Chereads / MIRACLE OF THE MAGIC / Chapter 4 - CHAPTER 04 : "Permainan Selesai"

Chapter 4 - CHAPTER 04 : "Permainan Selesai"

Aku membuka mataku kemudian bangun dengan posisi duduk. Aku melihat sekitar, hanya ada Renshi yang masih tertidur.

Sudah pagi, pikirku kalau sinar matahari pagi muali masuk dari celah celah tenda. Aku akhirnya keluar dari tenda dengan tujuan membersihkan wajah kusutku.

Hawa dingin di luar benar-benar menusuk dibandingkan di dalam Tenda, sampai rasanya ingin di dalam saja hingga hawa dingin nya sedikit berkurang. Tapi, mau bagaimana pun aku tetap keluar dari tenda dan pergi ke sungai dekat tempat kami berkemah.

Setelah sampai aku disana, aku berjongkok dipinggir sungai, mulai menadah air di tangan ku lalu menyirami ke wajah ku. Walaupun ini hanya dunia buatan, tapi kesegarannya benar-benar seperti berada di dunia nyata.

"Aaaaaah~ segar sekali... Ini benar-benar seperti sungguhan... Tidak salah jika air terjun ini cocok denga-"

Aku menoleh ke arah air terjun, menyadari bahwa ada seorang wanita sedang menatap ke arahku.

Karena dia dalam kondisi telanjang, sontak wajah kami langsung memerah. Gadis itu mengambil sesuatu dan melemparkannya tepat di wajah ku.

"DASAR MESUM!!!"

Lemparan itu cukup kuat untuk membuat ku terjatuh ke sungai. Gadis itu adalah Natsumi.

Eirin Natsumi,

Usianya 16 tahun

Tinggi 165cm.

Ciri fisiknya, Dia mempunyai rambut bob merah dengan poni menutupi sebelah matanya, serta memiliki mata kuning terlihat seperti kucing.

Kemampuan Sihir miliknya adalah Api super langka.

"Sejak kapan kau mengintip disitu?! dasar mesum!"

"Haa? Apa maksudmu?! Sejak kapan aku Mengintip mu, cewek sialan! Lagian Buat apa Aku melihat dada datar milikmu itu!"

Eirin terlihat kaget dengan apa yang baru saja aku katakan.

"Dada... Datar kau bilang...." cicitnya.

Gawat, Aku keceplosan.

Natsumi dengan wajah memerah karena marah, mengangkat satu tangannya dan secara bersamaan sihir Miliknya aktif. Gadis itu membuat bola Api besar di tangannya.

"Dada ku Tidak sedatar itu, Dasar Mesum!!!" Ucapnya penuh tekanan.

Ia melemparkan Bola Api itu tepat kearah ku. Aku sama sekali tidak bisa menghindari nya.

Di tenda kami berkemah, Renshi baru saja keluar dari tenda dengan menguap langsung terkejut dengan ledakan dari arah air terjun.

"Ledakan?! Jangan-jangan..."

Renshi berlari menuju air terjun dan tampaknya ia sudah menduga jika itu adalah ulah Natsumi.

Dan ia hanya melihat ku dengan pandangan datarnya, tanpa ada niatan membantuku yang sedang bersusah payah menahan serangan Natsumi yang bertubi-tubi dengan Sihir es ku.

"Mesum! Mesum! mesum! Dasar mesum!" Teriaknya marah

Kata-kata itu yang terus keluar dari mulut Natsumi sambil menyerang ku. Renshi hanya Bisa menghela napas melihat kejadian tersebut.

"Ya ampun, Kapan sih kalian bisa akur.... Hei!! Sebaiknya Segera Bergegas pergi dari sini! Waktu rehat akan segera selesai!!" teriaknya pada kami.

"MATI SAJA KAU, DASAR MESUM!!!"

"Tu... Tunggu... TIDAK!!!!"

Pagi Yang awalnya dingin kini berubah menjadi panas akibat ulah kami berdua.

Setelah kejadian itu, sepanjang perjalanan aku tidak berhenti memegang pipi ku akibat lemparan tadi. Aku sudah tidak peduli dengan kejadian tersebut. Tapi, Sepertinya Natsumi Butuh Waktu untuk melupakannya. Dia bahkan tidak ingin melihat ku.

"Mesum...."

Saat dia melihat ku sesaat, cuman itu saja yang ia katakan.

