BRAAAKKKK............
Terdengar suara dentuman meja yang sangat keras dari meja dosen, membuat semua orang yang berada di dalam ruangan itu tertengun dan gugup, semua orang yang berada di dalam kelas tersebut terkecuali Verlita dan Gress mengetahui arti dari pukulan keras tersebut, yang berarti seseorang telah melakukan kesalahan. Mereka tidak berani melirik ke kiri dan ke kanan untuk memeriksa siapa di antara mereka yang berbuat salah.
Gress dan Verlita terkaget dengan dentuman keras tersebut, membuat cairan yang mereka pegang tersentak dan menumpahkan cairan tersebut ke muka mereka sendiri,Gress segera menatap tajam kea rah seseorang yang membuat nya menumpahkan cairan tersebut ke muka nya sendiri, cairan berbau tersebut merupakan contoh untuk luka nanah yang terjadi pada pembusukan tubuh seseorang, bewarna kuning pekat , kental dan berlendir membuat siapapun yang menerima cipratan cairan tersebut merasa mual.
" Ya... kau..." Dev menunjuk seseorang yang berada di belakang Gress, membuat semua mata langsung tertujuh kepada wanita tersebut, Dev berjalan kearah wanita tersebut dengan raut muka yang sangat serius dan mata yang sangat tajam.
" Jika kau ingin cepat keluar dari falkutas ini, aku tidak akan sungkan untuk mengeluarkan mu, kau tidak perlu lagi capek-capek bertemu dengan muka ku, ataupun berusaha payah untuk mencerna semua perkataan ku."
" Ma... maaf maafkan aku.. aku tidak akan melakukan hal itu lagi"
"Kau tau seberapa penting nya setiap detik dalam kehidupan seseorang? Jika kau telat saja dalam 60 detik.. nyawa mereka akan pergi dalam detik itu juga, dengan berusaha keras saja masih banyak nyawa yang dapat kita lewati, apalagi dengan memainkan ponsel mu itu" Dev menunjuk kearah wanita tersebut sambil menutup kedua lubang hidung nya dengan sebelah tangan nya
" Maa... maaf , aku akan mengingat setiap perkataan dekan"
Gress masih sangat kesal dengan cairan yang berada di muka nya, bau nya sangat menyengat dan menjengkelkan, sebenar nya ia tidak bisa menyalahkan semua kesalahan itu kepada Dev, namu semua bermula pada diri nya kaget setengah mati di saat sedang serius. Mata nya terus mengikuti gerak gerik Dev yang mulai berjalan melewati diri nya beberapa langkah
" Hei... indigo" Gress menarik ujung baju praktik milik Dev, membuat gerakan kaki Dev berhenti dan menatap tangan Gress yang menyentuh jubah praktik nya, dan mata Dev kembali menatap Gress
" Sssttt..." Dev meletakan jari telunjuk di depan bibir nya sendiri mengisyaratkan agar Gress cukup diam saja, tolong jangan menggoda ku di dalam kelas, aku bisa saja lepas kendali. Tolong Gresss, bahkan aroma mu masih sangat mengoda di antara semua aroma menjijikan yang berada di kelas ini dan wajah mu. Dev memilih untuk terus bergerak maju dan meninggalkan Gress
Apa-apaan yang ia lakukan itu? Dan yang lebih parah nya lagi , apa-apaan aku ini, aku hanya diam dan menatap nya dengan sedikit terhipnotis. Kicau nya dalam hati sambil berusaha membersihkan cairan menjijikan itu dari wajah nya dan jubah praktik nya, sesekali ia merasakan rasa mual di perut nya, dan cairan tersebut sempat lolos dari kedua bibir nya dan melesat masuk kedalam indera pengecap nya owh.....jangan di tanya lagi apa rasa dari cairan tersebut.
" Ah.... Dekan kita yang satu ini benar-benar luar biasa"
" Dia sangat keren dan cakep sekali...., bisa menyentuh tangan nya saja benar-benar luar biasa"
" Benar... dia benar-benar karismatik, tinggi tubuh nya, cool.., bahkan pintar dan kaya.. kalian dengar? Aku dengar orang tua nya seorang pengusaha. Benar-benar tipe lelaki idaman, kau sangat beruntung di tegur oleh nya langsung, aku jadi iri... dia akan terus mengawasi mu dan mengigat mu"
" Walau begitu... aku tidak suka cara nya mengajar, dia membuat ku deg deg degan tidak karuan dan takut.."
gress , Verlita dan juga Teo duduk di satu meja di sebuah kantin, Gress duduk sambil melihat kesekeliling, ia tidak pernah benar-benar memperhatikan keberadaan kantin ini, bahkan tidak menyadari keberadaan kantin ini, ia kembali menatap makanan yang telah ia pesan di meja makan mereka, hanya sepiring salad.. bukan karena diet untuk tubuh nya, namun diet untuk kantong nya, ia harus menahan lapar tersebut sampai ia berhasil mengumpulkan uang yang cukup untuk membeli bahan-bahan praktek yang sangat mahal tersebut.
