Chereads / Az / Chapter 4 - Ruang Hampa

Chapter 4 - Ruang Hampa

Langit mulai padam dengan burung bergerombolan, sementara induk ayam menggiring anak-anaknya masuk ke dalam kandang, tanda senja mulai menyingsing dan malam pun akan tiba. Tetapi ada satu hal yang tidak berubah, yaitu pulasnya tidur Usamah. Benar-benar dia bagaikan kuala yang hanya beraktivitas 8 jam dalam sehari. Tidak heran, semua itu karena efek minuman beralkohol yang memabukkannya.

Sementara itu Zaid masih bertahan di tempat duduknya, terlihat begitu fokus menatap monitor laptop dengan jari-jemari yang terus menari di atas keyboard laptopnya. Senja pun tidak terasa olehnya, walaupun orang-orang berlalu-lalang meninggalkan gazebo kampus menuju istananya masing-masing. Bagi Zaid, pihak kampus yang menyediakan wifi gratis harus benar-benar dimanfaatkan dengan baik, apalagi deadline pengumpulan laporan kuliah kerja nyata (KKN) telah tiba masanya.

Zaid pun menghabiskan malamnya menyelesaikan laporan KKN, dia sungguh bertekad ingin menuntaskannya. Baginya tiada istilah prokrastinasi atau menunda-nunda pekerjaan. Hingga jam menunjukkan pukul 21:00, barulah rampung segala bagian dari laporan KKNnya.

Dalam perjalanan pulang, dia menyempatkan makan malam di warung pinggir kampusnya. Benar saja. Perutnya sudah sangat keroncongan karena terlalaikan dengan aktivitasnya. Setelah selesai makan, dia teringat Usamah di kos. Seketika itu hatinya berkata bahwa "Pasti Usamah belum bangun, dan berarti dia belum makan sama sekali hari ini."

=

"Piittt..." Bunyi klakson motor Zaid.

Ketika memasuki area kos, tepat di depan pintu kamarnya, Zaid selalu membunyikan klaksonnya sebagai tanda bahwa dia yang datang, dan supaya Usamah segera membukakan pintu kamar.

Zaid pun mulai berjalan meninggalkan motornya di parkiran.

"Tok...tok...tok... Assalamu'alaikum, Usamah..." Zaid memanggil Usamah sampai tiga kali tetapi tidak ada jawaban.

Zaid mulai berpikir, bahwa bisa jadi Usamah benar-benar belum bangun dari tidurnya. Dia pun menggerakkan tangannya untuk memegang pegangan pintu, dan memutarnya ke bawah. Ternyata, pintu tersebut tidak terkunci. Setelah melepas sepatu, dan mulai membuka pintu hingga seluruh bagian ruangan kamar terlihat, barulah Zaid sadar bahwa ternyata benar-benar Usamah belum bangun.

"Usamah... Usamah... Bangun... Sudah jam berapa ini." Kata Zaid dengan suara cukup keras sembari menggerak-gerakkan tangan Usamah.

Berulang kali Zaid berusaha membangunkan Usamah tetapi belum membuahkan hasil. Barulah setelah Zaid memercikkan air sedikit demi sedikit ke muka Usamah, sehingga membuatnya terbangun dengan keadaan lemas dan lunglai.

"Akhirnya bangun juga kamu, sudah berapa lama kamu tidur?"

"Ini ada makanan aku bawa, maka saja dulu, setelah itu bersihkan dirimu!" Pinta Zaid kepada Usamah sambil menyodorkan makanan yang dibawanya.

Usamah hanya menganggukkan kepala, dengan tubuh yang lemas dan seakan tidak berdaya. Dalam pikirannya, dia bagaikan dari tempat yang jauh dengan menempuh perjalanan yang sangat lama. Sehingga tubuhnya merasakan lemas dan letih yang luar biasa. Mulutnya seakan terbungkan tidak dapat mengatakan sepatah kata pun.

