Mata Vira tidak bisa terbohongi. Bahwa ia sangat letih butuh topangan dan bersandar di pundak yang kokoh. "Mas, aku butuh kamu." Gumam Vira ingin sekali kehadiran Frans sebagai penguatnya. Ia layaknya pohon yang ditebang keras dan sebentar lagi akan tumbang.
Rumah sudah sangat sepi. Penduduk rumah pun seluruhnya sudah terlelap dalam tidur mereka. Tetapi tidak dengan Vira. Untuk memejamkan mata saja ia tidak bisa. Kedua bola matanya terfokus pada satu titik yaitu tepat dijam dinding yang ada didepannya. Ia masih terfikirkan oleh permintaan mertuanya untuk menghindar dari kehidupan Frans sampai anak yang dikandungan Jesica lahir. Vira tidak habis fikir, mertuanya meminta hal yang memberatkan bagi dirinya.