"Bisakah kita lupakan kejadian Itu. Lagian, Itu cuman kecelakaan"

"Tidak akan, Mesum"

"Berhentilah memanggil ku 'mesum' terus. Aku sama sekali tidak ada niatan melihat mu mandi. Jadi tolong berhentilah memanggilku dengan sebutan itu." Ucapku berusaha menjelaskan.

"Tidak mau. Mesum tetaplah Mesum. Buktinya kau melihat dada ku bukan? Dasar Penyuka Dada gadis"

Bukannya berhenti, dia malah Memberi ku panggilan lain yang lebih parah. Aku dan Natsumi tidak berhenti berdebat hingga Renshi yang berada di depan kami merasa tidak nyaman dengan suasana itu.

"Hei kalian, Bisakah kalian diam sebentar. Bukankah kita satu kelompok? Jadi, untuk sekarang bisakah kalian untuk sedikit akur?" kata Renshi.

"Tidak. Sejak awal aku memang tidak sudi satu regu dengan dia."

Mendengar hal itu. Aku lebih memilih diam saja karena aku tidak ingin berdebat dengan gadis keras kepala seperti Dia.

"Oh ya, Renshi. Sekarang ini kita akan kemana?"

"Tentu saja mencari rekan untuk bergabung dengan kita. Rencananya aku ingin mengajak Akagi" ucap Renshin.

"Akagi?"

"Benar juga. Aku juga sebenarnya ingin mencari Sayaka sebelum ujian ini dimulai."

"Akagi?"

"Sebab itu Kita Harus mencari dia selama Waktu rehat belum berakhir"

"Akagi Itu Siapa?"

Aku dan Renshi lupa jika kami membawa orang yang belum mengenal jauh kami berdua.

"Aku hampir lupa jika kau belum bertemu dengannya. Sayaka itu teman kami."

"Teman?"

"Ya, kami bertiga sudah berteman sejak Sekolah Dasar. Jadi wajar kami mencari dia"

"Begitu ya.. berarti Tujuan Kita disini Sama."

"Sama?"

"Jangan-jangan...."

"Ya, Itu benar. Aku juga tidak sendirian mengikuti ujian ini."

"Berarti, Kau juga terpisah Dengan Temanmu juga ya"

"Tidak, Dia bukan teman ku. Lebih tepatnya dia Pelayan setia Ku"

"Pelayan Setia?"

"Ya, Sudah tradisi Keluarga Eirin untuk memperkerjakan pelayan berbakat untuk menjaga penerus Eirin. Dan tidak semua pelayan bisa mendapat pekerjaan seperti itu. Ada Aturan Dimana Pelayan tersebut Memiliki Keahlian khusus baik dalam sihir maupun Fisik, dan Usia Maksimal 2 tahun lebih tua dari Penerus Eirin yang di jaga."

"Berarti jika kalian terpisah, mungkin itu adalah masalah besar?"

"Tidak juga. Tergantung Situasi dan Seberapa Kuat Penerus Eirin yang di jaga. Tapi, Pelayan yang berada di samping majikannya itu adalah hal yang wajib"

"Baiklah. Karena kau ingin mencari Pelayan mu dan kami mencari teman kami. Bagaimana kita Mencari nya bersama. Mungkin saja mereka Berada di tempat yang sama. Bagaimana?"

"Baiklah, ide mu tidak buruk. Mungkin saja aku akan melupakan kejadian pagi tadi sebagai bayarannya"

"Ya aku juga. Baiklah, tujuan kita kali ini adalah mencari Sayaka dan Pelayan Natsumi. Mari ikut-"

Tiba-tiba Renshi terdiam sesaat dan melihat ke depan

"Ada apa, Renshi?"

"Apa kalian dengar itu?"

Perlahan suara Gemuruh mulai muncul, udara perlahan mulai semakin dingin, tiupan angin makin lama makin kuat.

"Suara apa itu?"

"Seperti nya sesuatu akan terjadi sebaiknya kita-"

Sebuah asap hitam Bergerak dengan Sangat cepat bersamaan dengan angin kuat membuat kami tidak punya waktu untuk berlindung.

"Angin apa Ini?!!"

"Semuanya!! Jangan sampai terpisah sampai angin ini berakhir!!"

Natsumi yang tidak kuat menahan kuatnya angin mulai terhempas ke belakang.

