Papan tulis yang ada di depan atas sekarang menjadi fokus untuk gadis itu dalam memandang. Tidak ada lagi yang bisa ia pandang untuk saat ini. Raganya harus dipaksa duduk di sini, tetapi pikiran yang dibawa melayang kemana-mana. Tertinggal di dalam bangunan kantor milik Pak Bimo, separuhnya lagi ada di bersama Isak. Pria itu membuatnya tak nyaman setelah mereka berpisah. Dia pandai menebak apa yang ada di dalam hati Nata. Dia bisa membaca semuanya lewat pandangan mata gadis itu.
Naasnya, semua tebakan yang dia lontarkan untuk Nata, benar adanya. Tak ada satu pun yang meleset, 100 persen valid! Rupanya dia sudah hafal seperti apa Lanata Calya Halwatuzahra.
"Kita akan membagi kelompok belajar untuk tugas akhir semester nanti. Proyeknya bisa kalian mulai dari sekarang." Dosen yang berdiri di depan kelas memulai. Menatap satu persatu muridnya.
"Ibu akan mengacak. Nama yang disebut empat kali berurutan, akan menjadi satu kelompok."