Nata memutuskan untuk pulang ke rumah. Siang datang, separuh hari dihabiskan di dalam kafe untuk berbincang dengan Isak perihal sesuatu yang penting, atau sekadar basa-basi. Bertanya ini itu, tanpa bobot pertanyaan yang berarti. Dia adalah teman laki-laki satu-satunya yang Nata punya kala di Malaysia, laki-laki baik yang selalu mengerti dan paham bagaimana hatinya berbicara.
Dia beruntung, sebab di tengah badai yang melanda, Tuhan kembali menghadirkan Isak di dalam hidupnya. Kejutan yang tak pernah dipikirkan oleh Nata dan tak pernah diharapkan ada kehadirannya. Namun, terlepas dari itu semua, dia benar-benar bersyukur.
Laju mobile yang dia kemudikan, membelah padatnya jalan kota dengan kecepatan yang sedang. Bukan keinginan Nata pergi membawa mobil, mama dan papanya yang memaksa. Toh juga itu menganggur di rumah. Tak ada yang memakai.