"NATSUMI!!!"

aku yang tidak jauh darinya langsung menangkap tangannya dan berhasil menggapai sebuah batang pohon.

"Jangan dilepas!!"

"Aku tahu!!"

"Renshi! Aku berhasil menangkap-"

Renshi yang berada di depan kami telah hilang. Kami sama sekali tidak mendengar suaranya. Dan saat angin dan kabut hitam itu menghilang.

"Renshi, Apa Kau baik-baik saja..."

Saat aku melihat sekitar, Renshi Sudah menghilang tanpa meninggalkan jejak. Aku Dan Natsumi kini dalam situasi yang cukup membingungkan.

"Renshi... Menghilang..."

"Yang benar saja... Apa jangan-jangan dia Terhempas oleh angin tadi?"

"Tidak, itu terlalu aneh. Saat terakhir kali aku Melihat nya dia masih bisa bertahan. Tapi bagaimana bisa kita terpisah....."

Aku tidak bisa berpikir dengan tenang di situasi seperti ini. Aku hampir lupa jika ada satu cara untuk mengetahui ini.

"..... Oh ya! Watcher!! lacak Lokasi Renshi."

Watcher Muncul, Namun Dia hanya diam dan tidak merespon Seperti biasa.

"Oi, Watcher! Apa kau mendengar ku?"

Natsumi juga melakukan hal Yang sama yaitu memanggil Drone. Namun Hasilnya juga sama.

"Drone juga tidak Merespon."

"Apa yang sebenarnya terjadi? Pertama Renshi menghilang, kedua Alat Pembantu juga tidak merespon."

Beberapa saat Watcher dan Drone seketika Berkedip dan Mengatakan sesuatu.

"Luruskan lengan kanan Anda... Luruskan lengan kanan anda menghadap ku....."

Aku dan Natsumi awalnya agak ragu melakukannya. Namun kami meyakinkan diri kami dan melakukan apa yang diperintahkan.

Saat kami meluruskan tangan kami, sebuah Cahaya mulai muncul di Alat Pembantu kami dan menyoroti tangan kami. Lalu, Sebuah Gelang dengan Bulatan Di lengan Kanan tiba-tiba muncul. Aku sedikit bingung tujuan gelang itu untuk apa.

"Gelang? Untuk apa ini?"

"Misi Kami telah Selesai."

"Misi? Apa maksudmu?"

"Selamat tinggal."

Watcher mulai Menghilang begitu juga dengan Drone milik Natsumi. Kami Sudah mencoba memanggilnya kembali Namun mereka tidak muncul lagi.

"Hei, apa yang terjadi disini?! Pertama Renshi menghilang, kedua Robot itu memberi kita gelang ini lalu Pergi. Apa maksudnya ini" pekik Natsumi panic.

"Tenanglah, Natsumi. Mungkin saja gelang ini pengganti robot itu. Lihatlah"

Aku Memencet Tombol pada gelang tersebut lalu sebuah hologram Muncul.

"Lihatlah, menu Di gelang ini tidak jauh bedanya dengan robot itu."

"Kau benar, tapi apa benda ini bisa menemukan Renshi?"

"Entahlah, tapi akan ku coba."

Aku mulai mencari lokasi Renshi dengan Gelang itu. Namun gelang itu tidak punya fitur untuk mencari seseorang.

"Tetap tidak bisa ya."

"Jadi untuk apa gelang ini jika tidak ada fitur yang berguna?!"

Saat Natsumi tengah mengoceh, tiba-tiba saja Ada Sebuah suara Yang membuat telinga kami tidak nyaman.

"SUARA APA INI!!!"

Suara Itu menghilang digantikan oleh suara Seseorang yang menggema.

"Ah.... Maaf jika dengungan tadi mengganggu telinga kalian. Itu bukan bagian dari acara... Jadi maaf..."

"Suara ini... Bukannya ini Suara Kinrei-san?"

"Aku adalah Kepala sekolah akademi ini, Watanabe Kinrei. Mungkin sebagian dari kalian sudah mengenalku jadi aku tidak perlu berlama-lama. Baiklah, Aku ucapkan selamat bagi yang bertahan sampai detik ini. Tapi ini bukan akhir ujiannya. Jika melihat aturan ujian sebelumnya, jumlah murid di jurusan elit maksimal adalah 256 peserta dan untuk saat ini peserta terdapat 378 orang. Karena jumlah masih diluar batas maksimal, fase terakhir ujian tidak bisa di mulai."

