Senja menggantung jingga di atas cakrawala, bentangan langit gelap menjadi saksi perjalanan keduanya. Bukan Rama dan Nata, pemandangannya sedikit asing. Melihat Rama dan Alby berjalan bersama menuju parkiran di samping bangunan sekolah. Mereka terpaksa parkir di luar gedung sebab pameran menyita banyak tempat di sekolahnya.
Dari kejauhan, nampak keduanya begitu akrab dengan keadaan yang ada. Rama fokus dengan langkah kakinya, sedangkan Alby sesekali menoleh, tersenyum ringan. Mereka akan berpisah, bukan masalah tempat tinggal tetapi pasal kehidupan yang memaksanya untuk menjadi orang asing kembali. Bukan saudara tiri, mereka hanya akan menjadi teman biasa yang bertemu kalau jam sekolah datang.
Perceraian tentu saja membawa luka, Nata paham itu. Rama dan Alby pun pasti tahu benar konsepnya. Tak ada kebahagiaan meksipun dalam kedok perceraian sebagai penutup luka, dan membuka lembar kehidupan yang baru. Berbohong! Manusia pandai menutupi semuanya lewat kata-kata.