Chereads / My First Love Has Amnesia / Chapter 3 - Tawaran Pekerjaan Tak Biasa

Chapter 3 - Tawaran Pekerjaan Tak Biasa

Tunggu.

Sepertinya Luna benar-benar butuh waktu untuk mengolah segala informasi yang baru diterimanya ini. Cerita tentang cinta pertamanya yang dia dapatkan langsung dari sang mantan kekasih.

Intinya Bertha mengatakan padanya kalau sekitar empat bulan yang lalu Rafael telah mengalami kecelakaan. Akibat dari kejadian itu, sang CEO muda mengalami amnesia yang harus dia sembunyikan untuk kelangsungan usahanya. Atas saran dari dokter yang menanganinya, Bertha lalu mencari cinta pertama putranya. Berharap agar hal itu bisa merangsang serta membangkitkan ingatannya kembali.

'Ini terdengar seperti omong kosong. Tapi… nggak mungkin Mamanya Rafael susah-susah mengunjungiku hanya untuk mengerjaiku, kan?'

"Kenapa kamu diam?"

Luna tersadar. Sedikit tersentak karena sempat larut dalam lamunannya tadi.

"Saya nggak bisa bisa berlama-lama. Langsung katakan saja bagaimana pendapat kamu soal hal ini. Apa kamu setuju membantu atau tidak? Sehingga selanjutnya kita bisa melanjutkan pembicaraan kontrak serta bayaran."

Kata bayaran membuat Luna menelan ludahnya tanpa sadar. Itu yang paling dia butuhkan saat ini. Namun tetap saja, ini terlalu membingungkan. Dia harus tahu lebih jauh tentang tawaran pekerjaan unik yang baru saja dia terima.

"Memangnya saya harus bagaimana? A-Apa… Anda ingin saya kembali menemui Rafael dan menceritakan kembali kisah kami—"

"Tentu saja bukan seperti itu." Bertha memotong dengan cepat. "Kamu nggak boleh melakukannya dengan kentara, melainkan dengan cara rahasia tanpa dia sadari. Karena walau bagaimanapun ini hanya soal pekerjaan. Saya nggak mau kamu mendekatinya dengan pribadi, sehingga membuatnya memiliki perasaan lagi sama kamu. Karena asal kamu tahu… kalau Rafael saat ini sudah punya calon istri."

Luna pikir dia sudah sepenuhnya melupakan Rafael. Sepuluh bulan berlalu tanpa berbagi kabar maupun bertatapan, Luna merasa kalau cerita mereka sudah lewat. Tapi kenapa dia harus seterkejut ini begitu mendengar kalau Rafael kini telah memiliki calon istri? Kenapa ada perasaan sedikit ngilu di dadanya?

"Dia sudah punya calon istri?" Luna memastikannya lagi.

"Ya. Kalau saja kecelakaan itu tak terjadi, maka mereka harusnya menikah sekitar dua minggu setelahnya. Namun sayang sekali takdir berkata lain." Bertha terus menjawab segala pertanyaannya dengan wajah datar. "Apapun itu, kamu hanya perlu memancing memori masa lalunya. Menurut Dokter yang merawatnya, asal ada kenangan kuat di masa lalu yang mulai dapat dia ingat, kemungkinan besar segala ingatan lain akan menyusul. Itu sebabnya kita perlu menemukan saat-saat paling berharga di hidupnya untuk dijadikan sebagai titik awal."

Bolehkah Luna tersanjung? Bahkan setelah sepuluh tahun berlalu, setelah mereka berpisah begitu lama, jadi ada kemungkinan kalau kisah saat mereka bersama dulu adalah kenangan yang paling berharga di hidup pria yang berusia 28 tahun itu? Terutama dikeluarkan sendiri oleh Bertha, orang yang dulu menjadi penyebab kandasnya hubungan mereka.

'Ini bukan saatnya, Luna. Sadarlah.' Wanita itu menggelengkan kepalanya. Berusaha mengusir pemikiran itu.

"Lalu bagaimana caranya, Bu? Kalau saya nggak boleh mendatanginya dan mengaku tentang semua itu, bagaimana caranya saya untuk… memancing ingatannya?"

"Saya akan mempekerjakan kamu untuk menjadi asisten pribadinya. Sebelumnya saya sudah periksa resume kamu. Walaupun sejujurnya sedikit mengecewakan, namun saya yakin kamu bisa menjadi asisten pura-pura baginya. Kamu akan bekerja dengan bantuan staf yang lain, sehingga semuanya sudah diatur sedemikian rupa."

Berpura-pura menjadi asisten pribadinya untuk memancing ingatan cinta pertamanya? Kira-kira bagaimana caranya bagi Luna melakukan hal itu?