"Fase terakhir?"

"Oleh karena itu, untuk mengurangi jumlah peserta yang tersisa, kami mengadakan fase ekstra yaitu fase eliminasi. Kami akan meningkatkan kesulitan ujian ini hingga jumlah peserta mencapai batas maksimal. Jadi berjuang lah sebaik mungkin jangan sampai kalah. Dan satu hal lagi, Kabut dan angin tadi adalah bagian dari fase eliminasi. Kami sengaja memisahkan peserta ke tempat tertentu saat peserta lain yang satu regu dengannya tidak bisa melihat keberadaannya lagi. Baiklah hanya itu saja. Semoga kalian lulus."

Saat pengumuman itu berhenti. Suasana menjadi hening.

"Jadi hilangnya Renshi itu bagian dari ujian?"

"Tampaknya begitu. Jadi, kita terpaksa mencarinya di tengah situasi seperti ini."

"Kau memang benar, Tapi bagaimana kita mencari Dia sementara Gelang ini tidak bisa melacak lokasi seseorang."

"Untuk sementara, kita jangan mengandalkan alat ini terlebih dulu. Yang penting-"

Sebuah Suara mulai terdengar di sekitar kami. Membuatku seketika merasakan hal buruk yang akan terjadi.

"Hei, Kenapa kau diam?"

"Ada sesuatu yang datang kemari..."

"Apa? Aku tidak merasakan hal aneh Disini"

Aku mulai Bertindak waspada jika sesuatu tiba-tiba muncul dan menyerang kami.

Tak lama sesuatu bergerak dengan cepat ke arah titik buta Natsumi. Dan cuman aku sendiri yang menyadari itu.

"Natsumi Menyingkirk!!"

Tanpa Pikir panjang aku mulai mendorong Natsumi hingga ia terjatuh. Setelah itu aku mengaktifkan sihir Zodiak untuk mengeluarkan perisai taurus.

"TAURUS!!"

Aku berhasil memunculkan Perisai. Benda Itu berhasil menembus Perisai hingga menusuk lengan kanan ku.

"Kau tidak apa-apa?!"

"Ya, Sepertinya. Lengan ku hanya terluka saja."

Benda yang menyerang kami adalah sebuah belati yang terhubung dengan rantai. Saat aku mencabut belati itu dari lengan ku, Seketika rantai mulai tertarik dari tempat ia muncul.

Tak lama, Suara Langkah kaki terdengar diikuti dengan Suara rantai di seret. Terlihat sosok mahluk dengan bentuk yang mirip manusia namun seluruh tubuh nya berwarna hitam dan topeng yang menutup sebagian wajahnya. Pandangan nya yang dingin membuat kami semakin waspada.

Secara mengejutkan mahkluk itu kembali menyerang dengan senjata yang sama. Dan targetnya adalah aku.

Saat aku menjadi sasaran nya. Aku langsung mengaktifkan sihir dan segera mengeluarkan senjata. Namun anehnya sihir ku tidak aktif saat aku ingin mengeluarkannya melalui lengan kanan ku.

Natsumi langsung mengeluarkan sihir apinya untuk mengelabui mahkluk itu lalu ia mendorong ku untuk menghindari serangannya.

"Apa sedang kau lakukan! Kenapa kau tidak Memakai sihir mu!"

"Aku sudah mencoba nya. Tapi dia tidak mau aktif."

"Tidak aktif? Bukannya tadi kau bisa mengaktifkan nya?"

Gelang ku mulai berbunyi dan seseorang mulai berbicara.

"ANDA TELAH TERKENA RACUN. Monster itu mempunyai racun di setiap senjata dan tubuhnya. Setiap peserta terluka akibat serangan senjata, cakaran dan gigitan. Otomatis racun Yang menyebabkan nonaktif nya mana dalam tubuh akan menyebar melalui luka. Harap berhati-hati, Waktu anda terbatas Sebelum seluruh racun telah menjangkiti seluruh tubuh. Pastikan anda atau teman anda yang punya teknik penetral racun"

"Menyebar? Berarti..."

Monster itu kembali menyerang kami. Aku mencoba mengeluarkan sihir es melalui tangan kiri ku. Dan kemudian sihir itu keluar dan menghempaskan tubuh monster itu.

"Ternyata Benar, Aku masih bisa memakai sihir di tangan yang sebelahnya. Berarti masih ada kesempatan."

