Chereads / I DON'T BELIEVE MY DESTINY 1 / Chapter 27 - Mata-mata

Chapter 27 - Mata-mata

Sore itu , langit lebih cerah dari pada biasa nya, warna ke orenan dan merah terlukiskan indah di langit-langit , berdampingan dengan indah nya matahari yang akan terbenam, Gress berjalan di sekitaran jembatan menuju arah café tempat nya bekerja, namun ada yang berbeda hari itu, ia merasakan setiap langkah nya di ikuti, Gress berhenti dari gerakan nya. Ia berhenti cukup lama sambil memandang bayangan di samping nya yang ikut berhenti dan kemudian berjalan mendekati nya. Gress menarik nafas panjang, ia siap-siap untuk membalikan badan dan memukul orang tersebut.

Gress melepas kan tas ransel nya dengan pelan dan santai, memegang kuat ujung tas tersebut. Dalam hitungan tiga ... aku akan memukul nya kuat dan belari dengan sangat cepat. Satu..., Gress mengambil ancang-ancang.., dua..., ia mengambil nafas panjang.., dua setengah... ia menelan ludah nya, dua.. , dua... dua.., nyali Gress mendadak ciut, hitungan hanya berhenti di kehitungan dua.

Aku pasti bisa.., tiga... Gress memejam kan mata nya sambil memutar badan nya kebelakang dan memutarkan tas nya dengan kuat hingga memukul seseorang yang mengikuti nya dari belakang, seseorang itu terjatuh tersungkur di lantai, perlahan Gress membuka mata untuk melihat sosok yang terjatuh tersebut.

" Aduh... Aduh..., sakit sekali" Suara serak itu keluar dari seseorang yang terjatuh tersebut

Gress.. menutup mulut nya dengan kedua tangan nya ketika kedua mata nya terbuka sempurna, ia menundukan kepala nya berkali-kali begitu yang ia lihat seorang wanita tua , sekitar umur tujuh puluh delapan tahun itu jatuh tersungkur hingga mengeluarkan darah di sekitar pelipis mata nya.

" Ma... Maaaf kan aku, maafkan aku" Gress berkali-kali menundukan kepala nya sambil membantu wanita tua itu berdiri

" Apa salah ku anak muda.." Nenek tersebut mengelap darah di sekitar pelipis nya yang terasa menyakit kan

" Maafkan aku... aku mengira ada yang mengikuti ku dari belakang. Aku akan membawa nenek kerumah sakit"

" Da... darah..." Nenek itu kaget melihat darah yang ada di pelipis nya,

Gress dengan segera mengendong nenek tersebut sampai kerumah sakit terdekat,mau tidak mau dia harus membolos dari pekerjaan karena harus menunggu pengobatan nenek tersebut, bagaimana bisa aku menyerang nenek tersebut, tanpa serangan tersebut nenek tersebut saja sudah susah untuk berjalan. Gress merogoh saku nya, dan mulai mengeluarkan beberapa lembar uang, ia menghitung jumlah uang yang ada di tangan nya.

Merasa kurang dengan uang yang ada di tangan nya, ia mencoba membuka tas ransel nya dan mengeluarkan lembaran-lembaran uang, sambil terus menatap uang tersebut. Uang membeli barang praktek yang ia kumpulkan dengan cara menahan lapar, harus lenyap begitu saja tanpa dapat membeli yang ia butuhkan, kurang lagi..., seperti nya aku harus lebih hemat lagi.

Kring... kring..

"Ya... halloo Teo"

" Kau di mana?"

" Di rumah sakit"

" A.. apa yang terjadi? Apa kau terluka? Aku akan segera ke sana"

" Tidak.. tidak, bukan aku yang terluka, aku baik-baik saja.. hanya ada insiden kecil saja.. ada apa menelpon ku ?"

" Ah...., aku dan Verlita ingin mengajak mu makan setelah kau selesai bekerja.."

