Gress menundukan kepala nya, sambil memegang erat tas yang berada di tangan nya, sangat erat, jantung nya berdetak sangat kencang .. karena akhir nya semua harus berakhir seperti ini, jangan sampai kartu nama itu jatuh ketangan professor tersebut. Laki-laki paruh baya itu bernama Paules, Prof. Dr Paules Sp.BS, ICS, , gelar belakang International Community of Surgery di dapat kan karena mengikuti sebuah organisasi internasional, untuk keahlian .. jangan di tanya lagi, ia sudah mendapat nama di kanca international
" Jawab aku..." Mata dokter tersebut mengarah kepada tas yang di pegang sangat erat oleh Gress
" Aku... aku.. tidak terdaftar.." Gress masih menundukan kepala, sadar kalau jawaban tersebut sangat mengerikan, dan juga ia tidak ingin melakukan kontak apapun terhadap dokter tersebut
Braaakkkk...
Terdengar pukulan meja yang sangat kuat, Dosen tersebut memukul meja nya dengan sangat kuat , membuat seisi ruangan tersebut terhentak kaget, di dalam ruangan tersebut hanya ada Gress dan Dosen tersebut serta perabotan kantor yang ikut tersentak karena suara gema yang memantul dari dinding nya yang kedap suara
" Lancang sekali kau...!!!! Bagaimana bisa kau memiliki akses untuk masuk ke sini? Kemarikan tas mu" Dosen tersebut menarik tas yang di pegang erat oleh Gress
" Jangan....!!!! Aku.. aku bisa ke sini karena aku calon mahasiswa ajaran baru, karena kesalahan petugas pemeriksa jawaban, aku gagal masuk di ajaran ini dan karena nilai ku yang tertinggi.. maka sebagai kompesasi nya , aku akan masuk di ajaran tahun berikut nya.., aku hanya tidak ingin ketinggalan pelajaran saja, jika menunggu tahun depan, otak ku sudah akan membeku" Jawab nya panjang lebar, sambil mempertahankan tas yang di pegang nya
" Sombong sekali diri mu, mengaku diri mu yang terpintar. Kemarikan tas mu!!! " Dosen tersebut menarik paksa tas yang di pegang oleh Gress, dan terjadi tarik- menarik antara mereka berdua.
Brukk....
Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka dengan lebar, dan terdapat dua sosok yang berantakan dan gos-gosan di depan pintu itu, mereka berdua sibuk menarik nafas dan mengatur nafas mereka berdua, keringat mengalir di kedua pelipis sosok itu, Gress dan dosen tersebut menghentikan aktifitas mereka dan menatap sosok tersebut
" Aku yang salah... maaf kan aku.. dok. Kalau bukan karena aku , dia tidak akan dapat masuk ke falkutas ini" Teo langsung memegang kedua tangan dosen tersebut dan menundukan kepala
" Tidak... tidak.., bukan dia yang salah dok, aku yang salah.. aku yang memohon kepada nya. Jika saja aku tidak memaksa nya, ia tidak akan berbuat demikian, ini karena ke egoisan ku..dia tidak terlibat sama sekali" Teriak Gress.., alasan kenapa Gress masih mempertahankan tas nya , bukan karena benda berharga di dalam nya, namun untuk melindingi Teo dari malapetaka yang ia sebabkan sendiri, di dalam tas tersebut terdapat kartu akses yang di buat oleh Teo.., karena itu lah ia terus mempertahankan tas milik nya
" Tidak..., yang paling bersalah di antara meraka adalah diri ku.. tolong lepaskan mereka berdua, aku rela kok tidak masuk ke falkutas ini tahun depan.. jika mereka tidak di libatkan dalam hal ini"
" Tidak.. Verlita.. , bukan salah mu. Tapi ini semua salahku, dari awal aku tau ini salah, namun masih aku perbuat"
" Gress... semua ini tidak akan berhasil.. jika bukan karena dana yang ku keluarkan, jadi ini semua salah ku, aku lah donatur yang membuat semua nya berhasil"
" Tunggu sebentar... Kenapa kalian bisa lancang berada di dalam kantor ku? Dan siapa kalian semua? Ada apa ini? " Dokter tersebut langsung menarik tas yang berada di tangan Gress , dan karena kelengaan Gress tas tersebut langsung saja berpindah tangan, tanpa sengaja tangan mereka berdua bersentuhan cukup lama.
Apa ini? Lagi? Ruangan ini berputar dengan sangat cepat , dan saat ruangan ini berhenti berputar, aku telah berada di dimensi lain dari dunia ini.., darah.. di mana-mana darah, semua orang berlarian..kerumunan orang yang banyak itu berlarian tidak tentu arah, teriakan-teriakan dasyat bergema di seluruh ruangan
Di saat bersamaan, Dokter tersebut membuka tas Gress dan menemukan kartu akses mahasiswa palsu yang ia gunakan, dan semua nya terbongkar. Terjadi keributan besar di dalam kantor yang pintu nya terbuka tersebut, teriakan demi teriakan di lontarkan oleh dokter tersebut, sedangkan pikiran Gress masih menjelajah waktu.
Pecahan tubuh seseorang bercecer di lantai, sebagian tergeletak dan meneriakan kata tolong dan kesakitan.., di mana ini? Apa ini? Tiba-tiba saja suara mengelegar kembali terdengar, di tambah dengan puing-puing yang berjatuhan dari atas, menimpah orang yang berada di bawah nya, tubuh mereka penyet tak berbentuk...
" Akhhhhh..." Tanpa di sadari oleh Gress, tubuh fisik nya bergerak , ia menutup kedua telinga nya dan berteriak melihat keadaan yang mengerikan itu, bom di sebuah Negara.., tepat nya ia berada di dalam gedung perkantoran yang berisi kan ribuan orang, dokter Paules, berlarian..., memeriksa korban yang ia anggap masih dapat di selamatkan.
Mereka bertiga menghentikan perdebatan sengit tersebut dan melihat kearah Gress yang berteriak, tubuh nya gemetar kuat, ia menutup telinga nya dengan sangat kuat, kedua pupil mata nya bergerak tak beraturan.
" Gress..., ada apa? " Teo dan dokter tersebut mendekati Gress untuk memastikan keadaan nya yang cukup mengerikan
" Jangan!!!!!!!!!!!!! " Teriak seseorang yang berlarian kearah mereka " Jangan sentuh dia.., dia sedang tidak berada di sini"
" Apa maksud mu Devian? "
Devian melewati ketiga orang tersebut dan memengangi kedua tangan Gress dengan kuat, dan mengocangkan tubuh nya pelan
" Sadar lah... hentikan membaca nya.., Heiiii!!!" Devian memeluk Gress dan mengelus pungung nya pelan sambil membisikan " Berhenti membaca.., cukup... kau mendengar kan aku?"
" Ya... Ya... berani nya kau memeluk diri nya.." Protes Teo yang memegang tangan Devian dan hendak menyentuh Gress.. untuk menarik Gress menjauh dari lelaki yang tak di kenal nya
" Jangan sentuh dia, dengar kan aku.., jika kau menyentuhnya di saat seperti ini.. dia tidak akan kembali dengan cepat"
" A.. aku.. aku sudah di sini" Jawab Gress yang meyakinkan semua jika dia baik-baik saja " dan kau bisa melepaskan ku sekarang" Gress berjalan mundur dari Devian