"Kamu beneran bisa pulang sendiri? Gak perlu aku antar?" tanyanya lagi. Memastikan bahwa Nata benar-benar rela ditinggal pergi oleh dirinya. Bukan hanya sebab sungkan tak mau diantarkan pulang oleh Alby.
Gadis itu mengangguk dengan ringan. Nata melangkah masuk ke dalam bus. Tangannya melambai dengan santai, tersenyum manis memberi kesan perpisahan yang begitu hangat pada Alby. Bus berjalan meninggalkan halte. Ringan menyusuri jalanan kota yang tak pernah sepi dan mati. Hiruk pikuk Jakarta benar-benar punya kesan yang berbeda. Suasananya membangkitkan gairah untuk terus menjamah setiap sudut kota. Belokan demi belokan dilalui oleh Nata, hingga akhirnya Bus berhenti di halte selanjutnya. Nata perlu dua pemberhentian bus untuk sampai ke daerah kawasan komplek rumahnya. Jarak Panacea dengan rumahnya sedikit jauh.