Lagi..., kali ini aku merasakan ada yang mengikuti ku dan mematai ku. Gress melirik kearah belakang nya sambil berlari dengan cepat untuk menuju kampus, namun ia tidak menemui hal yang ia curigai, hanya sekeliling mahasiswa yang berjalan menuju gerbang, tidak ada siapapun, tapi kenapa perasaan ini sangat aneh? Gress masih sibuk menghadap kebelakang untuk melihat sekitar
Brukkk...
"Akh......." Gress menabrak seseorang dan terjatuh terduduk, seperti nya orang yang ia tabrak memiliki bobot tubuh yang lebih besar dari diri nya, hingga membuat nya terjatuh
"Kau tidak apa-apa peramal? Di mana letak mata mu?" Dev menyodorkan tangan nya pada Gress
" Maaf sudah menabrak mu..., mata ku seperti yang kau lihat. Masih di tempat yang sama" Senyum Gress
" peramal..." Dev mengendus tubuh Gress "kau baru bermain di mana?"
" Hah?"
" Kenapa ada bau lain di tubuh mu. " Dev terus mengendus.." Kau memakai sesuatu?"
" Tidak ada? " Gress penasaran dan ikut menciumi ketek nya, apa bau badan? Gress mundur agak jauh dari Dev, ia baru ingat kalau ia baru saja berlarian dan mengeluarkan keringat akibat aktivitas tersebut
Dev mendekat dan terus mengendus.. " Sungguh ini bau yang aneh.. bukan aroma tubuh mu"
Gress kembali menjauh sambil menundukan kepala nya " Indigo..., hentikan aktivitas mengendus mu"
" Kenapa?"
" Ka... karena.. karena yang kau endus itu bau keringat ku yang baru saja berlarian..." Bisik Gress yang malu tak berani menatap Dev
"Bu.. bukan.. bau keringat mu..., ada benda lain yang menempel"
" Hah? Aku akan mandi nanti, biar benda yang menempel itu lepas. Jadi berhenti mengendus ku.." Gress menahan tubuh Dev yang mendekati diri nya
" Kenapa? Aroma mu ... candu buat ku"
" Karena.... Karena... karena.., pokok nya jangan lakukan itu lagi" Gress tertunduk malu, bagaimana kalau bau keringat ku terendus oleh nya?
"Ah...., jangan khawatir..., tapi aku harus tau benda apa yang menempel di tubuh mu. Cepat buka baju mu"
" A... apa? Apa kau waras?" Gress terkaget dan merapatkan kedua tangan nya di depan dada , ia berjalan mundur dan tersudutkan oleh rak sepatu di belakang nya
" Kenapa? "
" Ke.. kenapa?" Jawab Gress terbata-bata.Dia masih menanyakan hal tersebut? Apa dia sudah gila.
" Kau malu? Kau takut? Kau tidak tau? "
" Apa ? apa yang tidak aku ketahui?"
"Jika di semester ke lima kau akan mengekspos tubuh mu di hadapan teman praktek mu? Jadi apa beda nya sekarang atau nanti?"
" Ta..." Gress menelan air liur nya karena kaget dan tidak tau harus berbuat apa. Sementara tangan Dev sudah berada di atas kancing kemeja Gress dan mulai bergerak untuk membuka nya perlahan kancing pertama
" Tu... tunggu..." Gress menahan tangan Devian " ini .. ini.. di tempat umum" Gres tidak berani menatap kearah Dev, mata nya menjalar kesekitar lalu lalang para manusia yang menatap mereka berdua dengan tatapan jijik , seolah mereka berbuat mesum di hadapan khalayak ramai. Dan Gress dapat merasakan pandangan sangat menusuk dari para wanita- wanita yang mungkin saja pegemar berat Dev
" Ah... benar" Dev langsung menjaga jarak dari Gress dan menarik Gress ke ruangan kesehatan
Gress menahan nafas sedalam mungkin , saat tangan besar lelaki itu membuka perlahan kancing kemeja nya, jantung nya berdebar tidak menyenangkan, entah kenapa dia hanya diam saja dan tidak melawan atas perlakuan itu, ia hanya diam , menatap tangan lelaki tersebut, setiap jengkal gerakan nya membuat semua urat syaraf nya menegang.
Sementara aku penasaran dengan bau aneh dan mencurigakan dari tubuh Gress, aroma tubuh nya yang lebih dominan membuat ku sulit berkonsentrasi, aku bahkan memerlukan waktu yang sangat lama untuk membuka sebuah kancing, tanpa sadar jantung ku berdetak cepat, aku berusaha mengontrol pikiran ku tetap pada jalan yang benar, ini lebih sulit di bandingkan harus melakukan bedah....aku bahkan harus mengendalikan getaran di jari ku.
Kilatan kecil menyilaukan mata Dev, yang berasal dari belakang kerah baju yang di gunakan Gress, ia menyipitkan mata nya, dan melepaskan kedua tangan nya dari kancing kemeja Gress dan beralih kearah kerah bagian belakang baju Gress
" Sebentar...." Dev berdiri di hadapan Gress yang sedang duduk , ia mendekat kan tubuh nya kepada Gress, dan melingkarkan kedua tangan nya ke leher Gress.
Pandangan Gress tertutup oleh tubuh Dev yang mendekati nya, helaian kemeja bewarna biru yang di kenakan Dev berkibar oleh tiupan angin itu sesekali menampar lembut wajah Gress, dengan perlahan Gress memengangi ujung kemeja Dev untuk menghalau tamparan selanjut nya , ia baru menyadari tepat di depan mata nya... adalah dada Dev.., perlahan arah pandangan nya mengikuti alur tubuh Dev hingga berhenti tepat di dagu Dev yang berada di atas kepala nya, jantung nya semakin berdetak cepat, hingga perlahan ia mulai mengendus aroma tubuh lelaki tersebut, lembut.... Aku baru kali ini menghirup aroma tubuh nya..., ia memejam mata nya, untuk lebih menikmati aroma tubuh Dev..., seperti ini kah ia merasakan aroma ku..
" Dapat..." Dev berdiri sempurna.. membuat Gress kaget dan langsung membuka mata nya hampir di katakana melotot,
" A... apa?"
" Ini... aroma aneh itu" Dev membuka telapak tangan nya dan menunjukan sebuah kaca bening sebesar kuku jari dan juga helaian beberapa kumis binatang
Gress menatap dalam benda asing tersebut, ia merasa pernah melihat benda asing tersebut, tapi di mana? Ia tidak dapat mengingat nya dengan jelas. Mungkin seharus nya ia menanyakan ini kepada senpe.
" Kau mengetahui sesuatu?"
" Aku pernah melihat ini di suatu tempat, tapi aku tidak yakin di mana itu?"
" Dari yang ku ketahui... bulu binatang di gunakan untuk hal-hal yang bersifat spiritual... dan aku curiga ini bukan hal yang baik peramal"