Chereads / Az / Chapter 3 - Insya Allah

Chapter 3 - Insya Allah

Tiada yang mengetahui apa yang akan terjadi satu detik yang akan datang, kecuali Dia yang menciptakan waktu itu sendiri. Begitulah yang terjadi dengan Zaid dan Usamah, niat ingin membahas pertanyaan Usamah waktu itu, terkendala dengan suatu kejadian tidak terduga.

Setelah kepergian Zaid menuju ke fakultasnya untuk menghadiri pelaksanaan perkuliahan, Usamah masih duduk santai sembari sedikit demi sedikit menghabiskan jus Alvokad yang dipesannya. Sesekali dia membuka layar HPnya, mengecek pesan di WhatsApp, kemudian membuka Instagram. Walaupun tidak ada hal penting, mungkin itu telah menjadi kebiasaan Usamah yang telah mendarah daging. Seringkali tangan Usamah bergerak sendiri untuk sekedar melihat-lihat di jendela sosial media, seakan-akan tanpa ada perintah dari kemauan Usamah sendiri.

Saat Usamah sedang asik membuka akun Instagramnya, seseorang datang dari arah belakang dan kemudian menepuk bahu Usamah.

"Bro...!" Usamah seketika kaget mendengar kata tersebut yang terucap secara tiba-tiba.

"Serius amat, liatin apaan, cewek yaa?" Timpal orang tersebut seraya menggoda Usamah yang sedang asik membuka Instagram.

"Wah, kamu... ngagetin aja. Santai dong, cuman lihat berita bola ini. Barcelona kalah bro, dibantai lagi haha." Jawab spontan Usamah dengan jawaban bagaikan teman akrab.

"Wah, sudahlah gak usah dibahas. Sakit hatiku." Orang tersebut menanggapi dengan wajah sedih yang dibuat-buat.

"By The Way, kamu gak masuk kelas?" Tanya orang tersebut.

"Aku kira kita sekelaskan?" Jawab Usamah dengan ekspresi heran.

"Oh iya, sorry aku lupa." Tanggapan orang tersebut dengan sedikit tersipu malu.

"Daripada kosong, mending kita ke MK aja bro, yang lain juga udah nungguin di sana." Ajak orang tersebut dengan nada merayu.

"Tapikan bro, ini baru matakuliah pertama, masih ada yang keduakan." Tanggapan Usamah, seraya meyakinkan orang tersebut.

"Udahlah, palingan dosennya gak masuk lagi. Walaupun ada, kitakan bisa nyusul." Orang tersebut kembali mencoba meyakinkan Usamah agar ikut dengannya.

Sejenak Usamah terdiam sembari tangan kirinya dengan spontan mengangkat gelas jus Alvokad yang berada tepat di depannya, kemudian menghabiskan sisa jus Alvokad yang masih ada. Setelah selesai meminumnya, terbesit di dalam hati Usamah, "Harusnyakan pakai tangan kanan yaa." Kemudian Usamah berpikir sejenak, hati Usamah mulai berguncang bagaikan dua kutub magnet yang saling bertolakan.

"Sudahlah, gak usah lama-lama berpikir. Sini sekalian kubayarin pesananmu." Temannya itu kemudian melangkah menuju ke kasir dan membayar makanan dan minuman yang telah dimakan oleh Usamah.

"Ayo, tunggu apa lagi." Temannya itu kembali dari kasir kemudian menyuruh dengan isyarat agar Usamah bergegas pergi bersamanya.

Usamah pun seakan tidak berdaya dengan ajakan temannya itu. Tubuhnya seakan pasrah mengikuti langkah kaki menuju tempat tersebut. Pastas saja, tempat yang akan didatanginya itu disebut oleh mereka sebagai MK (Markas Kesenangan), adalah sebuah diskotik atau tempat hiburan dalam arti negatif. Istilah tersebut hanyalah plesetan saja agar jika diungkap secara publik tidak ada yang mengetahuinya.

=

Ketika melangkahkan kaki memasuki pintu yang tidak asing bagi Usamah itu, dadanya seakan berat, jantungnya berdebar begitu kencang, seakan menolak semua yang terhampar di depannya. Dia sangat mengetahui tentang apa yang pernah disampaikan Zaid padanya, bahwa ciri-ciri dosa itu ketika dada sesak ketika melakukannya dan tidak senang jika orang banyak mengetahuinya.