" Soal.. itu.., aku hari ini tidak mungkin untuk bekerja..., seperti nya.. aku ingin mencari pekerjaan lain.. uang untuk praktek bulan ini tidak akan cukup"

" Tenang saja.. hari ini aku akan mengantikan mu, pelan-pelan kita cari bersama, cepat pulang untuk makan, kami sudah membelikan porsi mu"

" Anu... Teo.. te.. terimakasih"

" Ver, kau harus menyamar menjadi Gress sekarang, kita akan mengantikan perkerjaan nya hari ini" Ungkap Teo

" A.. aku? Kau tidak salah? Dengan melihat sekilas.. semua orang juga tau.., Gress tidak mungkin setinggi diri ku" Verlita menatap Teo dengan kesal, kemudian ia mulai memperhatikan baik-baik tubuh Teo yang kurus dan tidak terlalu tinggi

"A.. apa yang kau lihat?"

Verlita mengeluarkan tawa aneh nya " Seperti nya kau lebih cocok... tinggi mu"

" Oh.. Verlita... aku mohon.. kau tidak akan membiarkan ku mengenakan pakaian wanita kan?" Teo langsung memasang wajah memelas sambil mengengam kedua tangan nya sendiri , membentuk sebuah gerakan memohon

" Apa jadi nya jika Gress dan si indigo sialan itu mengetahui nya, mau di letak di mana lagi muka ku Ver.., ok... kau bisa menutupi ketidak beruntungan mu"

Verlita hanya menatap tajam Teo saat kata-kata ketidak beruntungan itu keluar dari mulut lelaki tersebut dan di akhiri dengan jitakan di kepala Teo, dan setelah perdebatan panjang.. antara mereka , Teo tetap saja kalah oleh Verlita, dan mau tidak mau ia harus mengenakan pakaian wanita, lengkap dengan rambut palsu.

Teo keluar dari kamar Verlita dengan muka cemberut, dan kesal, sesekali ia menghentakan kaki nya di lantai dan mengoyangkan tubuh nya kesal, ketika ia harus mengunakan pakaian wanita, sedangkan Verlita tertawa terbahak-bahak sambil menguling-guling kan tubuh nya di lantai saat menatap Teo yang terlihat sangat feminim, dan tidak lupa ia mengabadikan momen tersebut kedalam ponsel nya.

" Jangan lupa mengenakan masker nya, jika tidak..." Verlita berusaha menahan tawa nya saat ingin mengeluarkan kata-kata ini.., tubuh nya bergetar saat menahan tawa yang akan meledak

" Jangan katakan apapun pada ku, aku tidak ingin mendengar apapun" Kesal Teo sambil memakai masker dan berjalan kebelakang , untuk mulai membersihkan tumpukan piring, di ikuti oleh Verlita yang merasa menyesal telah menertawakan Teo, sebagai rasa penyesalan tersebut, ia akan membantu Teo untuk menyelesaikan pekerjaan nya.

" Teo.."

" Aku tidak sedang ingin bicara..."

"Teo..." Verlita kembali mengulang perkataan nya, tanpa menghiraukan perkataan Teo

" Aku kan sudah bilang kalau aku...." Emosi Teo terpancing oleh Ver yang tidak mendengar peringatan dari diri nya, ia meletakan piring yang penuh dengan busa itu di wastafel dan menyampingan tubuh nya menghadap Verlita, menatap Verlita dan siap-siap mengeluarkan luapan emosi nya

Verlita masih melanjutkan membersihkan piring-piring yang penuh dengan busa, dan menyadari jika Teo menatap nya , namun ada hal yang ingin sekali ia ketahui " Apa kau sangat mencintai Gress?" Verlita meghentikan aktivitas nya dan menatap Teo dengan tatapan penasaran

" Hah? Kenapa tiba-tiba...., tentu saja aku menyu... menyu.. menyu.." kata-kata itu sangat susah untuk keluar dari mulut nya, karena di setiap kata tersebut terkandung emosi dan rasa cinta nya, hingga ia tidak dapat mengatakan nya , rasa malu membuat muka nya memerah dan salah tingkah

" Apa rasa nya? Melihat mu bahkan rela untuk mengenakan pakaian tersebut, aku jadi penasaran...bagaimana bisa ? perasaan apa yang kau rasakan hingga dapat membunuh kemaluan yang lain"

JLEBBB.......

