Pulang ke rumah, perjalanan yang begitu sepi seperti biasanya. Selalu saja berakhir dengan kesendirian. Kalau sudah begini, dia selalu saja mengingat semua kenangan yang seharusnya tidak dia ingat. Nama Rama Aksa Megantara selalu saja muncul dengan bayangan wajah yang tak pernah samar. Nata selalu saja kalah melawan sepi, waktu seperti ini benar-benar waktu yang rawan untuk bisa menjaga hatinya tetap baik-baik saja. Nyantanya, dia kalut sekarang.
Derap langkah menyusuri jalanan yang sepi, gang kompleks rumahnya bak kota mati kalau sudah malam begini. Sebenarnya, Nata pulang sejak sebelum senja tadi. Namun, percakapan dan ajakan Alby untuk makan bersama membuatnya pulang sedikit terlambat. Jarum jam hampir saja menunjukkan waktu pukul delapan malam. Sebentar lagi adalah malam dan dia masih punya beberapa pekerjaan.
Mama dan papanya lembur, hanya meninggalkan pesan bahwa mereka akan pulang nanti malam, mungkin tengah malam, entahlah.