"Kadang-kadang aku berpikir jika kita tahu semua, kita harus lebih senang untuk pergi."
Raut wajahnya membunuhku.
Pakaiannya membuat mulutku kering.
Lidah tebal.
Aku ingin melempar seluruh meja dan menariknya ke dalam pelukanku.
Tapi aku harus tetap pada rencana.
Aku lebih baik menyakitinya selama beberapa hari daripada menyakitinya seumur hidup, dan aku harus mengingat itu.
Ini bukan tentang aku lagi.
Ini lebih besar dari itu.
Karena itu Ezhi.
Jadi, aku menatap lurus ke depan saat dia memakiku. Aku mencoba untuk tidak tersenyum ketika dia pada dasarnya mengutuk aku ke neraka selama doanya yang lucu, dan aku mencoba untuk tidak bergeming ketika dia pergi, setelah memastikan bahwa sebagian besar makanannya adalah high-five penisku dan bertanya kapan kita punya waktu.
Sisa meja menjadi sunyi, semua mata tertuju padaku seperti aku penis terbesar di dunia dan yang ingin aku katakan adalah, tunggu saja.
Tunggu.
