Maka hari yang penting itu akhirnya tiba. Pamit ke bandara untuk melakukan penerbangan ke luar kota, di sinilah Luna saat ini. Dia berdiri di sebuah pertigaan di dekat rumahnya. Menunggu mobil dari keluarga Abraham yang akan menjemputnya.
Hingga setelah menunggu beberapa menit saja, akhirnya sebuah mobil hitam dengan jenis SUV berhenti tepat di depannya. Awalnya Luna ragu kalau itu adalah orang yang ditugaskan untuk menjemput dirinya, namun kemudian jendela di samping pengemudi terbuka. Menampakkan sosok Ratna, asisten Bertha di sana.
"Naiklah segera," ucapnya datar.
"B-Baik, Mbak."
Tanpa membuang waktu lagi Luna segera membuka pintu mobil itu. Lalu langsung menaikinya.
"Sebelum ke kediaman Abraham, kita menuju tempat lain dulu. Di sanalah bekerja orang-orang yang akan mengawasi kerja kamu selama bertugas. Kamu akan diberi perangkat penghubung dan komunikasi, di mana mereka juga akan membatu mengarahkan kamu dalam bertugas. Seperti yang sudah disebutkan oleh Nyonya Bertha sebelumnya… kau harus pastikan untuk terus terhubung serta melakukan semua yang diperintahkan," kata Ratna tak lama setelah mobil melaju. Seperti biasanya, wanita itu selalu saja berkata dengan tanpa nada dan ekspresi sama sekali.
"Baik, Mbak." Luna berkata dengan sesopan mungkin.
"Dan ini…." Ratna tiba-tiba menyerahkan sebuah gawai berupa tablet kepada dirinya. "Kamu boleh memiliki ini. Di dalamnya ada beberapa petunjuk dasar tentang Mas Rafael, keluarga Abraham, Raftech, serta hal-hal lainnya yang berhubungan dengan Mas Rafael. Oh ya, di sana juga ada beberapa data dan informasi buatan tentang diri kamu selama bekerja."
"I-Informasi bekerja?"
Baru saja Luna membuka kunci layar, dia langsung dihadapkan pada sebuah file dokumen. Tertulis di sana sebuah file yang diberi nama 'Informasi baru Aluna Cantika'. Dengan cepat Luna membukanya.
"Untuk memastikan semua aman dan tak terbongkar, tentu saja kita harus mengubah sedikit informasi tentang kamu. Fakta kalau kamu dan Mas Rafael pernah sekolah di SMP dan SMA yang sama harus dihapuskan demi tercapainya misi. Begitu juga soal background pekerjaan kamu yang tidak terlalu bagus. Mengingat Mas Rafael sangat pemilih, beliau pasti akan sangat mempertanyakan pengalaman kerja kamu sebelumnya. Sehingga perlu kita ubah sedikit."
Sedikit?
Luna tak setuju dengan hal itu. Karena setelah membaca semua ini, dia merasa kalau yang diubah tidak hanya sedikit. Mereka benar-benar mengubahnya menjadi seseorang yang baru. Selain disebut sebagai seseorang yang SMP dan SMA di luar kota, dia juga terdaftar sebagai sekretaris dari sebuah perusahaan besar sebelumnya. Menjadikannya kini cukup layak untuk bekerja menjadi asisten dari seorang CEO perusahaan ternama lainnya.
"Jangan khawatir. Perusahaan yang tercantum adalah milik kenalan Nyonya Bertha, sehingga… kamu tak perlu khawatir itu akan menyulitkan kamu ke depannya. Yang jelas untuk memenuhi resume baru yang kamu lihat di sana, kamu benar-benar harus memperkaya diri kamu dengan pengetahuan. Memang benar petugas yang terhubung dengan kamu akan selalu memberikan informasi dan petunjuk soal apa yang harus kamu lakukan, namun tetap saja kamu nggak bisa sepenuhnya bergantung dengan hal itu. Kamu harus memiliki dasar pengetahuan sendiri."
Pengetahuan seperti apa? Bisnis? Terutama karena perusahaan Rafael bergerak di bidang IT, apa dia juga harus mulai mempelajari tentang teknologi? Luna tak yakin bisa melakukannya karena itu bukan keahliannya.
