Inilah yang akan terjadi, Alby sudah menduganya. Bahkan dengan menatap Nata dan Rama duduk dalam satu jajaran yang sama saja, Alby terluka. Bukan fisiknya, semua masih baik-baik saja. Ia duduk dengan rapi, tepat di depan Nata. Namun, hatinya seakan dicabik habis sekarang ini. Dadanya sesak, seakan ada benda berat yang terjun turun di atas dadanya. Napasnya memang bisa diatur, kata demi kata keluar dengan begitu leganya. Senyum sesekali datang kala melihat Nata dan Shanza bergurau satu sama lain. Meksipun begitu ia tak bisa membohongi dirinya sendiri. Alby menyukai Nata. Bahkan sampai sekarangpun. Detik ini dan sampai sekarang. Fakta bahwa Nata lebih memilih Rama seakan menjadi batu besar yang dilemparkan di atas kepalanya. Ia tak bisa melakukan apapun, kisahnya berhenti sampai di sana. Di dalam bianglala malam itu.