Chereads / My First Love Has Amnesia / Chapter 2 - Kabar Terbaru Cinta Pertamaku

Chapter 2 - Kabar Terbaru Cinta Pertamaku

"Silakan duduk. Jangan sungkan. Kau juga bisa memesan apapun yang kau inginkan."

Luna tersadar dari lamunannya tadi. Namun alih-alih langsung mendudukkan tubuhnya, dia memandang lagi wanita paruh baya itu. Akhirnya kini harus menyuarakan keraguannya akan semua ini.

"Tapi ada urusan apa Anda tiba-tiba mencari saya? Juga… kenapa Anda seperti mencari tahu tentang kehidupan saya?" tanyanya kemudian.

Wanita itu tersenyum tipis. Sekilas terlihat sinis, serta terlihat tak jauh berbeda dengan ingatannya tentang masa lalu. Menyiratkan padanya kalau wanita ini mungkin sama sama angkuh dan kejamnya dengan sepuluh tahun yang lalu.

"Duduklah. Aku akan menjelaskannya dalam pembicaraan kita selanjutnya."

Luna masih ragu. Walau bagaimanapun ini terlalu mencurigakan. Terlalu banyak ketidakwajaran dalam hal ini.

"Ayolah. Kurasa kamu pasti akan sangat senang dengan apa yang akan kamu dengar. Karena ini mungkin… akan membantu kamu dalam menemukan solusi tentang masalah hidup kamu saat ini." Wanita dengan nama Bertha itu menyeringai samar. "Karena saya tahu kamu sedang kesulitan dengan kehidupanmu kamu saat ini, semenjak ayahmu jatuh sakit. Kalau kamu mau duduk dan mendengarkan saya, saya pastikan kamu akan mendapatkan jalan keluar yang nggak akan kamu dapatkan di tempat lain."

Ini terasa semakin janggal. Namun di saat bersamaan, tak bisa dibohongi kalau Luna seperti mendapatkan harapan. Walau bagaimanapun kini masalah terbesarnya adalah tentang uang. Sementara wanita di depannya ini terkenal memiliki sangat banyak uang.

Mungkin tak ada salahnya dia mendengarkannya dulu.

Luna akhirnya memutuskan untuk duduk.

"Apa yang mau kamu pesan?" tanya Bertha sambil menggeser salah satu buku menu ke depan Luna.

"Cukup teh saja," sahut Luna tanpa mau menyentuhnya.

"Oke. Padahal saya bisa belikan kamu makanan yang lebih lezat, yang dengan kondisimu sekarang nggak akan bisa kamu beli." Bertha bergumam pelan, namun walau begitu Luna masih dapat mendengarnya. "Ratna tolong urus pesanannya ya."

"Baik, Bu."

Kegugupan kembali terasa di saat itu. Luna tak tahu kenapa dia masih saja tegang menghadapi wanita ini, ketika sudah sepuluh tahun berlalu sejak kejadian waktu itu. Sedangkan untuk menenangkan dirinya yang sedikit bergetar. Memandang wajahnya saja dia merasa gamang.

Tak lama kemudian pelayan datang membawakan pesanannya. Luna berusaha menenangkan dirinya dengan sedikit meneguknya. Lalu bersiap untuk mendengar hal apa yang akan wanita ini katakan padanya. Sesuatu yang mungkin tidak terdengar bagus untuknya.

"Baiklah. Langsung saja. Nona Luna, apa kamu mau ditawarkan sebuah pekerjaan yang menguntungkan… di mana kamu bahkan berkesempatan untuk membantu masalah kedua orang tua kamu? Pekerjaannya juga nggak berat kok. Saya yakin, kamu nggak bakal mendapatkan penawaran sehebat ini di manapun."

"Memangnya pekerjaan seperti apa, Bu?"

"Sebelumnya… kapan kamu terakhir kali bertemu dengan anakku Rafael?"

Luna sedikit berpikir karena tak yakin dengan hal itu. "Entahlah. Saya juga nggak yakin. Sepertinya di acara reuni yang terjadi sekitar tiga tahun yang lalu?"

Karena memang setelah mereka putus, hubungan antara Luna dan Rafael benar-benar menjadi buruk. Rafael awalnya berusaha untuk membujuk Luna agar tidak mengakhiri hubungan mereka karena ucapan Ibunya, namun Luna sudah sangat bertekad untuk tidak berurusan lagi dengan keluarga itu. Sehingga setelah sekitar satu bulan berusaha membujuk Luna untuk kembali padanya, Rafael akhirnya menyerah. Hubungan mereka benar-benar berakhir di tahun kedua saat duduk di SMA.