Aku mencoba Membuka menu pada gelang ku. Lalu aku memilih Opsi 'status' untuk Mengecek kondisi tubuh ku. Dan racun tersebut baru menyebar 14% mana dalam tubuhku dan tiap akan bertambah Tiap Detik yang berarti Aku punya Waktu kurang dari dua menit sebelum aku kehilangan mana sepenuhnya.

Karena bertarung tidak akan sempat. Aku memilih untuk kabur. Pertama aku harus membawa Natsumi bersama ku. Aku tidak suka cara ini, tapi apa boleh buat. Sebelum monster itu bangkit aku langsung memulai rencana pelarian ku.

Rencana Pertama, membawa Natsumi. Aku mulai berbicara dengan nya.

"Natsumi, Maaf jika ini tidak sopan"

"Eh? Apa? Apa yang kau bicara-"

Secara tiba-tiba aku langsung mengangkat tubuhnya dan membopongnya. Dan tentu saja, Siapa yang tidak protes dengan cara tiba-tiba ini. Ia langsung protes dan beberapa kali meronta-ronta.

"A-Apa yang kau lakukan, Mesum?! Turunkan Aku sekarang!!"

"Diam lah sebentar, Kita harus kabur secepatnya."

Mendengar itu, Natsumi sedikit diam. Dan sepertinya mulai paham.

Tak lama monster itu mulai bangkit dan mulai menyerang ku dari belakang. Untungnya, aku sudah tahu ini akan terjadi.

Rencana Kedua, Menahan lawan. Karena Aku tidak bisa memakai sihir lewat tangan karena membopong Natsumi. Jadi aku harus memakai kaki ku untuk mengeluarkan sihir. Dan itu tak mudah.

"Natsumi Pegangan yang erat!"

Hal yang aku harus perhatikan dari Serangan ku adalah peluang. Aku harus melakukan tendangan belakang dengan rotasi sebesar 350°. Karena aku tidak mengangkat kaki ku terlalu tinggi dikarenakan aku membawa orang yang besar tubuhnya hampir sama dengan ku. Aku harus melakukannya dengan melompat meski tinggi lompatan ku juga sedikit rendah dari lompatan biasa. Dan waktu yang diperlukan agar berhasil adalah kurang dari 2 detik.

Natsumi sudah memegang ku dengan erat, Monster itu juga sudah berada di titik yang ku tentukan. Dan...

"Saatnya!!"

Aku langsung memutar tubuh ku ke dari kiri dan mengangkat kaki kanan ku dan bersiap. Membuat hempasan.

Cahaya biru mulai muncul di kaki ku. Aku bisa merasakan dinginnya es di kaki kananku. Tanpa perlu berlama-lama. Saatnya aku mengeluarkan sihir ku.

"Rasakan!!"

Hempasan kaki ku Meninggalkan Jejak Berupa duri-duri es Besar yang bergerak melengkung. Monster itu tertusuk dan tidak sempat menyerang.

Aku sendiri tidak percaya jika ini akan berhasil dan mengeluarkan es Sebesar itu. Saat kedua kaki ku sudah menapak di tanah.

"Baiklah, Ini saatnya!"

Aku langsung mengeluarkan libra dan kami Langsung melesat dan menjauh dari bangkai monster tersebut.

XxX

Aku terus berlari dengan Membopong Natsumi. Aku terus menghindari beberapa Pohon yang ada di depan. Alasan ku lebih memilih bergerak di dalam hutan daripada diatas, karena Monster itu pasti punya sayap untuk menyerang peserta yang yang berada diatas hutan. Selain itu, pohon-pohon yang tersusun acak sangat bagus untuk pelarian. Namun, Aku tidak bisa berlari seperti ini. Aku hanya punya waktu 1 menit saja.

Natsumi mulai berbicara.

"Kau ternyata Hebat juga..."

"Hebat?"

"Aku tidak menyangka jika kau akan memakai sihir lewat kakimu. Ku pikir kita akan langsung lari menjauh monster itu. Sangat jarang seorang penyihir memakai kakinya untuk menyerang."

"Aku hanya Memperhitungkan serangannya saja dengan kondisi yang ada. Itu saja"

"Hee~ sepertinya kau akan jadi Penyihir hebat ya."

