Chereads / Sekretaris Pipi / Chapter 23 - Memberi Petuah

Chapter 23 - Memberi Petuah

Senja mulai menyapa, terlihat sorot cahaya matahari menembus kaca jendela kamarku. "Hooam." Mataku menyipit sayu, seakan rasa ngantuk masih menguasai diriku. Ingin rasanya aku terus mendekap guling dan melanjutkan tidur dan mimpi indah, dibalut dengan selimut hangat, menghangatkan tubuhku dari hembusan angin dinginnya pagi.

Aku melirik jam di ponselku, ternyata sudah menunjukan pukul setengah enam pagi. Aku tidak sabar menunggu hari ini, dimana hari terakhirku magang di kantor PT Gemilang Sejahtera. Kantor yang selama sebulan memberikan banyak sekali pelajaran tentang di dunia kerja, relasi pertemanan, dan persaingan. Tidak seperti yang ku bayangkan sebelumnya, lulus dari universitas langsung bekerja. Tidak semudah itu ternyata. Semua harus dilalui dengan banyak rintangan. Kesabaran yang ekstra dan semangat optimisme yang tinggi.

Melamar pekerjaan tidak semudah langsung bisa keterima diposisi yang kita inginkan, suasana di dunia kerja yang ternyata sangat berbeda dengan dunia pendidikan. jika tidak kuat mental, kita akan down dan bisa jadi resaign masuk keluar di kantor satu ke kantor yang lain.

Semakin kuat persaingan, teman yang tidak selalu baik, adakalanya membicarakan kita dibelakang. Kerjaan yang numpuk menuntut kita harus menyelesaikan sesuai dengan waktu diedline yang sudah ditentukan. Dituntut Harus profesional, bisa membedakan mana urusan pribadi mana urusan pekerjaan.

Penerapan ilmu teori dan praktik yang sudah dipelajari dibangku sekolah maupun perkuliahan, tidak selalu sama penerapannya pada dunia kerja. Ya, aku sudah mempelajari itu semua di tempatku magang. Ini semua dapat menjadi bekalku nanti mempersiapkan diriku kedepannya untuk terjun ke lapangan, ke dunia kerja sesungguhnya.

Aku diam sejenak mengumpulkan niat untuk segera bangun dari tempat tidur, bermain ponsel sejenak yang ternyata ada pesan masuk dari Frans, pesan itu berisi ucapan selamat pagi dari seorang yang tersayang. Aku yang membaca pesan tersebut, sambil tersenyum senang seakan-akan ucapan selamat pagi ini mampu menambah nyawa semangatku memulai aktivitas pada hari ini. Ku balas pesan Frans dengan ucapan selamat pagi kembali dan memberi sedikit semangat untuk ia bekerja pada hari ini.

Mengingat hari ini adalah hari terakhirku melakukam magang atau praktik kerja lapangan di PT Gemilang Sejahtera, aku merasa sedikit sedih karena harus berpisah dengan kakak senior yang sudah baik selama ini padaku. Namun mau bagaimana lagi, waktu terus berjalan dan aku harus melanjutkan perkuliahanku dengan tugas akhir.

Aku mulai beranjak dari tempat tidur, Sebelum mandi, terlebih dahulu merapikan bantal,guling ke tempat semula dan melipat selimut tebalku. Lalu mengambil handuk dan menyampirkan kepundaku setelah itu pergi ke kamar mandi. Guyuran air di gayung membasahi tubuhku. Mata yang masih sayu mengantuk ini, tiba-tiba terang saat tersiram oleh air. Selesailah aku mandi dan ganti pakaian dengan rapi.

Aku berdiri didepan cermin, melihat tubuhku sendiri, yang semakin hari sepertinya semakin gendutan. Rambut lurus, panjang hitam lebat yang selalu ku tutupi memakai kerudung, sudah saatnya memotongnya. Untuk menambah kesegaran diwajahku, ku poleskan bedak dipipi dan lipstik di bibir tipisku. Dan yang terakhir, ku pakaikan kerudung hitam warna favoritku sejak dulu.

Siap berangkat..!!

Aku keluar kamar, kudapati ternyata dimeja makan telah siap sarapan nasi goreng ala ayah Hartawan. Ayahku memang pengertian sekali. Saat aku tidak sempat memasak, beliau menggantikanku untuk menyiapkan sarapan di pagi hari.