"Bagaimana perasaanmu, gak apa-apakan?" Tanya Zaid, ketika melihat Usamah dengan lahap menyantap makanannya.

"Gak apa-apa kok, kan laki." Jawab Usamah dengan suara yang mulai bertenaga.

"Laki masa gitu, mainnya ngabisin tenaga dengan sia-sia." Sahut Zaid.

Usamah hanya tersenyum malu mendengar perkataan Zaid, dia mulai berpikir jangan-jangan Zaid sudah mengetahui benar bahwa dia dari tempat terlarang itu. Tetapi Usamah hanya bungkam dan enggan bercerita kepada Zaid terkait apa yang telah menimpanya.

Setelah Usamah telah makan, dan telah pula membersihkan dirinya, dia terlihat ingin kembali tidur, mengingat jam telah menunjukkan pukul 22:00.

"Ehh... Kamu mau ngapain, tidur lagi? Astaghfirullah, shalatmu jangan lupa." Spontan Zaid berkata ketika melihat Usamah yang ingin membaringkan tubuhnya.

"Kan sudah di luar waktu, apa iya masih bisa?" Jawab Zaid dengan ekspresi seperti orang yang tidak tahu.

"Masih bisa, orang yang lupa dan ketiduran karena memang tidak berniat meninggalkan shalat saja, pas ingat harus tetap dilaksanakan shalatnya. Apalagi kamu yang penyebab shalatnya karena memang disengaja." Zaid menanggapi pernyataan Usamah dengan berusaha menjelaskannya sebaik mungkin.

"Tapi aku pernah dengar, kalo orang yang minum khamar atau minuman keras itu gak diterima shalatnya selama 40 hari. Jadi, ngapain shalat kalo gak diterima, mending ditunggu saja sampai 40 hari, baru shalat lagi." Tanggap Usamah dengan mencoba memberikan argumentasi pembanding.

"Itu kamu tau, terus ngapain kamu sampai bisa kembali lagi minum khamar, kan sudah pensiun." Zaid berusaha mengingatkan Usamah terkait perbuatan buruknya itu.

Mendengar perkataan Zaid, Usamah hanya terdiam sembari tersenyum malu mendengar apa Zaid katakan.

"Memang benar orang yang minum khamar tidak akan diterima shalatnya selama 40 hari. Tapi bukan berarti kita harus berpangku tangan saja, dan tidak melaksanakan ibadah apapun. Malahan jika sengaja meninggalkan shalat bisa-bisa tergolong kafir kita. Sikap yang benar adalah bertaubat dengan sungguh-sungguh, insya Allah dengan begitu shalat kita akan diterima."

Zaid terlihat berusaha menjelaskan dengan bahasa yang mudah dicerna dan dengan nada bicara yang bersahabat.

"Aduh, masih ngantuk nih. Besok bisakan." Usamah terlihat mencari-cari alasan untuk menghindari nasehat Zaid.

"Kamu ini, emang ada jaminan besok masih hidup, gakkan?" Zaid menanggapi dengan sedikit kesal.

"Okelah, saya shalat dulu kalo gitu untuk semua shalat yang kutinggalkan." Tanggap Usamah.

Usamah akhirnya mau menuruti nasehat Zaid, sehingga dia melaksanakan shalat atas semua shalat yang dia tinggalkan. Di lain sisi, Zaid masih mempunyai niat untuk menasehati Usamah agar benar-benar bertaubat dan menghindari segala penyebab kemaksiatan, termasuk teman yang toxic atau memberikan pengaruh buruk.

Tetapi sampai Usamah menyelesaikan shalatnya, jam telah menunjukkan pukul 23:30. Sehingga Zaid pun tidur lebih dulu dibandingkan Usamah. Dalam pikiran Zaid, dia senantiasa ingin menyadarkan Usamah dan mengajakkan untuk beramal baik dan menjauhi segala bentuk anti tesisnya.