"Tapi aku gak mencintai dia."
Isak menggelengkan kepalanya. "Cinta bisa datang karena terbiasa. Jika dia mencintai kamu, maka dia akan membuat kamu mencintainya juga."
Kalimat itu benar-benar terngiang-ngiang di dalam kepala Nata sekarang. Langkah kakinya menuju ke bangunan kampus, tetapi hati dan pikirannya masih tertinggal di sana. Di saat Nata duduk bersama dengan Isak, berbicara banyak ini dan itu. Tak peduli tentang suasana ramai, nyatanya dia merasa sepi di dalam hatinya.
Duduk di tengah keramaian, tak menjamin hati terasa ditemani banyak orang. Dia sepi dalam berbagai aspek.
Isak tak salah, Nata munafik pada dirinya sendiri. Berjalan maju, tetapi pikiran masih terjebak dalam ego dan kisah buruk di masa lalu. Lingkungan yang sama, tetapi harapannya masih dibawa orang yang lampau.