Wah..., ternyata si indigo tersebut sangat terkenal di kalangan mahasiswa, bukan hanya falkutas kedokteran namun juga terkenal di falkutas lain nya. Aku benar-benar tidak pernah menyadari nya.. jika ia menjadi topic paling hot di kampus ini, well..., dia memang hm.. tampan.., pintar..,dan kaya.., siapa yang tidak akan terpikat dengan nya... termasuk diri mu sendiri kan..ehem..
" Uhuk... uhuk..." Gress terbatuk sambil memukul dada nya ringan
" Kau tidak perlu memikirkan pria tersebut" Jawab Verlita
" Apa maksud mu Ver? Kau membaca ku? Aku... aku tidak memikirkan nya"
" Tidak...., hanya menebak saja, sejak kapan aku dapat membaca seseorang? Kau lupa aku bukan seorang peramal"
" Tunggu sebentar... kau memikirkan lelaki tersebut? Dia membuat masalah lagi dengan mu? Jika dia berani menyakiti mu lagi... akan ku remuk dia" Teo memukul-mukul tinju tangan kanan nya ke telapak tangan kiri nya
" Kau yakin dapat meremuk ku , hm.... Siapa? Diri mu?" Dev berdiri sambil memegang nampan yang ia letakan di meja mereka,sambil memiringkan kepala menatap Teo mencoba mengingat kembali.. jenis makhluk apa dia kemarin.
Suara anak-anak di sekitar mereka menjadi riuh begitu Dev berhenti di meja makan mereka, semua mata tertujuh kepada mereka dan mediteksi orang bagaimana yang membuat Dev ingin duduk di dekat mereka, Dev sendiri lebih memilih untuk makan sendiri di ruangan sepi di bandingkan harus bersempit-sempitan , dengan aroma yang bercampur dan bahkan gossip-gosip yang tidak penting, namun entah bagaimana ia memutuskan untuk makan di keramaian
" Kau bahkan tidak dapat mengingat nama ku, bagaimana kau bisa melayani pasien mu"
" Ah..., aku hanya mengingat hal-hal yang penting saja"
" Eh... , aku harap kau juga akan melupakan bagaimana mengeja nama mu"
" Bagaimana bisa kamu akan bertahan sampai pelajaran selesai jika hanya sepiring salad, otak mu juga memerlukan asupan makanan yang cukup. " Dev menatap piring Gress
"Hm... aku yakin ini cukup kok" Gress ikut menatap piring nya
" Hei... bagaimana bisa kau di katakan pria , jika kau berdiam diri melihat makanan nya sedikit itu. Makan punya ku saja..., aku mengambil nya terlalu banyak"
"Ti...Tidak perlu.., aku merasa makanan ini sudah cukup untuk ku. Kamu makan saja makanan mu sendiri"
" Ini lah yang nama nya persahabatan indigo, bukan karena aku tidak peduli pada nya, namun aku menghormati keputusan yang ia ambil untuk diri nya"
"Apa rasa nya" Dev menanyakan hal lain kepada Gress, sambil menuangkan sebagian makanan dari piring nya ke piring Gress
" Apa? Daging ini maksud mu?" Gress menunjuk piring di depan nya, daging itu memang membuat Gress sangat tergiur, karena ia sudah sangat lama tidak memakan nya.
"Cairan .." Dev berusaha menahan senyum nya ketika mengingat kejadian di kelas tadi, namun ia tidak bisa menahan nya dan langsung saja memamerkan tawa kecil nya
" Aekh... jangan di tanya lagi.. apa rasa nya, sungguh... itu sangat menjijikan.. aku bahkan masih dapat mengingat rasa nya di lidah , tenggorokan bahkan otak ku"
Tawa Dev meledak, yang hanya di tatap datar oleh Verlita , yang ingin sekali menjejel cairan tersebut ke mulut nya " Kau mau mencoba nya?" tanya Verlita kesal
" Tidak..., Karena aku tahu persis rasa nya... aku pernah merasakan nya"
Gress dan Verlita saling menatap, penasaran dengan kata selanjut nya yang akan di katakan oleh nya. Bagaimana bisa ia juga mencicipi cairan tersebut
" Maaf kan six tense, dan juga maafkan aku peramal" Dev menyentuh bibir Gress.. ,mengelap nya lembut dengan telunjuk nya. Membuat semua mata seluruh penghuni kantin itu seolah menyayat-nyayat tubuh Gress menjadi potong-potongan kecil.
" Uhuk... uhuk..." Teo terbatuk-batuk melihat pemandangan di depan nya.
Dan aku mulai merasakan firasat buruk tentang ini..., aku merasakan akan ada bencana yang akan menuju kearah ku setelah kejadian ini.