Chereads / Sekretaris Pipi / Chapter 5 - Dinner keluarga Sultan 1

Chapter 5 - Dinner keluarga Sultan 1

Dari dalam mobil terlihat rumah besar bak istana, Gerbang tinggi dengan lebar kira-kira hampir 10 meter dijaga oleh 2 orang satpam.

Tin..tin..tin (klakson mobil)

Dua satpam yang berbadan besar dengan sigap membuka pintu gerbang. "Selamat datang bapak" sambut kedua satpam itu.

Aku turun dari mobil, tepat berada di halaman yang sangat luas, aku clingak clinguk melihat sekeliling dipenuh dengan bunga-bunga cantik, tanaman yang rapi dan terawat. "Sepertinya ibu sovia hobi berkebun" batinku. Aku melangkahkan kaki berjalan beriringan dengan mas Frans, menuju ke dalam rumahnya. Jarak dari halaman tempat kami memparkir mobil ke rumah memang lumayan juga Indah sekali halaman rumah ini.

Aku tertegun ketika Di depanku  rumah mewah bak istana dengan pilar-pilar besar kokoh di dominan cat berwarna putih ke emasan. "Masya allah rumah nya bagus sekali." bola mataku mengitari setiap sudut rumah Frans tercengang dengan kemewahan rumahnya. Aku semakin merasa tidak percaya diri memasuki rumah mewah itu. Kataku dalam hati.

(Aku dan Frans).

"Assalamualaikum". Aku mencium tangan ibu sovia sebagai rasa hormatku kepada beliau.

"Waalaikumsalam frans, vira." sambut pelukan hangat dari ibu sovia. 

Biji mataku berputar menelusuri sekeliling isi rumah megah ini. Kulihat foto, lukisan, hiasan dinding yang terpajang di dinding ruang tengah yang menmbah kecantikan rumah tempat aku berdiri saat ini. 

"Ayo kemari ikut saya". Kami menuju ke ruang makan yang berada di belakang ruang tengah. Meja makan besar dengan 5 kursi. Terlihat diatas meja sudah terhidang banyak makanan yang sudah di masak oleh pembantunya, lengkap dengan minum dan buah-buahan segar. "Ayo..ayo masuk, silahkan duduk" Ibu sovia mempersilahkanku duduk di kursi makan.

Sebelum duduk aku memberikan oleh-oleh yang aku beli di toko kue tadi. " O, iya tante ini ada sedikit oleh-oleh buat tante, mohon diterima ya, semoga tante suka".

Tante Sovia menerima dengan senang. "wow puding coklat dengan saus strawberry, this my favorite dessert, is very delicious. Aduh kamu kok repot-ropet bawa puding segala sih. Kamu sudah datang ke undangan makan malam ini saja, tante sudah senang." 

"Syukurlah kalau tante suka, Tidak repot sama sekali tante, aku malah berterimakasih sudah diundang makan malam disini". 

Kesan pertamaku bertemu kembali dengan ibu sovia setelah kejadian itu, ibu sovia memang orang baik, periang dan berwibawa. Aku menemukan sedikit sosok ibuku di dalam ibu Sovia  Beliau sangat mengutamakan etika dalam segala hal. 

Makanya tidak heran jika anak semata wayangnya mas Frans adalah seseorang yang ramah. Meskipun di owner suatu perusahaan, dia tidak pernah merasa dirinya lebih. Ketika di kantorpun aku sering melihatnya sharing dengan karyawan lain saling bertukar pendapat. Dia sebagai bos juga mengayomi karyawannya. Tidak membedakan mana karyawan dan mana anak magang. 

"Ayo mah, kita mulai makan, sudah keroncongan perutku hehe" cletuk Frans ditengah perbincanganku dengan ibu Sovia sembari mengusap perutnya

Aku merasa Makan malam ini sangat sepi tidak sebanding dengan banyaknya makanan yang dihidangkan. Ketika aku datang melihat banyak macam makanan yang dihidangkan, pikirku akan ramai keluarga mas Frans. Ada kedua orang tua dan mungkin ada adik atau kakaknya.Ternyata Hanya 3 orang saja. Ada ibu Sovia, mas Frans dan aku di meja makan.

