"Juna—"
"Karena kita berdua tahu bahwa itu adalah foreplaymu juga. Bahkan, aku yakin Kamu gatal untuk mengambil pisau itu dan membidik jantung aku. Sayang sekali kita kehabisan waktu." Dia melihat ke atas kepalaku; semua orang berjalan ke arah kami . Aku menoleh ke arahnya hanya untuk melihatnya satu inci dari wajahku. "Jangan khawatir, ketika kita sampai di rumah, aku akan membiarkanmu memukulku."
Aku melotot lalu tersenyum. "Janji?"
Dia tertawa terbahak-bahak. "Sial, bahkan kebencianmu membuatku sulit."
Aku mengibaskan bulu mataku, lalu menyerempet bagian depan celananya dan berbisik, "Aku tahu."
"Terus lakukan itu, dan aku akan menjepitmu ke pohon terdekat, dan kamu seharusnya bermain baik dengan Tank, ingat?" Suaranya diturunkan. "Ingatlah bahwa tidak ada yang akan membuat Kamu seperti aku."
"Kamu yakin tentang itu?" Suaraku bergetar.
"Kamu membutuhkannya sama seperti aku." Matanya berkedip. "Kamu muak dengan itu."