Selanjutnya mereka hidup sendiri-sendiri. Mereka bahkan sama-sama memacari orang lain setelahnya. Semua berlangsung hingga akhirnya mereka sama-sama lulus dari SMA itu. Saat Luna berhasil masuk ke salah satu perguruan tinggi lokal, Rafael berangkat ke luar negeri untuk melanjutkan kuliahnya. Setelah itu mereka benar-benar putus komunikasi.

Selang beberapa tahun kemudian barulah Luna mulai mendengar kabar Rafael lagi. Katanya pria itu kini telah mengikuti jejak Ayahnya dalam merintis sebuah perusahaan yang terus berkembang. Lagi-lagi keadaannya sangat berbeda jauh dengan Luna yang bekerja tak menentu di berbagai perusahaan dan bidang. Sekali lagi membuatnya sadar tentang realita betapa sungguh berbedanya mereka berdua.

Mereka bertemu lagi di acara reuni sekitar tiga tahun yang lalu. Rafael selalu tampan dan populer, namun dia lebih matang setelah tumbuh dewasa. Mereka juga tak bicara sama sekali dalam reuni itu. Rafael sibuk dengan teman-temannya yang juga sukses dan kaya seperti dirinya, sementara Luna ada di sudut ruangan dengan mereka yang bernasib sama dengannya.

"Tapi kenapa Anda tiba-tiba menanyakan ini?"

Kembali lagi pada pokok pembicaraan. Luna benar-benar semakin penasaran dengan arah pembicaraan ini.

"Berarti kamu nggak tahu kabar terbaru dari anak saya, begitu? Hal malang yang menimpanya sekitar empat bulan yang lalu."

Luna mengernyitkan dahinya. "Hal malang seperti apa?"

"Rafael mengalami kecelakaan. Saat itu setelah lembur, dia pulang sendiri tanpa sopir. Karena terlalu lelah dan bahkan mengantuk, dia kehilangan fokus di tengah jalan. Mobilnya menabrak pembatas jalan dan terguling, sehingga membuatnya terluka parah."

"Astaga."

Luna bergumam sambil menutup mulutnya.

Sungguh? Rafael mengalami kejadian seperti itu? Luna benar-benar tidak tahu. Dia pikir pria itu hidup baik-baik saja dan mungkin telah menikah.

"Kejadian itu membuat Rafael koma selama hampir seminggu. Namun masalahnya tak hanya di sana. Begitu bangun, dia tak mengenali dirinya ataupun orang lain di sekitarnya. Kata dokter benturan itu membuatnya kehilangan ingatannya. Entah berapa lama, namun yang pasti… hingga hari ini dia belum mengingat apapun lagi. Otaknya masih saja kosong dan mengalami kebingungan."

Astaga, benarkah ada hal seperti itu? Luna pikir hal-hal seperti amnesia hanya ada di sinetron saja. Namun kini karena mendengarnya secara langsung, sepertinya kejadian itu benar-benar ada. Kasusnya ditemukan pada beberapa orang.

"Kami terus berusaha untuk membuatnya pulih. Karena Rafael adalah seorang penguasaha, tentu saja ini nggak bisa dibiarkan lama-lama. Untuk saat ini keadaannya terus kami sembunyikan. Kami hanya bilang dia dalam masa pemuliha dan menitipkan kekuasaannya kepada salah satu orang kepercayaan kami, hingag dia akhirnya bisa pulih dan kembali ke sana." Bertha menatapnya dengan lebih serius. "Alasan inilah yang akhirnya membuat kami menemuimu. Karena kami berpikir, kamu mungkin… bisa membantu Rafael untuk pulih dan mendapatkan ingatannya kembali."

Luna tampak sangat terkejut. Dalam beberapa detik gadis itu mengerjap-ngerjap, sambil menunjuk dirinya sendiri.

"S-Saya? Kenapa Anda berpikiran begitu?"

"Tentu saja… karena kamu adalah salah satu lembaran terpenting di hidupnya. Kamu merupakan pacar dan cinta pertamanya Rafael, bukan? Walaupun aku sebenarnya tak terlalu yakin dengan metode ini, namun karena dokter yang mengurus Rafael menyarankan untuk mencoba metode ini, maka mau tak mau… kami harus mengajak kamu untuk terlibat. Kami membutuhkan bantuan kamu."

Semakin dijelaskan mengapa Luna semakin tak mengerti? Kenapa orang-orang ini berpikir kalau dirinya bisa membantu?

***