Senja tiba. Sinarnya jingganya indah di atas cakrawala. Tatapan mata pemuda itu tertuju pada bangunan rumah sederhana dengan gerbang kayu berwarna coklat gelap yang ada di depannya. Sejak beberapa menit yang lalu, dia memilih untuk bergeming seakan sedang menerka-nerka keadaan yang ada. Menunggu seseorang keluar dari sana meskipun keadaan rumah terlihat begitu sepi dan kosong. Lirikan mata sengaja jatuh ke jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Mungkin dia masih bekerja, begitulah pikirnya kalau melihat angka di dalam jamnya.
Dia datang terlalu awal. Padahal jelas-jelas sudah dikatakan bahwa orang yang akan ditemuinya sedang sibuk mengais rezeki di tempat orang.
Tak berselang beberapa lama, tunggunya akhirnya membuahkan hasil. Seorang pemuda datang dengan langkah sedang mengarah padanya. Tak ada yang terucap, selepas cara keduanya sama-sama dekat, memungkinkan untuk saling berbicara satu sama lain, hanya ada senyum yang dilontarkan untuk membuka pertemuan.