Chereads / Mr. Mafia and His Lady / Chapter 11 - Seputar Catarina

Chapter 11 - Seputar Catarina

Catarina duduk di kursi kerjanya di ruangan pribadi yang berada di klub malamnya sendiri, dengan paras wajah yang memancarkan sebuah gelisah. Pikirannya memang sedang kalut. Ia sudah meminta agar Axton segera mendapatkan kabar mengenai Robert Aland, tetapi hingga saat ini Axton belum memberikan informasi apa pun untuknya.

Tentu saja kesepakatan itu hanya akan menjadi sia-sia jika permintaan terbesar Catarina tidak membuahkan hasil. Memang benar, sejak Axton menikah dengan Ameera, pendapatan klub malam miliknya semakin meningkat. Catarina pun tak pernah kesulitan untuk meringkus beberapa pesaing dan pembencinya setelah meminta bantuan pada Axton. Namun, sekali lagi, ia tidak bisa bernapas dengan lega sebelum sang pimpinan mafia tersebut berhasil menemukan Robert Aland.

Catarina menghela napas, sesaat setelah mengepulkan asap dari cerutu yang sempat ia hisap. "Sebenarnya di mana dirimu, Robert? Setelah nyaris 25 tahun, bahkan hingga saat ini batang hidungmu tidak pernah terlihat sama sekali, kenapa kau sangat pengecut, Sialan?!" ucapnya setelah itu.

Robert Aland adalah pria tampan di 25 tahun yang lalu. Pria pemilik netra hitam legam, rambut gondrong yang lurus dan rapi, sampai dengan wajah ala dewa yunani yang begitu rupawan. Benar-benar sosok sempurna yang sukses membuat Catarina jatuh cinta. Pertemuannya dengan Robert di suatu malam mendung, kala dirinya sibuk kedai kopi kecil sukses mengubah seluruh hidupnya.

Catarina pernah merasa sama sekali tidak menyesal setelah menyelamatkan pria asing yang tengah terluka, melainkan Robert Aland yang begitu berusaha keras untuk mendekati kedai kopi kecil milik Catarina dalam keadaan diri penuh darah. Pria itu mengaku bahwa dirinya telah menjadi korban tabrak lari di jalanan yang sepi, dekat dengan kedai itu. Karena merasa iba, akhirnya Catarina dan Joseph memutuskan untuk membantu Robert sampai beberapa waktu.

Hingga akhirnya benih-benih cinta tumbuh di hati Catarina karena ketampanan Robert yang begitu luar biasa. Kenyataannya, Robert pun merasakan hal yang sama. Mereka menjalin hubungan, meski Robert sudah berpindah tempat tinggal setelah dua minggu menginap di rumah Catarina sebagai teman palsu dari Joseph.

Nyaris satu tahun menjalin hubungan, tepatnya di hari yang memiliki curah hujan lebat, sesuatu pun terjadi. Kala itu, dikarenakan kedai sangat sepi, Catarina memutuskan untuk menutup tempat itu lebih awal. Ia langsung pulang ke rumah, di saat Joseph masih sibuk dengan pekerjaan lain. Robert yang tahu akan hal itu, langsung bergegas menuju rumah Catarina.

Suasana yang sepi membuat Robert begitu mudah untuk masuk ke dalam rumah, terlebih para tetangga memang tidak pernah menggubris keberadaan Catarina. Kebersamaan mereka menjadi lebih intens, keduanya lantas melakukan sesuatu hal yang terlarang di luar pernikahan dan membuat Catarina hamil.

"Aku hamil, Robert!" Saat itu, Catarina mengatakan kehamilannya pada Robert selaku kekasih hati yang sudah nyaris satu tahun ia pacari. "Kamu akan bertanggung jawab, bukan?"

Robert yang baru memasuki rumah sederhana berlantai satu itu langsung mengangguk mantap. "Tentu saja," katanya. "Aku akan menikahimu, Caty. Dan kita besarkan anak kita bersama-sama."

"Kau berjanji untuk itu, 'kan? Kau benar-benar akan bertanggung jawab, bukan?" Catarina memandang Robert dengan pancaran mata penuh harap. Wanita cantik yang sudah tidak memiliki orang tua itu, selain hanya Joseph selaku adik kandungnya, benar-benar memimpikan kehidupan bahagia bersama Robert. "Jangan kembali ke Amerika sebelum menikah denganku, ya!"

Sebuah senyum menarik kedua sudut bibir Robert, sementara salah satu jemarinya lantas mengusap rambut Catarina dengan lembut. "Ya, aku berjanji! Aku akan berusaha untuk menepati janjiku dan menikah denganmu, Caty sayang."

"Terima kasih, Robert." Merasa senang atas jawaban sang kekasih, Catarina yang sering dipanggil sebagai Caty langsung memeluk tubuh Robert dengan erat. Bahagia! Satu-satunya perasaan yang menyelimuti sanubarinya pada saat itu. "Izinkan aku membawa Joseph ketika kita sudah menikah, Robert. Dia adikku satu-satunya, aku tidak ingin dia sendirian."

"Tentu saja, Sayang. Apa pun permintaanmu pasti akan aku kabulkan, sebab semua hal yang ada pada dirimu, tentu juga sangat berharga bagiku."

Catarina yang manis benar-benar tidak mampu berkata-kata lagi, selain tersenyum cerah layaknya wanita lain yang mendapatkan lamaran dari pria kesayangan.