"Tidak, dari dulu aku tidak ingin jadi Penyihir"

Saat kami mengobrol, tiba-tiba dari belakang sebuah senjata berupa belati berantai muncul dan hampir mengenai kami. Aku sudah menduganya sedari awa jadi aku bisa menghindarinya.

Natsumi melihat ke belakang dan ia melihat 5 monster yang mengejar dari belakang.

"Ada 5 monster yang mengejar, mereka punya sayap juga."

"Sayap ya... Sesuai dugaan ku. Tapi Aku rasa jumlah monster yang datang terlalu banyak. Kita Harus cari cara membunuh mereka semua. Aku tidak bisa berlari seperti ini karena racun di tubuh ku"

"Begitu ya.... Kalau begitu....."

Natsumi mengambil sebuah benda runcing lalu ia menggoresnya di telapak tangan nya hingga berdarah.

"Apa yang kau lakukan?"

"Apa kau bisa berjalan melingkar?"

"Melingkar?"

"Aku punya cara untuk membuat mereka Terbunuh. Ikuti saja instruksi ku."

"Baiklah!"

Saat aku berjalan melingkar, Natsumi membiarkan darah nya menetes ke tanah.

"Sempurna. Sekarang kita ke sana!"

Natsumi menunjuk ke arah reruntuhan bangunan. Dan aku langsung bergerak ke sana.

Batas waktu ku telah habis membuat sihir ku juga Non aktif. Semuanya tergantung pada rencana Natsumi.

"Istirahatlah sebentar. Dan lihatlah."

Para monster itu mulai mendekat dan Natsumi mulai mengaktifkan sihirnya.

"Aku Mulai."

Darah Natsumi yang ada di tanah mulai bercahaya oranye. Dan Natsumi mulai berkonsentrasi pada sihirnya. Lalu

"Blood Boom!"

Natsumi menjentikkan jarinya, Seketika jejak darah yang tinggalkan Natsumi Meledak meruntuhkan pepohonan. Monster-monster itu juga tidak bisa kemana-mana setelah ledakan itu terjadi.

"Baiklah! Selanjutnya serangan Puncak! Land Mine!!"

Tak lama sebuah lingkaran sihir putih bercahaya Oranye mulai muncul di bawah para monster itu. Tak lama, ledakan besar terjadi.

Sesaat Langit menjadi Merah, Udara menjadi panas. Aku bisa melihat kepuasan dari Wajahnya.

"Luar biasa...."

Karena pujian itu ia langsung menghadap ke belakang lalu menunjukkan kesombongan nya

"Bagaimana, Ini adalah tehnik yang ku buat sendiri. Dengan memanfaatkan darah yang banyak menyimpan mana sihir. Apa kau baru melihatnya"

"Itu lumayan hebat untuk orang seperti mu."

"Fufu~ tentu saja, habisnya aku adalah anggota terkuat"

Tanpa sadar sebuah benda mulai bergerak mengarah ke Natsumi. Ia masih tidak sadar, dengan terpaksa aku harus menyelamatkan nya.

"Awas!!"

Aku mendorong nya sialnya perut ku tertusuk oleh benda berbentuk pedang. Setelah itu benda itu menancap di dinding. Karena Tusukan itu, Aku langsung muntah darah.

"Izuru!"

Saat Natsumi Melihat kondisi ku. Tak lama Muncul monster besar di belakang Natsumi. Monster itu langsung menghempaskan Tubuh Natsumi ke samping sebelum Natsumi melihat kebelakang.

Setelah Natsumi terhempas hingga terjatuh. Monster itu melihat ku dan berjalan sambil menyiapkan Kuku tajamnya.

Ia mulai mendekat dan bersiap menyerang ku. Namun, Natsumi langsung bangun dan Menembakkan Bola api ke kepala monster itu. Membuat perhatiannya teralih.

"Cepat lepaskan benda itu di perutmu, Bodoh."

Monster itu langsung saja menghajar Natsumi yang mulai melemah. Terdapat luka Cakaran di lengannya, wajahnya perlahan semakin pucat. Seperti nya ia juga terkena Racun. Ia terus di hajar hingga Natsumi tidak bisa bangun lagi.

Entah kenapa aku membenci pemandangan seperti ini. Aku merasa muak melihat.

"Berhenti..... Aku sudah Tidak tahan..... Aku sudah Muak...."

Aku tidak peduli dengan apa yang ku genggam, aku Tidak peduli dengan rasa sakitnya. Entah kenapa Aku sudah muak kehilangan Seseorang. Dengan susah payah aku menarik Pedang yang tertancap di perutku.