"Tapi pesan dari Nyonya Bertha agar kamu tidak terlalu memikirkan hal itu, karena untuk itulah kamu dibantu oleh beberapa petugas yang selalu memantau pergerakan kalian. Yang perlu kamu pikirkan adalah cara untuk membuat Mas Rafael sembuh melalui kenangan masa lalu kalian dulu. Coba ingat-ingat lagi segala hal yang pernah terjadi di antara kalian, lalu gunakan itu untuk menstimulus ingatan Mas Rafael. Tentunya harus kamu lakukan secara diam-diam dan tidak langsung, sehingga setidaknya sampai Mas Rafael sembuh nanti, dia tidak mengingat kamu sebagai mantan kekasihnya ataupun cinta pertamanya. Bermainlah dengan halus namun mulus."
Bermain dengan halus namun mulus, huh? Kira-kira apa Luna bisa melakukannya ya? Selama ini dia menerima tawaran ini karena uang yang menggiurkan, namun kini begitu dihadapkan langsung begini bisa dikatakan kalau dia sedikit kalang kabut. Dia khawatir dengan betapa sulitnya misi yang harus dia lakukan ke depannya.
'Enggak. Aku hanya perlu yakin. Aku sudah janji akan membawa uang tiga ratus juta itu pulang dengan pengakuan yang sebenarnya kepada Ayah dan Ibukku, sehingga aku harus pastikan semuanya berhasil. Aku harus bisa membuat Rafael sembuh, dengan kenangan-kenangan yang sempat kami miliki sewaktu masih sama-sama dulu.'
***
Kalau tanya pendapat Luna tentang bagaimana perasaannya setelah menjalani awal misinya atas suruhan Albertha Abraham ini, maka jawabannya adalah rumit. Karena ketika baru saja dia sampai di markas tempat di mana para petugas itu berkumpul, dia sudah diharuskan mendengarkan instruksi yang sangat panjang. Belum lagi dengan adanya beberapa perangkat yang harus dia hapal penggunaannya.
Lalu setelah itu, dengan beberapa perangkat yang telah terpasang itu, Ratna pada akhirnya membawanya ke kediaman Abraham. Luna langsung menelan ludah bulat-bulat saat melihat rumah yang akan mereka masuki. Sedikit tak menyangka kalau di sanalah tujuan mereka selanjutnya.
Maksudnya, Luna selalu tahu kalau Rafael berasal dari keluarga kaya. Namun dulu karena gairah masa mudanya, dengan jujur Luna katakan kalau dia tak pernah mempedulikan hal itu. Apalagi karena memang dia tak pernah diajak melihat kediaman dari pemuda itu.
Namun ternyata setelah melihatnya begini, saat mansion itu ada di depan matanya, sejenak Luna benar-benar merasa seperti tertipu. Dia pasti sangat polos dulu sehingga tidak menyadari tentang betapa sangat berjayanya hidup dari sang cinta pertama. Betapa enaknya hidup pemuda itu, di balik kekonyolan dan kebodohannya waktu masih menjadi pacarnya dulu.
'Pantas orang tuanya begitu menentang hubungan kami. Kalau aku jadi mereka, aku mungkin juga akan berpikiran panjang untuk membiarkan anakku yang sudah terbiasa hidup enak berakhir dengan gadis yang biasa-biasa saja seperti diriku.' Dengan cepat Luna menggelengkan kepala. 'Tch, kenapa juga aku memikirkan hal bodoh seperti itu? Itu semua tak penting. Yang utama sekarang adalah bagaimana caranya untuk menyelesaikan misiku. Sudahi sudah pemikiran yang tak perlu.'
Mobil akhirnya berhenti tepat di depan anak-anak tangga yang terhubung ke pintu masuk utama. Ratna pun menyuruhnya keluar, di mana sang sopir langsung membantu mengangkatkan kopernya masuk ke dalam. Lantas kemudian mengikuti Ratna masuk ke dalam.
Luna mulai merasakan kegugupan. Dia tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Terutama saat bertemu dengan Rafael nanti. Walau katanya pria itu sedang amnesia, tapi bagaimana kalau ternyata pria itu malah akan langsung mengenalinya?
***