Padahal Usamah sebelumnya telah bertekad kuat ingin berhijrah dan meninggalkan semua perbuatan buruknya. Tetapi apalah daya, seakan nafsunya berbisik, "Sudahlah ikut saja, nasi sudah menjadi bubur, kan nanti bisa tobat lagi." Bisikan tersebut semakin kuat, sehingga memaksa Usamah terjun bebas dalam lautan noda hitam itu.

Detik demi detik, menit demi menit, terus berputar. Usamah seakan lupa segalanya, dia terus saja meminum setiap hal yang disodorkan padanya, disertai teriakan-teriakan tanda kepuasan. Usamah pun seakan terhipnotis oleh setiap alunan musik yang didengarnya, tanpa berpikir panjang dia mengikuti setiap iringan musik yang didengarnya. Terlihat banyak wanita berpakaian terbuka yang menggoda mata lelaki berjalan mendekatinya. Hal ini terjadi hingga larut malam, hingga akhirnya dia tertidur di meja bar, dan teman-temannya mulai pergi meninggalkannya.

=

"Kring...kriiing...kriiinggg..." Suara alarm.

Zaid dengan segera bangun dari tidurnya, kemudian menyentuh layar HPnya untuk melihat pukul berapa saat dia terbangun.

"Alhamdulillah masih sempat untuk shalat Tahajjud." Kata Zaid di dalam hatinya sembari mengusap mukanya dengan kedua tangannya.

Subuh itu sangat sunyi dan tentram sekali bagi Zaid. Zaid memang membiasakan diri bangun minimal di pukul 04:00 untuk melaksanakan shalat Tahajjud. Subuh itu dia habiskan untuk memuja dan memuji Rabbnya, Allah Azza wa Jalla. Baginya tujuan hidup hanyalah untuk menyembah-Nya, dan semua yang dilakukan hanyalah untuk-Nya.

Setelah shalat Tahajjud, Zaid terus-menerus duduk di tempat sujudnya, bibirnya senantiasa basah dengan kalimat istighfar, disertai dengan tetesan air mata yang membasahi pipinya.

"Astaghfirullah...Astaghfirullah...Astaghfirullah..." Ucap Zaid dengan penuh penghayatan hingga suara adzan subuh terdengar.

Zaid juga senantiasa menjaga shalat wajibnya secara berjamaah di masjid. Dia mengetahui sekali, bahwa jika Allah yang diutamakan, maka Allah akan mengutamakannya dalam segala hal.

Setelah melaksanakan shalat Subuh, terbesit di dalam hatinya mengenai di mana keberadaan Usamah saat ini. Tetapi karena dia beranggapan bahwa tidak pulang semalaman adalah hal biasa bagi seorang mahasiswa, maka dia mengurungkan niat untuk menelponnya.

Zaid pun melanjutkan kebiasaan subuhnya, yaitu membaca ayat suci Al-Qur'an di masjid. Ketika sedang asik membaca Al-Qur'an, tiba-tiba seseorang memanggilnya dari luar masjid.

"Zaid... Zaid... Ada Usamah, pingsan di depan kos." Orang tersebut berteriak sambil lari ke dalam masjid.

Tanpa berkata sepatah kata pun Zaid langsung bangkit dari tempat duduknya, dan bergegas keluar masjid menuju ke kosnya yang tidak jauh dari masjid tersebut.

"Astaghfirullah... Usamah, kamu kenapa?" Tanya Zaid spontan, tanda panik.

Zaid dan teman-teman satu kosnya pun mengangkat Usamah dan membawanya masuk ke dalam kos. Tercium dengan bau menyengat dari napas Usamah bekas minuman beralkohol, sekita itu orang-orang termasuk Zaid baru menyadari bahwa Usamah tidak sadarkan diri karena minuman terlarang tersebut.

Hati kecil Zaid seakan tidak menerima apa yang telah dilakukan teman karibnya itu. Terlebih lagi, sebelumnya Usamah telah berjanji untuk meninggalkan dunia gelapnya itu. Tetapi apalah daya, nasi telah menjadi bubur. Kini Zaid terpaku, seakan tidak percaya terhadap apa yang telah dilakukan oleh Usamah.