Monster itu mengambil Natsumi yang sudah lemah dan aku langsung berlari dengan penuh ama sambil membawa pedang yang menancap di perut ku.

"AKU SUDAH MUAK DENGAN PEMANDANGAN INI!!!"

Aku menghunuskan pedang itu ke arah tubuh sang monster. Sayangnya monster itu menyadari nya. Dengan mudah, Ia menghempaskan tubuh ku yang dari awal memang tidak bisa bertarung lagi.

Aku hanya bisa terbaring, darah di perut ku juga tidak berhenti keluar. Aku Gagal menyelamatkan orang ku ingin ku tolong. Aku bukan Pahlawan.

"Natsumi.... Aku minta Maaf..."

Sebelum mata ku sepenuhnya tertutup, Aku mendengar suara seseorang.

"Land Eater"

Monster raksasa aneh muncul dari tanah Dan memakan Monster yang kami lawan. Natsumi terlepas Dari genggaman dari monster itu. Seseorang mulai menangkap nya. Aku langsung pingsan setelah monster itu di telan hidup-hidup.

Entah berapa lama aku pingsan. Namun saat aku mulai membuka mata, seseorang terus memanggil nama ku.

"Izuru..... Izuru..... Izuru!"

Perlahan aku mulai bisa mengenal suaranya Dan tidak salah lagi. Saat aku bisa melihatnya dengan Jelas, Wajah Akagi yang cemas.

"A.... Ka.... Gi?"

"Syukurlah Masih Sempat...."

Ia memeluk ku. Seperti nya ia benar-benar cemas dengan kondisi ku.

"Syukurlah kami langsung kesini setelah melihat ledakan besar itu."

Seseorang berjalan menghampiri ku. Dan orang itu adalah Renshi. Aku bangun perlahan di bantu oleh Sayaka. Tubuh ku di lilit oleh akar yang terhubung ke lingkaran sihir putih bercahaya hijau. Sepertinya itu sihir Sayaka.

"Bagaimana kau bisa bertemu dengan Akagi?"

"Bertemu dengan Mereka ya? Saat aku kehilangan kalian Saat kabut itu muncul, Aku tidak sengaja bertemu Sayaka dan Seorang laki-laki bersamanya. Dia bilang ia Mencari Natsumi"

"Natsumi.... Bagaimana dengan Kondisi Natsumi."

"Tenang saja, Natsumi-sama tidak mengalami luka yang parah"

Seseorang datang menemui ku. Seorang laki-laki dengan rambut abu-abu terang yang di ikat ke belakang dan mata hijau. Wajahnya sedikit dingin.

"Terimakasih sudah menjaga Natsumi-sama selama saya tidak ada"

Ia memberi hormat seperti seorang pelayan dan gaya bicaranya benar-benar sopan yang membuat ku sedikit bingung.

"Ah.... Ya...."

"maaf, Saya belum memperkenalkan diri sehingga anda sedikit kurang paham dengan apa yang saya bicarakan. Nama saya Kitsurugi Kyoya, salah satu pelayan dan Orang yang bertanggung jawab Menjaga Salah satu anggota Keluarga Eirin yaitu Natsumi-sama."

"Ya.... Aku Izuru, Otasaki Izuru....."

"Izuru-sama ya. Terimakasih banyak karena menjaga Natsumi-sama."

"Tidak.... Jangan tambahkan kata "-sama (tuan)". Aku belum siap dengan panggilan itu...."

"Baiklah jika itu membuat anda tidak nyaman."

Aku masih tidak percaya jika dia seorang pelayan. Dari gaya berpakaian, ia lebih mirip "Pacar" ketimbang "pelayan". Bukan saatnya membahas itu. Aku ingin bertemu seseorang.

"Ngomong-ngomong, Dimana Natsumi?"

"Dia baru saja bangun dan duduk di pohon sebelah sana. Seperti nya dia juga ingin bertemu dengan anda."

Kyoya menunjuk ke sebuah pohon dan terlihat Natsumi yang duduk di bawahnya. Aku langsung berdiri namun Sayaka masih cemas dengan kondisi ku. Ia sempat membantu ku berdiri. Aku tidak bisa menolaknya.

"Terimakasih, Akagi."

Aku berjalan ke arah Natsumi, Ia sedang termenung. Ia langsung melihat ku, aku sedikit gugup mengatakan sesuatu padanya.

