usamah, pagi itu ia masih sibuk dengan aktivitas mimpinya. Baginya, lebih sakit wajah yang dipatok ayam daripada rezeki yang dipatok ayam. Wajar saja, ia selalu menemani kesendirian burung hantu di tengah malam, sembari mengembara ke luasnya dunia maya. Perilakunya yang satu ini terlihat begitu mendarah daging, menjadi kebiasaan yang sulit diubah atau dihentikan.

Padahal Usamah tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis, tetapi terlihat bahwa pendidikan orang tuanya tidak terserap dalam dirinya. Orang-orang mengatakan, buah tidak jatuh jauh dari pohonnya. Para cendekiawan mengatakan, buah tidak selamanya jatuh, ada juga yang dicuri langsung dari pohonnya. Begitulah mungkin perumpamaan bagi Usamah, jernihnya madrasah keluarga dikalahkan dengan derasnya arus pergaulan. Utunglah Usamah yang sejak SMA bersahabat dengan Zaid disatukan kembali dalam satu kos, setelah sebelumnya terpisah dengan teman seritme masing-masing.

Semenjak memasuki bangku perkuliahan, Usamah tidak tinggal sekos dengan Zaid. Waktu itu ia lebih memilih tinggal di asrama bersama-sama teman-teman sejurusannya. Sementara Zaid, mendapat kesempatan tinggal dan menjadi pengurus di Masjid Kampus. Akhir semester enam ini, memaksa mereka bertemu kembali dan tinggal bersama-sama, karena waktu dan kepengurusan baik Zaid di Masjid Kampus maupun Usamah di asrama khusus jurusan yang telah usai, dan digantikan dengan angkatan yang masih fresh.

Usamah pernah bercerita kepada Zaid, bahwa dulu sewaktu di asrama, banyak waktu dihabiskan dengan bernyanyi ria dengan diiringi lantunan gitar. Adakalanya sebagian teman-temannya datang dan menyodorinya sebatang rokok dan sebotol minuman bertuliskan "Orang Tua". Malam bagaikan pagi bagi mereka, ditambah aktivitas perkuliahan yang tidak begitu padat bagi jurusan-jurusan soshum membuat mereka cukup terlena dan lalai dalam gemerlapnya malam. Usamah juga tak malu bercerita ke Zaid, bahwa pernah juga ia diajak temannya ke dalam ruangan dengan lampu berkedap-kedip, disertai dengan alunan musik disko yang dipandu oleh seorang DJ, dan semua orang berjoget ria di tengah kumpulan wanita yang sedang menawakan sesuatu tetapi bukan makanan ataupun sebuah barang.

Bahkan Usamah pernah bercerita bahwa dirinya sempat terlibat dalam lingkaran geng berbahaya, dan sempat ikut dalam penjualan barang-barang haram. Tak heran jika kebiasaan fasik Usamah kadang kala muncul, untungnya ia kembali bersama teman yang memberikan pengaruh baik, yaitu Zaid.

=

Di tengah perjalanan menuju kampus yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki, Usamah bertemu dengan segerombolan calon mahasiswa baru yang kelihatannya sedang melakukan pendaftaran di gedung administrasi.

"Yang satu ini parasnya cantik, kelihatannya kelakuannya juga baik, hanya saja tidak menutup aurat kalau kata Zaid, hahaha." Ujar Usamah di dalam hati.

Kemudian Usamah melewati mereka dengan perasaan sedikit tertarik dengan salah satu calon mahasiswa baru tersebut.

"Yang ini kelihatannya agamis, memakai hijab yang syar'I kalau kata Zaid, hahaha. Tapi kok, buang sampah sembarangan." Ujar Usamah di dalam hati ketika melihat dua orang perempuan berhijab sedang menikmati makanan ringan tetapi membuang bekas makanannya bukan pada tempatnya.

=

Ketika matakuliah pertama telah selesai, akan ada waktu istirahat sekitar 30 menit. Biasanya hal ini dimanfaatkan Zaid dan Usamah untuk sarapan bersama di kantin utama kampus yang berada persis di tengah kedua fakultas mereka.

"Assalamu'alaikum." Ucap Zaid.

"Wa'alaikumsalam." Jawab Usamah.

"Sudah lama di sini?" Tanya Zaid

"Wah, hampir dari pagi. Biasa anak hukum, dosennya over busy, hahaha." Jawab Usamah dengan nada sedikit menggelitik.

"Beda yaa sama aku, aku gak ada dosen, asisten dosen yang masuk." Zaid menimpali perkataan Usamah dengan tersenyum.

"Ehh pesan dulu! Aku juga baru pesan minum ini." Pinta Usamah.

Kemudian keduanya memesan makanan untuk sarapan, dan setelah menyantapnya, Usamah terlihat ingin memulai menanyakan sesuatu.

"Zaid, tadi aku lihat banyak calon maba di dekat gedung administrasi." Kata Usamah dengan nada serius.

"Iya, tadi juga sempat kulihat di rektorat. Kenapa?" Zaid menanggapi perkataan Usamah.

"Aku ceritakan terlebih dahulu, setelah melewati para calon maba itu, aku melewati dua orang perempuan. Sewaktu calon maba itu kulewati, ada satu calon maba perempuan yang terlihat sangat cantik dan menawan. Kelakuannya juga terlihat baik, tapi dia gak pake hijab. Nah, sewaktu kulewati dua perempuan yang kubilang tadi, mereka pake hijab, hijab syar'ilah kalo katamu. Tapi salah satunya buang sampah sembarangan." Ungkap Usamah panjang lebar sambil sesekali menyedot jus alvokad yang dipesannya.

"Sewaktu kamu lihat dua perempuan tadi, kamu juga tertarik?" Timpal Zaid berusaha mencairkan suasana.

"Kelihatannya juga menarik, bisalah haha." Kata Usamah dengan tertawa geli.

"Jadi titik klimaksnya apa nih?" Tanya Zaid berusaha mencari problem dari cerita Usamah tersebut.

"Nah, menurutmu aku harus pilih yang mana? Perempuan cantik, akhlak baik, tapi gak religius, atau perempuan cantik, religius, tapi akhlak gak baik?"

Belum sempat menjawab pertanyaan Usamah, ternyata HP Zaid berdering.

"kringg...kringg...kringg..." Suara HP Zaid.

"Iya, kenapa akhi? Tanya Zaid melalui panggilan telepon

"Sudah ada dosen di dalam kelas." Jawab seseorang di panggilan tersebut.

"Oh iya, tunggu!" Sahut Zaid dengan wajah mulai khawatir terlambat dari batas waktu masuk yang ditetapkan.

"Usamah, aku pergi dulu yaa. Nanti kita bicarakan itu di kos." Pinta Zaid kepada Usamah sembari berdiri meninggalkan meja kantin.

"Okelah (sambil tersenyum). Harus rajin yaa, kalo jurusan biologi." Balas Usamah dengan nada bercanda ke Zaid.

"Biasalah, oke aku duluan, assalamu'alaikum." Tanggap Zaid dengan nada mengakhiri pembicaraan.

Usamah pun hanya menjawab salam Zaid dengan mengangkat tangan sambil mengucapkan balasan salam di dalam hati, sembari berusaha menghabiskan jus alvokad yang masih tersisa.