Chereads / I Love You, My Best Friend / Chapter 8 - Chapter 8 - Hadiah Yang Tak Diharap

Chapter 8 - Chapter 8 - Hadiah Yang Tak Diharap

Aku merasa tidak enak setelah mengatakan yang sebenarnya padanya. Ia bahkan tidak mengatakan apa-apa setelah itu. Seperti, masih memikirkan sesuatu yang membuatku ingin tahu apa yang dia pikirkan. Aku menggigit bibirku sambil menunggu ia mengatakan sesuatu. Tapi yang kudengar selama beberapa menit hanyalah helaan nafasnya yang berulang kali.

"Katakan sesuatu," kataku penuh harap.

Tetap saja, tidak ada respon dan ia hanya menatapku dengan kedua matanya seakan marah padaku. "Aku tahu apa yang baru saja kukatakan padamu adalah kesalahan, dan jika kau ingin putus, aku siap untuk itu. Aku akan baik-baik saja."

"Mayleen, apa kau baru saja memintaku untuk putus denganmu?Apa kamu pikir itu yang aku inginkan?"

Aku mengangkat bahuku. Aku tidak tahu karena aku hanya bicara asal mengingat ia tidak memberikan respon apapun padaku.

"Tidak, aku tidak ingin putus. Aku ingin menghindari putus denganmu karena aku sudah mencintaimu, Mayleen. Dan terima kasih atas pengakuanmu. Aku menghargainya," katanya dengan suara terdengar normal.

Aku bisa bernapas lega setelah mendengar jawabannya. Namun, ada perasaan tidak enak yang menyelimutiku. Tapi aku belum mendengar tanggapan yang benar-benar spesifik.

"Aku akan membantumu melupakan cinta pertamamu, tapi harus dengan caraku, Mayleen. Karena aku yakin jika kau mencoba sementara tidak ada yang mengendalikannya selain diriku, kau tidak bisa," katanya.

Ini yang aku tunggu-tunggu. Aku hanya menganggukkan kepalaku mengingat Hendrick juga sepertinya tidak memiliki perasaan apapun padaku dan lebih suka menghabiskan waktu dengan Sera daripada denganku. Setidaknya itulah yang kurasakan selama beberapa hari ini.

"Terima kasih. Aku akan mencoba mengikuti caramu, Steven."

***

Alarm membangunkanku dan membuatku beranjakuntuk mencuci muka dan memilih pakaian olahraga. Hari ini adalah hari libur, jadi aku menggunakan rutinitas hari liburku untuk berlari di pagi hari sementara Mom dan Dad memilih tetap di rumah, jika mereka ada di rumah saat ini.

Setelan olahraga dengan sepatu kets menempel di tubuhku. Aku juga mengikat rambutku tidak terlalu kencang karena tidak baik untuk kesehatan rambut. Kemudian aku langsung berlari mengelilingi komplek perumahan yang cukup besar dan menikmati suasana yang masih begitu pagi.

Kedua telingaku terpasang headset yang memutar lagu dari iPod. Lalu selama beberapa menit aku berlari, akunmelihat bayangan di belakangku. Aku berhenti dan langsung membalikkan badanku serta melepas headsetku.

"Ah, akhirnya kau melihatku juga," katanya dengan suara lega.

Aku melanjutkan lari pagiku tanpa menanggapi kata-katanya. Ia langsung menyamakan laju larinya tepat di sebelahku. Jantungku yang berpacu dari lari pagi tiba-tiba bercampur dengan degup jantung yang menyenangkan. Aku harap kau mengerti apa yang kumaksud.

"Kau tidak meneleponku selama berhari-hari, Mayleen," katanya.

"Masalahnya aku juga tidak punya apa-apa untuk dibicarakan," jawabku.

"Kau tidak merindukanku?" tanyanya.

Aku menggelengkan kepalaku. Tentu saja, aku merindukanmu, bodoh! Tapi aku tidak bisa mengatakan itu langsung padanya. Ia mungkin menjadi besar kepala dan merasa aku membutuhkannya.

"Kamu wanita jahat! Hmm, apa pacarmu bisa menghadapimu yang seperti ini?" dia mengejekku.

Aku memutar bola mataku kesal mendengarnya mengatakan itu. Tentu saja, Steven tidak terlalu paham dengan karakterku. Setidaknya belum. Tapi aku harap dia baik-baik saja setelah mengetahui karakterku yang sesungguhnya.

"Sera membelikanmu sesuatu sebagai hadiah dari liburan kita," dia memberitahuku.

Aku hanya diam dan tidak ingin mendengar lebih banyak. Apa dia mau membelikanku sesuatu? Bahkan Sera tidak pernah membelikanku apa pun kecuali ketika Hendrick memberitahuku tentang ini.