"Wah, enak ni ! Pasti ayah yang masak ya? Terimakasih aya." Puji ayahku dan menciumnya. 

"Sama-sama sayang ! Ayah tau pasti kamu capek, bangun kesiangan dan gak sempat masak. Jadi ayah deh yang mask !" Senyum ayahku

Aku membalas senyumnya, dengan melahap nasi goreng yang menurutku ini nasi goreng terlezat yang pernah ku makan. " Terimakasih ayah."

Makanan sudah habis, lalu aku pamit untuk berangkat ke kantor. Selalu ku cium punggung tangan ayahku berpamitan. "Assalamualaikum, vira pergi dulu yah, daaaa !"

"Waalaikumsalam, hati-hati nak !''teriak ayah dari dapur sambil membereskan piring bekas sarapan.

Untuk sementara memang ayahku kerja di rumah. Semenjak keluar dari rumah sakit dan masa pemulihan, ayah meminta untuk work from home saja. Jika kondisi sudah setabil, ayah akan bekerja turun ke lapangan langsung.

Sampailah aku di kantor. Kali ini rutinitas hari terakhirku magang berbeda dengan rutinitas sebelumnya yang berfokus pada membantu pekerjaan staf keuangan maupun sekretaris pak bos. Dihari terakhir ini sedikit santai. Aku hanya mmbantu beberapa tugas bu ine yang belum beliau selesaikan dari kemarin. 

Mengingat acara perpisahan magang nanti sejauh apa kesiapan yang sudahku amanatkan pada jesica. Aku berhenti mengupload data lalu mengambil ponselku di saku bajuku.

Tuut ... tuut ... tuut. Telepon terhubung

"Hallo jes."

"Hallo juga kak vir, ada apa ?" Jawab jesica 

"Maaf ganggu ya, kalau kamu sedang sibuk. Cuman mau memastikan aja, gimana kesiapan acara nanti ? Gimana nasi tumpengnya ?." Tanyaku serius pada jesica.

"Oh itu, siap ! Semua beres pokoknya ! Nanti diantar kesini sama kurir tumpengnya." 

Perasaan lega. "Huft, syukurlah kalau beres. Kirain kamu lupa. Hehe."

"Ok lah beres tinggal ditunggu jamnya aja. Pas pulang kantor kan ?" Tanya balik jesica 

"Yaps, betul sekali. Ok yaudah aku akan minta bu ine untuk mengumpulkan sebagian karyawan yang gak sibuk." Terangku pada jesica.

Sedikit ku berdiskusi dengan bu ine untuk membantuku mengumpulkan karyawan yang tidak sesang sibuk untuk mengikuti acara perpisahan magang. 

Ditempat lain ada jesica yang tiba-tiba kangen dengan kedua orang tuanya. Telah lama mereka menunggalkan putrinya untuk urusan bisnis di kuala lumpur. "Halo mah, jesica kangen banget sama mamah. Kapan mamah sama papah pulang ?" Rengek jesica menelpon orang tuanya. 

"Iya sayang, mamah papah juga kangen sama kamu. Sabar ya jes, nanti kalau kerjaan kami disini selesai, kami akan pulang ke jakarta." Terang bu bagas menenangkan putrinya

"Masih lama ya mah ?" 

"Mamah sendiri belum tau jes. Gini aja, kalau kami pulang, kamu mau oleh-oleh apa sebutin aja yang kamu mau !"

Jesica menyebutkan barang yang dia mau. Tentunya dia mengunginkan barang yang branded, berkualitas dan mahal. Namun tidak masalah bagi bu bagas dan suaminya, akan memenuhi permintaan jesica demi anaknya bahagia.

Jesica mengakhiri pembicaraan dengan ibunya, dengan wajah kesal, dia ngedumel dan ngomel sendiri.

"Ish mamah ! tiap kali anaknya kangen aja buhujuknya minta apa terus !. Aku kan gak cuman butuh harta ! Aku butuh kalian ada disampingku pah, mah !". Omel jesica didepan ponselnya. 

Saking sebalnga jesica pada kedua orang tuanya, sampai-sampai lelaki bertubuh atletis Frans, lewat didepannya saja ia tidak tahu. "Heh jes, kamh kenapa ? Ponselmu salah apa kok kamu omelin gitu ?" Tanya Frans bingung

Jesica gelagap saat menjawabnya. ia malu ketahuan bosnya ngomel dengan benda mati. "E-enggak pak, saya sebel habis teleponan sama mamah saya. Habisnya orang tua saya gak pulang. Saya kan sudah kangen sama mereka." Jawab jesica memasang wajah melas di hadapan Frans.