Teo merasakan sesuatu yang menusuk dari kata-kata Verlita, entah ia sengaja mengatakan nya, ataupun tidak.., tapi rasa nya sangat menyakitkan " Apa maksud perkataan mu yang terakhir Ver? Kau tidak pernah merasakan rasa suka pada seseorang?"

" Ng.. " Verl mengelengkan kepala nya

" Aku tidak bisa menjelaskan nya..., sampai saat nya kau merasakan nya sendiri..,kau baru mengerti apa yang ku lakukan. Beberapa mengatakan kalau sedang jatuh cinta, kotoran pun rasa nya sama seperti cokelat, ada juga yang mengatakan jika kau jatuh cinta, maka kau lupa semua nya. Tapi bagi ku.. jika ia dapat melihat ku saja, aku sudah bahagia.."

" Oh" Verlita menganguk sambil terus menatap Teo, melihat Teo yang tersenyum sangat manis saat mengatakan hal tersebut, senyum yang sangat mempesona, berbeda dengan senyum cengiran nya, Verl menatap belakang tubuh Teo sambil terus mengamati nya, bahkan aura nya pun berubah, ia bahkan terlihat lebih bisa di handalkan dari pada biasa nya, aura yang hangat dan karimastik

" Apa... kau juga akan membantu ku..." entah alasan apa..., Verl melontarkan perkataan tersebut, hanya untuk menguji jawaban dari Teo

" Tentu saja... aku pasti akan membantu mu, karena kita kan sahabat" Teo tersenyum pada Verl, dan jawaban Teo membuat Verlita merasa senang dan tersenyum lebar pada Teo

Setelah seharian menemani pemeriksaan nenek yang ku hajar, ternyata uang yang ku kumpulkan langsung ludes begitu saja, sedangkan praktek pembelian jasad sebentar lagi, Gress memijat-mijat sekitar bahu nya, pusing karena harus memikirkan uang dan juga karena lelah seharian hanya di habiskan untuk mengantri pengobatan, dari kejauhan terlihat dua sosok yang sedang duduk di tangga pintu masuk rumah Verlita

" Kau sudah pulang?" Verlita menyapa Gress yang terlihat lelah

" Kalian dari tadi di sini?" Gress tampak kaget melihat tubuh mereka yang terlihat kusam

" Aku sudah lapar..., ayo kita makan" Teo mengoyangkan kantong plastic yang ada di tangan nya

" Dan ini upah mu hari ini" Verlita mengeluarkan amplop putih

" Tunggu sebentar? Upah?"

" Teo mengantikan mu hari ini..." Jawab Verl

" Te.. Teooo...." Gress menahan sesuatu di mata nya

" Karena.. itu... karena kau memerlukan uang.. jadi aku...."

Gress menatap kedua sahabat nya bergantian, senyum nya merekah, rasa lelah nya tergantikan dengan perasaan yang mengharukan, ia sangat-sangat bahagia dan terharu bersamaan, kedua orang di hadapan nya selalu memikirkan nya, dan ia bahagia karena memiliki mereka di dalam kehidupan nya yang berat ini, mata Gress berkaca-kaca, ia tersenyum sambil menahan air mata yang akan terjatuh

" Peduli setan dengan kemampuan ini...." Gress menghempaskan tas selempang nya dan langsung memeluk erat Teo, ya aku tidak peduli aku akan membaca nya berkali-kali, aku juga tidak peduli jika tenaga ku akan terkuras saat membaca..., saat ini aku hanya ingin memeluk nya

" ng... Ver.. juga membantu" Teo tersipu malu , perlahan tangan nya yang guntai di samping tubuh nya, perlahan mulai menyentuh tubuh Gress...

" Terimakasih...." Ucap Gress.. berbisik pada Teo.., dan merangkul Verl yang ada di samping nya dengan tangan sebelah nya " Terimakasih Verlita"

mimpi apa Teo semalam hingga ia dapat pelukan pertama dari wanita yang ia sukai, sangking bahagia nya ia tak henti-henti nya tersenyum, ia menghirup aroma tubuh Gress yang sedikit berbau obat dari rumah sakit, dan jantung nya yang tak henti-henti nya melompat-lompat membuat kedua kaki nya lemas dan perlahan ia terjatuh lemas.