Sayangnya, setelah berjanji hendak menikahi, Robert justru menghilang tak lama setelah janji itu ia katakan. Kepergian Robert menjadi malapetaka bagi Catarina yang langsung mendapat cemoohan dari warga, setelah perutnya kian membuncit. Hidup Catarina nyaris hancur! Ia sudah beberapa kali meminum alkohol agar kandungannya keguguran, tetapi selalu gagal. Mungkin karena Joseph sering merawatnya, jadi ia dan sang bayi bisa selamat.

Akhirnya kemarahan dan penderitaan itu membuat Catarina sangat dendam! Bahkan uang dengan nominal besar yang ditinggalkan Robert untuk dirinya di sebuah koper tepat di depan pintu rumah tidak mampu meredam kemarahan itu. Ia mengambil uang tersebut untuk membangun klub malam besar. Ia rekrut semua preman dan meminta mereka untuk mencari di mana keberadaan Robert, sementara Ameera kecil yang nyaris ia bunuh selepas lahir sudah direbut oleh Joseph.

Namun, sampai saat ini usaha Catarina tidak membuahkan hasil apa pun, selain hanya pengetahuannya tentang dunia hitam dan para penjahat kelas kakap. Soal Axton Axelcen dan ayah angkat pria itupun, Catarina sangat paham.

"Nyonya!" Tiba-tiba terdengar suara berat yang tak asing. Tak berselang lama, pemilik suara itu lantas menampakkan diri. Melainkan Axton Axelcen yang malam ini bertamu di klub malam milik Catarina setelah dibuat kerepotan oleh hilangnya Ameera.

Catarina yang sempat terkejut, menghela napas dan berusaha bersikap se-elegan mungkin. Lamunannya mengenai masa lalunya bersama Robert Aland pun otomatis menjadi buyar.

"Selamat malam, Tuan Axton." Catarina tersenyum dan lantas bangkit dari duduknya. "Silakan duduk."

Axton tidak mengubah sikap dan langsung berkata, "Soal Robert Aland. Sepertinya dia masih hidup."

"Benarkah?" Mata Catarina membulat ketika nama mantan kekasihnya sekaligus ayah dari anaknya disebut oleh sang mafia.

"Organisasi kami berhasil mendapatkan jejaknya. Hanya saja ... kami belum bisa memastikan di mana keberadaannya. Pria itu sering berpindah tempat tinggal. Dia bukan orang yang memiliki pengaruh besar di dunia ini secara kasat mata."

"Hidup nomaden?" gumam Catarina bertanya-tanya.

"Tapi, yang membuatku sedikit heran adalah cara hidupnya. Menurut salah satu informan, dia tidak pernah menetap di salah satu wilayah lebih dari dua tahun. Satu-satunya negara yang paling banyak dia kunjungi adalah Amerika. Dia tidak pernah tercatat sebagai karyawan resmi di sebuah perusahaan. Nyonya tenang saja, aku pastikan kami akan segera menemukannya."

"Terima kasih, Tuan Axton."

"Well! Kurasa ini saja yang perlu aku katakan. Nyonya tahu? Putri Nyonya lebih merepotkan daripada yang aku duga, dan aku tidak bisa meninggalkannya dalam waktu yang lama."

Catarina mengernyitkan dahi. "A-apa Ameera berbuat sesuatu yang membuat Anda dirugikan?"

"Tidak. Dia hanya sempat ingin melarikan diri. Dan ... soal ini, aku rasa, proses cepat tidaknya pencarian Robert Aland adalah tergantung sikap Ameera. Kalau dia bisa menerima keberadaanku, aku pun akan segera mendapatkan Robert Aland. Tapi, kalau tidak, ya mungkin pergerakanku sangat lamban. Kupikir Nyonya tidak akan keberatan soal kesepakatan ini, bukan? Yang perlu Nyonya lakukan hanyalah membujuk Daisy."

"Daisy?" Catarina bingung, tidak mengerti. "Dia pelayan saya? Lantas apa hubungannya dengan Ameera, Tuan Axton?"

Axton menghela napas. "Bujuk dia. Maksudku Daisy. Katakan padanya untuk meminta Ameera belajar menerima takdir pernikahan kami."

"Baiklah. Rasanya itu cukup mudah. Tapi, setidaknya jangan perlambat pencarian Robert Aland. Jangan katakan hasilnya pada saya, jika Ameera belum bersikap baik. Jadi, ketika Ameera tak banyak tingkah lagi, Anda bisa langsung mengatakan informasi itu pada saya, Tuan Axton. Lebih impas, bukan?"

Axton menyeringai. "Kau memang lebih cerdas dari putrimu sendiri, Nyonya. Kurasa itu juga cukup mudah. Well, aku harus pergi sekarang juga."

Lantas, Axton memutar badannya diiringi oleh sikap merunduk yang Catarina lakukan. Selepas ketua mafia itu menghilang dari pandangan mata, Catarina menghela napas. Telinganya kembali terngiang akan penjelasan Axton beberapa menit yang lalu. Sekitar 90% presentasi mengatakan bahwa Robert Aland masih hidup, walau menggunakan cara nomaden, yang membuat pria itu akan lebih sulit ditemukan.

Namun, setidaknya, ... Catarina masih memiliki kesempatan untuk membalas dendam, membunuh mantan kekasihnya menggunakan tangannya sendiri. Kini penilaiannya terhadap kesepakatan bersama Axton Axelcen sudah berubah level, tidak lagi sia-sia seperti sebelumnya. Bekerja sama dengan seorang mafia memang jauh lebih membuahkan hasil, meski resiko terburuk juga turut membayangi.

***