Aku berhenti dan duduk di terasku ketika aku kembali dari lari pagi. Hendrick pun ikut duduk dan bahkan berbaring di lantai teras. Ia kemudian melepas bajunya dan menunjukkan tubuhnya yang atletis dan indah itu.

Aku mencoba mengalihkan pandanganku karena aku ingat saat tubuh kami bersentuhan di tempat tidur saat kami bercinta.

"Kau menghindariku," katanya tanpa melihatku. Matanya hanya menatap langit-langit terasku.

"Tidak."

"Lalu kenapa jika kau tidak menghindariku, Mayleen?" dia bertanya lagi secara spesifik.

"Aku sudah punya pacar, Hendrick. Tolong jangan lupakan itu."

"Tapi ketika kammu bersama Demico, kau tidak seperti ini," katanya.

Hendrick selalu punya cara untuk membuatku mengaku. Tapi Ku juga selalu punya alasan untuk menjawab pertanyaannya. Ia sangat menyebalkan, tapi aku tidak peduli.

"Itu berbeda. Jangan bandingkan aku dengan diriku yang sekarang," kataku membela diri.

Hendrick duduk tepat di seberangku. Dia menatapku dan wajahnya bersinar sesaat. Sial! Dia terlihat semakin tampan saja secara keseluruhan!

"Katakan... seberapa peduli kau dengan pacarmu daripada aku?"

"Kenapa kau peduli sekali tentang itu?" tanyaku.

"Karena aku tidak ingin kau lebih peduli pada laki-laki lain dibanding padaku!"

***

Jangan heran jika aku terus berbicara tentang Hendrick, karena dia selalu datang ke rumahku ketika aku terlihat kesal padanya. Dia sudah tahu bagaimana karakterku dan akan memastikan sampai aku terlihat baik-baik saja.

Hendrick memberiku sebuah tas dan aku menerimanya dengan isyarat 'apa ini?'

"Sera membelikannya untukmu. Dia bilang kau cocok dan ketika aku melihatnya, kurasa dia benar," katanya.

Aku mengambil barang di dalamnya dan melihat apa yang diberikan Sera kepada saya. Oh, blus crop top. Tidak terlalu buruk, tapi aku juga memilih untuk tidak memakai apapun dari Sera.

"Katakan padanya 'terima kasih," jawabku dan kemudian aku memasukkan blus itu kembali ke saku tasnya.

"Kau tidak menyukainya, kan?" tanya Hendrick sambil menatapku.

"Aku menyukainya. Hanya saja-"

Tiba-tiba bel pintuku berbunyi saat aku belum selesai menjawab pertanyaan Hendrick. Meski aku tidak sedang membuat janji dengan siapapun, tapi sepertinya ada tamu tak terduga yang datang.

"Biar aku yang buka," kata Hendrick dengan ekspresi kesal. Ia berdiri dan berjalan menuju pintu. Setelah aku perhatikan siapa tamunya, aku langsung melotot dan menuju ke pintu.

"Steven?" kataku tidak percaya. "Kau tidak memberitahuku dulu bahwa kau akan datang," kataku dengan suara agak tinggi.

"Maaf, aku hanya ingin mengejutkanmu," katanya sambil menatap Hendrick.

Sekarang dua pria di dekatku saling menatap satu sama lain. Tidak ada yang ramah tentang tatapan itu. Secara refleks, aku langsung memperkenalkan mereka berdua meskipun aku sendiri merasa canggung, terutama agar Steven tahu siapa Hendrick.

"Steven, dia Hendrick, sahabatku... dan Hendrick, dia Steven, pacarku," kataku.

Steven dengan sopan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan, tetapi Hendrick menolaknya dan menatapku. "Aku harus pergi ke rumahnSera," katanya sambil meninggalkan rumahku tanpa aku menunggu balasanku.

Aku melihatnya pergi yang bahkan ia tidak melihatku sama sekali. Sampai Hendrick pergi, Steven kemudian menyentuhku, membuyarkanku dari kesunyian.

"Hai, cantik! Bolehkah aku mengajakmu jalan-jalan?" Dia bertanya.

"Oh, oke. Tapi biar aku ganti dulu, oke? Masuklah sambil menungguku."

Steven memasuki rumahku dan aku memintanya untuk menunggu sementara aku berganti pakaian. Saat berada di dalam kamar, aku mulai panik. Sesaat, aku berjalan kesana kemari karena kegelisahanku. Melihat Hendrick pergi, aku tahu bahwa sekarang dia kesal dan marah padaku. Tapi seharunya itu menjadi pertanda baik karena setidaknya aku bisa menghindarinya sekaligus mengurangi perasaanku yang semakin dalam, bukan? Tapi kenapa aku harus merasa secemas ini?