"Nata!" Faishal menarik pergelangan tangannya, membuat gadis itu terhenti di sisi bangunan kampus. Sekarang sedikit reda, bukan air mata, tetapi keramaiannya. Belakang kampus bukan tempat yang wajar untuk dikunjungi. Paling-paling hanya ada satu dua saja yang datang, itupun untuk belajar, mencari ketenangan atau merokok dan semacamnya.
"Kita harus berbicara." Faishal berkata dengan nada sedikit menekan. Dia tak mau kehilangan Nata dalam keadaan gadis itu yang sedang marah. Katanya, berbahaya jika membiarkan seorang gadis marah pergi sendirian. Bukan pasal keselamatan, tetapi pasal nasib selanjutnya. Bahwa, bisa saja dia tidak bertemu dengan Nata selepas ini lagi. Gadis itu pasti menjauhinya. Padahal dia belum tahu di mana dan seperti apa akar permasalahannya dengan si saudara jauh.
Nata menatapnya. Tatapan itu penuh amarah. Kepolosan di dalam diri Faishal seakan lenyap begitu saja di mata Nata. Angel benar-benar mempengaruhi banyak hal di lingkungan Nata.