Ibu sovia mempersilahkanku untuk makan "Ayo silahkan makan vira, pilih makanan apa yang kamu suka, anggap saja rumah sendiri ".

***

Ibu sovia bercerita banyak tentang keluarganya. Suaminya meninggal saat mas Frans di bangku kuliah, akibat serangan jantung karena kecapekan dengan perkejaannya. Disaat itu mas Frans masih kuliah semester 7. Karena dia adalah anak tunggal, mau tidak mau dia harus meneruskan bisnis orang tuanya.

Tidak semudah yang di bayangkan. Awal dia memegang perusahaan, mas frans menghadapi banyak kendala. Karna selama ayahnya masih ada, dia tidak ikut mengurus perusahaan tersebut. Jadi mas Frans harus belajar dari 0. Sedikit banyak juga belajar dari mama nya, ibu sovia yang selama ini mendampingi suaminya menjalankan bisnis kelurganya itu. 

Mas Frans harus membagi waktu kuliah nya yang sudah hampir selesai, dan mengurus perusahaan. " Duh gimana pusingnya itu" gumamku. Tapi aku salut dengan kerja kerasnya. perusahaan yang awalnya akan mengalami kebangkrutan, dia bisa membangkitkan lagi. 

"Oh iya vira, tante berterimakasih sekali lagi  kamu kemarin sudah selamatkan tante dari tabrak lari itu. Kalau tidak ada kamu, gatau lagi tante minta tolong dengan siapa. Kamu tau sendiri kan di kota besar seperti ini, sulit menemukan orang yang tulus membantu orang lain". 

" Iya tante, sama-sama, sudah kewajiban kita sebagai sesama manusia saling tolong menolong"  senyum polosku kepada ibu Sovia.

Keadaan hening seketika karena kami sedang menikmati makanan yang lezat-lezat di hadapanku.tiba-tiba aku di kagetkan dengan pertanyaan tante sovia. "Vir, kalau tante boleh tau, apakah kamu sudah menimah ? "

Uhuk…uhuk..uhuk 

Aku keselak mendengar pertanyaan itu, ku ambil minum yang ada didepanku. " Ehmm, saya belum menikah tante, saya masih kuliah saat ini semester 7.ini juga sedang magang di kantor mas Frans" jawabku.

"Iya Frans juga sudah cerita kalo kamu baru beberapa hari magang dikantor dia. Lalu setelah lulus kuliah mau nikah atau bekerja vir ?" Tanya bu sovia lagi.

" Emmh insya allah bekerja tante .." jawabku dengan nada pelan.

" Jangan kerja terus ingat umur, cepat nikah. Nanti keenakan ngejar karir lupa nikah keburu tua. Bukan begitu kan Frans " sindir bu sovia sambil melirik anaknya. 

"Apa'an sih maaah…." Frans menjawab dengan malu-malu. 

"Lah kamu ini udah 30 tahun belum menikah juga, calon aja gak ada. Sibuk ngurus kerjaan terus"  cetus ibu sovia kepada Frans. Mengharap anaknya segera menikah. 

Aku yang mendengar mereka beribut kecil, Hanya tersenyum senyum sendiri. "Andai saja ia jodohku"pikirku. "Huust apa.an sih vir, kamu janhan ngehalu deh, kelurgamu tidak ada apa-apanya di bandingkan keluarga terpandang ini'' batinku. 

"Oh ya tante, tante ini suka berkebun ya? Aku perhatikan halaman di depan indah sekali. Rapi pohon dan bunga-bunga nya. Tanyaku kepada ibu sovia. 