"Sepertinya kita punya sesuatu yang perlu di bicarakan."

"Ya, aku minta maaf karena aku tidak bisa menolong mu saat kau akan di makan.... Itu sangat membuatku merasa gagal"

"Ha? Pfffttttt"

Ia sempat menahan Tawanya namun ia melepaskan nya.

"Kupikir kau akan hal yang serius, Ternyata kau ingin mengatakan itu. Seharusnya aku yang minta maaf karena tidak memilih lari saja. Hal itu sepenuhnya bukan salah mu lho"

"Begitu ya...."

"Dan lagi, setelah mengenal mu. Pandangan buruk ku terhadap Keluarga Otasaki seperti nya mulai hilang, entah kenapa aku semakin tertarik dengan mu."

Ia mengatakan itu dengan wajah yang tulus. Ia sama sekali tidak bohong dengan itu.

"Tertarik?"

"Te-tentu saja bukan berarti aku jatuh cinta padamu! La-lagian kau bukan tipe ku dan sihir mu juga bukan api!"

Ia membantahnya dengan wajah sedikit memerah. Dia benar-benar tsundere.

"Yang jelas, jika suatu saat aku terpilih menjadi Penerus Utama keluarga Eirin. Aku akan menghilangkan pandangan buruk dan menjalin hubungan dengan keluarga Otasaki."

"Begitu ya... Aku akan menantinya."

Aku hanya bisa tersenyum mendengar keinginan itu.

Tak lama Sebuah pengumuman baru berbunyi.

"Fase Eleminasi telah selesai! Jumlah sudah mencapai batas maksimal. Saatnya Menuju fase akhir ujian ini."

Beberapa orang tiba-tiba muncul di sekitar kami, Gelang kami mulai berubah menjadi Emas sedangkan orang-orang muncul tiba-tiba itu memakai gelang perak.

"Fase akhir akan segera di mulai. Akan ku jelaskan aturannya! Peserta yang masih selamat baik di jurusan umum maupun jurusan elit akan Di satukan dalam satu tempat. Jika peserta umum berhasil mengalahkan peserta elit, maka peserta itu akan jadi peserta elit. Dan peserta elit harus bisa mempertahankan gelang emasnya karena jika kalah, peserta akan masuk ke jurusan umum secara permanen. Jadi Selamat Berjuang dan tunjukkan yang terbaik. Fase final akan dimulai 20 detik Dari sekarang!"

Timer mulai berjalan. Para peserta umum mulai menatap kami dengan tajam dan bersiap menyerang kami.

"Apa kau sudah siap, Izuru?"

Renshi sudah bersiap untuk bertarung. Aku juga mulai bersiap untuk mempertahankan gelang emas ku.

"Ya, Aku tidak akan kalah!"

Hitung mundur berakhir, Semua Orang mulai saling bertarung.

Singkat cerita, Kami lolos dan Masuk ke satu kelas Yang sama.

XxX

Kantor Asosiasi Penyihir

Pukul 22 : 55

Kinrei melihat berita di televisi, berita itu menjelaskan kejadian kaburnya Ogawa dari mobil tahanan. Hanya ada Mobil yang hancur dan para penjaga yang tewas dengan badan tertusuk duri aneh.

Kinrei langsung menutup televisi dan sudah menduganya. Hiro yang berada di dalam ruangan juga menyaksikan nya.

"Sudah kuduga, itu akan terjadi."

"Kenapa Anda tidak memperketat penahanan orang itu?"

"Mau berapa kali pun kita memperketat nya, dia selalu bisa lolos. Baik di selamatkan atau pun ia bertindak sendiri."

"Begitu ya..."

"Tenang saja. Cepat atau lambat anak itu akan masuk kedalam penjara para penyihir atau ia Di bunuh oleh seseorang"

"Di bunuh?"

Seseorang mulai membuka pintu, seorang pria mulai masuk ke dalam ruangan.

"Maaf mengganggu. Kinrei-sama, sudah waktunya."

"Ah, iya. Aku hampir lupa tentang itu."

Kinrei mulai memakai jas nya dan bersiap keluar. Namun sebelum itu...

"Hiro, Ikutlah dengan ku."

"Kemana anda akan pergi?"

"Penjara Khusus Penyihir.... Aku ingin merekrut seseorang menjadi guru untuk akademi nanti"

Bersambung....