"Ya kamu sabar dong, harus mengerti mereka bekerja keras juga buat kamu anaknya ! Coba bayangkan, jika orangtuamu tidak bekerja, pasti kamu gak bisa mendapat pendidikan yang terbaik ! Banyak bersyukur jes !" Tegas Frans. 

Aku keluar dari ruang sekretaris bu ine, pandanganku langsung tertuju ke meja jesica yang tepat di depan matanya namun lumayan jauh. Aku mengerutkan dahi dan menyipitkan mata, memfokuskan pandangan.

"Itu kan mas Frans. Ngobrol apa sama jesica ya ?" Gumam vira.

Karena rasa penasaranku yang besar apa yang sedang kekasih dan sahabatku bicarakan, aku nguping pembicaraan mereka. Namun setelah dipikir, nguping itu tidaklah baik. Aku berjalan menuju meja jesica dan sontak mengagetkan Frans yang sedang berdiri di depan meja jesica. "Eh kamu disini sa..eh vira." 

"Huft untung gak keceplosan manggil sayang ! bisa berabe nih." Legaku dalam hati.

"Emm ini pak, ada perlu sama jesica. Bolehkan saya bicara dengannya sebentar saja ?" 

"Oh iya, silahkan !" Frans minggir memberi jalan untuk vira masuk ke ruang jesica. 

"Jes, ingat pesan saya ya, dah kamu gak usah marah-marah sama handphone kamu. Benda mati kok diomelin !" 

"Siap pak !" Jesica tersenyum lebar setelah mendapatkan petuah daru Frans. Lalu Frans meninggalkan vira dan jesica yang akan mengobrol.

Aku clingukan keluar ruangan untuk memastikan bahwa Frans sudah pergi jauh dari ruangan jesica. "Jes ! Tadi pak bos ngomong apa sama kamu ? Marah- marah sama handphone ? Emang kenapa  handphonemu omelin ?" Tanyaku bingung, bersuara lirih.

"Ah kamu mah, ngeganggu aku lagi ngobrol sama pak bos aja !" Bibir jesica manyun. Dia kesal karena aku sudah mengganggu mereka. 

"Ih, kenapa aku kasih tau dong ! Kita kan bestie (sahabat)." Bujukku pada jesica.

"Tadi tuh, aku kan….." Jesica menjelaskan semuanya padaku.

Aku pun menganggukan kepala pertanda mengerti akan penjelasannya. "Oh jadi begitu ceritanya. Ku kira kamu udah gak waras ngomel sama benda mati.hehe." Tawa lepasku meledek jesica.

Maaf jes aku sempat berfikir negative thinking ke kamu." Gumamku dalam hati. Tidak seperti yang ku kira, frans hanya memberi nasihat pada sahabatku tidak lebih.

Terlihat dibawah meja jesica ada kotak besar dibungkus dengan kertas kado. Kotak itu lalu ku ambil dan mengocok-kocoknya. "Ini ya, kado buat pak bos ?" Aku terkagum dengan kotak itu, karena ketika ku mengambilnya teras berat. 

"Iya."

Aku jadi teringat dengan kadonya yang mungkin besar kotaknya seperempat dari milik jesica. "Apa ini isinya jes ?" Tanyaku penasaran.

"Ada deh. RAHASIA !" 

Aku kembali kesal dengan jesi, sampai sekarang ia tidak mau memberi tahuku apa kado yang akan diberikan pada Frans. Membuatku semakin penasaran dan sedikit cemburu.

Tidak terasa jam menunjukan pukul 3 sore. Waktu dimana jam pulang kantor akan tiba. Kulihat disekitar lantai 3, karyawan tidak terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka.

"Eh gimana tumpengnya ? Sudah diantar belum ? Jam pulang segera tiba!" 

Jesica lalu menghubungi pihak catering pembuat tumpeng untuk memastikan tumpeng nasi kuning uang ia pesan kemarin. 

"Dah beres! Kurirnya sebentar lagi sampai. Aku juga udah pesan untuk di antar ke sini langsung. Jadi kita tunggu disinj aja !."

Bersambung….