Rahangnya mengeras, hidungnya kembang kempis sebab menahan amarah yang benar-benar bergejolak di dalam hatinya sekarang. Ini bukan hal yang wajar, Faishal tidak pernah semarah ini sebelumnya. Semenjak kehadiran Rama kembali, kekhawatiran membawa dirinya menjadi asupan ego dan amarah. Dia terlalu sensitif jika sudah menyenggol nama Nata dan Rama. Hanya dari, dirinya takut akan sebuah kegagalan dan kekalahan. Dia hanya khawatir jika suatu saat nanti gadis yang ia cintai hilang dan pergi dari hadapannya. Naas memang, sekarang Faishal benar-benar ditelan oleh kekhawatiran yang tiada berdasar.
Bukannya tidak mempercayai Nata, sekuat apapun dia mencoba untuk mempercayainya, nyatanya percaya tidak semudah itu diberikan. Keadaan terus saja mencoba untuk menggerus hal itu.