"Bagaimana?" tanya Nata lagi. Masih kokoh dengan pembicaraan mereka tadi.
Sial! Kenapa dia begitu keras kepala!
Dania lagi-lagi menghela nafasnya dengan ringan. "Nata ..." Dia memanggilnya. Tersenyum kecut. "Jujur saja, aku tidak terlalu suka jika kita membahas tentang keluarga. Aku tidak terlalu baik dengan keluargaku. Jadi bisa kita membahas yang lain. Banyak hal yang bisa membuat kita akrab," ujarnya. Memohon. Tentu saja itu hanya alasan. Hubungannya baik-baik saja. Bahkan Dania masih menjadi anak manja kesayangan papa dan mamanya, meksipun gadis itu punya siapa yang buruk pada kedua orang tuanya. Dania masih belum bisa memahami keadaan hidupnya sekarang. Dia tak mau hidup menjadi gadis yang miskin, nyatanya, Dania terlanjur nyaman dengan hidup yang serba berkecukupan.
Nata diam, memandangi sepasang mata kucing milik Dania. Sekarang dia hanya bisa mengangguk saja. Tersenyum tipis kemudian. Tak memberi jawaban apapun lagi.