"Seperti yang saya katakan tadi, kamu harus melakukan dengan samar-samar tanpa disadari oleh Rafael sedikitpun. Misalnya kalian memiliki tempat atau benda yang berhubungan dengan kenangan kalian dulu, maka kamu harus mengajaknya ke sana. Pokoknya jadikan hal-hal yang paling berharga untuk kalian dulu… sebagai pemicu memorinya."

Sekarang kalau dipikirkan ini mungkin masuk akal. Walau sejujurnya Luna tak yakin apa ini akan cukup berhasil. Lagipula kenangan itu sudah cukup lama, jadi Luna sendiri bahkan tak yakin bisa melakukannya dengan sempurna.

"Yang jelas, perlu kamu camkan sebelum menerima tawaran ini, kamu benar-benar hanya ditugaskan sebagai agen rahasia. Kamu benar-benar hanya boleh melakukan semua ini dengan profesional, tanpa melibatkan perasaan. Asal kamu tahu kalau selama kamu bertugas, kamu akan dipasangi alat-alat yang dihubungkan langsung dengan staf saya. Jadi setiap hal yang kamu lakukan dan katakan, akan terus dipantau. Sehingga semua ini bisa selesai tanpa ada drama. Semuanya hanya untuk kepentingan kita masing-masing – kamu mendapatkan bayaran, sementara anak saya bisa kembali pulih."

Semakin dibayangkan semakin rumit. Jadi mereka akan terus dipantau? Pasti sangat tak nyaman, apalagi mengingat karakter Bertha yang begitu keras. Lagipula pekerjaan ini masih terasa tak masuk akal saja. Bisakah Luna menerimanya? Bagaimana kalau ini menjadi semacam jebakan yang di masa depan akan merugikannya.

"Kalau kamu setuju. Silakan kamu periksa dulu perjanjiannya."

Luna masih sedikit ragu. Namun akhirnya dia mengambil semacam berkas yang ditunjukkan oleh Ratna kepadanya. Di mana setelah membaca isi di dalamnya, tak cukup lama bagi gadis itu untuk langsung terbelalak.

"T-Tiga… tiga ratus j-juta?" Dia bergumam tak percaya.

"Ya. Itu uang yang tak seberapa, asalkan Rafael bisa kembali menjadi seperti semula. Yang pasti, kalau kamu setuju, satu juta akan langsung dikirimkan ke rekening kamu. Sisanya akan dibayar secara berkala, sesuai dengan progres kerja kamu. Bahkan kalau kamu menunjukkan kerja yang bagus, bukan tidak mungkin saya akan berikan bonus lagi untuk kamu."

Astaga, ini begitu menggiurkan. Bagaimana mungkin selain mendapatkan pekerjaan yang cukup bergengsi begitu, dia akan dibayar dengan jumlah sebesar ini? Selain itu juga… ini adalah di saat yang tepat dengan keadaannya sekarang. Saat dia dan keluarganya kesulitan untuk menemukan sumber uang di tengah masalah yang mereka hadapi.

"Untuk sekarang, kamu silakan bawa kontrak itu pulang dan pelajari isinya. Saya akan kasih kamu waktu berpikir selama 48 jam. Nantinya setelah waktu tersebut, kita akan bertemu lagi untuk membicarakan lanjutannya. Kamu tinggal pilih apa akan setuju atau tidak."

***

Kosong. Itulah yang pria itu rasakan.

Saat dia duduk di balkon kamarnya yang berada di tingkat tiga. Memandang sekeliling pekarangan rumahnya yang mewah dan indah, namun tak sedikitpun menggerakkan hatinya. Tak sedikitpun membuatnya bahagia.

Semua bermula sejak empat bulan yang lalu. Ketika dia membuka mata dari sebuah kejadian yang aneh, di mana kemudian diberi tahu kalau dia baru saja terbangun dari koma setelah mengalami kecelakaan. Lalu seakan tak cukup saat mendengar hal itu, dia juga menyadari kalau otaknya terasa kosong. Seperti memori ponsel yang telah direset ulang, semua data di dalamnya hilang tak bersisa.

Amnesia, begitulah yang dia katakan. Hal yang sampai sekarang tak dia pahami.

Ketika bahkan dia tak merasakan kehilangan kepandaiannya sama sekali. Saat dia bisa menjawab dengan benar setiap pertanyaan terkait kepintaran yang ditujukan padanya, dia malah sempat ragu saat ditanya perkara nama dirinya dan asal usulnya. Apakah ini semua mungkin? Bagaimana bisa ada kejadian yang begitu tak dapat diterima akal sehat begini?

"Sayang, kamu kenapa di sini sih? Anginnya kan kencang. Ntar kamu malah sakit."

Rafael Abraham menoleh, ketika menemukan seorang wanita berjalan dengan anggun ke dekatnya.

***