" Iya betul, tante suka sekali berkebun, ya awalnya untuk mengisi waktu dirumah, ketika ditinggal almarhum papanya Frans jika keluar kota. Kenapa sayang, kamu suka berkebun juga ya?" 

"Emm, gak terlalu tante, almarhumah ibu saya dulu yang suka berkebun, kami punya kebun kecil dibealkang rumah, tapi di rumah yang dulu. Aku dan ayah pindah ke jakarta setelah ibu meninggal dan aku harus meneruskan pendidikanku disini". Jelasku.

"Yaudah next time berkebun aja sama mama di sini" tawar mas Frans dengan senyum tipisnya.

"Hehehe…" 

Jam sudah menunjukan pukul 21.15 WIB. "Oh ya mah, aku antar vira pulang ya. Tadi pesan ayahnya jangan pulang lewat 10 malam." Kata Frans kepada Mamanya.

"Oh begitu, yaudah hati-hati dijalan ya nak. Antar vira sampai tujuan dengan selamat. " Pesan ibu sovia.

Sebelum pulang aku berniat ingin membantu membereskan piring-piring di meja makan. Namun ibu Sovia melarangku "eh, udah sayang kamu gak usah beresin. Nanti ada bibi yang akan beresin." Ibu sovia meminta piring yang aku bawa. 

"Yaudah tante, vira pulang dulu ya. Tante sehat-sehat " peluk hangatku untuk tante sovia.

Aku di antar pulang oleh mas Frans. Di dalam mobil kami tidak ada rasa canggung lagi untuk ngobrol. Ketika asik ngorol dengan mas Frans, jesica menelponku.

" Hallo, ya jes ada apa?"

"Kamu dimana kak vir ?" Tanya jesica

"Aku ini lagi dijalan sama pak Frans pulang makan malam dirumahnya. Ada apa? " Tanyaku balik.

"Gak ada apa-apa. Yaudah kak" jesica tiba-tiba menutup teleponnya.

"Ih, aneh ni bocah " gumamku. Aku heran pada jesica, kenapa dia terlihat tidak suka saat aku bilang makan malam bersama mas Frans.

"Vir..vira " panggil Frans menengok ke arahku. "yah, dia malah tidur, kasihan mungkin kecapean".Mas frans yang sedang menyetir, berusaha menurunkan jok kursi mobil agar aku tidur lebih enak. 

Saat ku terbangun tengah malam, tiba-tiba aku sudah berada dikamar tidurku. Dengan pakaian yang masih lengkap yang aku pakai semalam. "Astaga aku ketiduran" aku melihat jam di hpku "lalu yang pindahkan aku ke kamar siapa ya ?." Ah sudahlah aku beranjak ke kamar mandi untuk membersihakan badanku dan mengganti pakaianku untuk kembali tidur. 

Kriing...kriing jam alarm ku membangunkanku di pagi hari, aku keluar kamar dan bertemu ayah yang sedang di dapur membuat minuman hangat.

"ayah, pas vira bangun kok tiba-tiba udah dikamar?. Seinget vira, kemarin dimobil perjalanan pulang sama si bos" mengerutkan dahiku.

" Kamu semalam tertidur di mobil, terus pas sampai rumah, Frans ketuk-ketuk pintu minta tolong ayah suruh gendong bayi gedenya ayah hehe" ledek ayahku.

" Issh apa'an sih yah, vira kan udah gede. Btw makasih ya yah" protes dengan mulut manyun.

" Bagaimanapun kamu tetap anak kecilnya ayah. jika kamu belum menikah, kamu masih tanggung jawab ayah" mencium keningku.

Aku melanjutkan memasak untuk sarapan hari ini. Aku teringat akan Jesica. "sudah lama aku tidak memasak untuk dia. Kasihan kan, dia di kota ini hanya seorang anak kos yang sedang merantau demi pendidikannya".

Seperti biasa aku mempersiapkan semuanya dan segera mandi untuk pergi ke kantor.