Chereads / MIRACLE OF THE MAGIC / Chapter 7 - CHAPTER 7 : Ketertarikan yang aneh

Chapter 7 - CHAPTER 7 : Ketertarikan yang aneh

Situasi ini benar-benar membuat ku bingung. Jika aku menolaknya maka kesepakatan itu tidak akan terjadi. Namun disisi lain aku lebih baik memilih untuk menolak kesepakatan ini.

"Bagaimana? Apa kau bersedia?"

Ia terus menatap ku dengan senyuman misterius nya. Aku masih bingung untuk menerimanya atau tidak. Hingga, Keputusan ku sudah bulat. Dan aku memutuskan untuk....

"Maaf, Aku menolaknya. Aku lebih baik membatalkan keputusan yang telah kita buat."

Mendengar keputusan ku. Ia hanya terdiam sejenak lalu tersenyum. Sepertinya dia sudah menduganya jika aku akan menolaknya.

"Aku sudah menduganya... Ternyata membuat keputusan dengan mu itu tidak mudah ya... Tapi Sepertinya kau tidak akan bisa menolaknya"

"Apa maksudmu?"

"Menolak keputusan ku adalah pilihan yang salah. Mau tidak mau kau harus menerimanya."

"Begitu ya. Jadi apa yang akan kau lakukan sekarang? Apa kau akan mengancam ku?"

"Bisa saja... Bagaimana jika ini...."

Olivia mengambil sebuah Ponsel lalu menunjukkan Sebuah Foto. Foto dimana Aku tidak sengaja Melihat Natsumi tanpa busana Saat Kami di Ujian.

"....Tersebar di Akademi nanti?"

Aku tidak menyangka jika dia akan Membuat ancaman seperti itu.

"Darimana.... Darimana kau dapat foto itu?"

"Sudah kukatakan.... Aku adalah Anggota Asosiasi, Aku punya Banyak Akses Untuk melakukan Apapun. Bahkan melihat rekaman ujian."

"Jadi kau akan menyebarluaskan foto itu?"

"Tentu saja jika kau menolak keputusan kita... Aku ingin tahu seperti apa Tatapan murid lain termasuk Natsumi apakah mereka akan membenci mu atau tidak"

"Aku tidak peduli. Orang-orang Tidak akan percaya foto itu. Dan bukankah itu rahasia pihak panitia ujian untuk tidak menyebarkan rekaman ujian tanpa izin. Apa kau akan merusak reputasi mu sendiri di akademi dan asosiasi?"

Ia sama sekali tidak kesal. Dia tetap mengeluarkan wajah tenangnya.

"Wah... Wah... Kau ternyata hebat juga... Kau sudah memikirkan itu lebih dulu. Tapi, itu masih belum bisa membuat mu bebas."

"Memangnya apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan mengancam melukai teman ku?"

"Tidak. Tenang saja, aku tidak akan menyakiti teman mu. Aku tidak tertarik dengan mereka. Aku hanya tertarik dengan mu saja."

"Lalu. Apa yang akan kau lakukan untuk mengancam ku?"

"Bukan apa-apa..."

Olivia kembali mengambil sesuatu di sakunya. Dan ia mengeluarkan benda yang membuat ku terkejut.

"Bagaimana... Dengan ini? Ini adalah milik mu bukan?"

Benda yang Olivia pegang adalah sebuah flashdisk milik ku. Flashdisk yang berisi beberapa data tentang jurnal ku semuanya tersimpan disana. Aku tidak mengira jika ia mendapat benda itu

"Sebentar... Bagaimana kau bisa mendapatkannya?"

"Tentu saja aku mencurinya saat kau lengah."

"Sejak kapan.... Sejak kapan kau mengambilnya? Itu pasti bukan yang asli kan?"

"Tidak.... Ini adalah milikmu. apa kau ingat saat kau tidak sengaja menabrak seseorang hingga bukumu terjatuh? Flashdisk ini juga ikut terjatuh bersama dengan buku yang baru kau beli."

"Tidak mungkin...."

"Terserah jika kau tidak percaya... Mungkin aku akan menghancurkannya atau menghapus semua datanya. Jadi bagaimana? Apa kau masih bersikeras untuk menolaknya?"

Gadis itu berhasil membuat ku terpojok. Dia sangat licik. Aku sama sekali tidak bisa menolaknya. Dengan Berat hati aku harus Menerima Permintaan nya untuk menjadi pacarnya.

"Baiklah... Baiklah...!!! Aku terima permintaan mu... Sekarang berikan Flashdisk itu... Kumohon..."

"Tidak bisa... Tidak semudah itu. Kau menerima keputusan itu bukan berarti benda ini kembali ke tangan mu. Kau mengerti, Izuru-kun?"

".... Baiklah.... Jika itu cara main mu!"

Aku kalah. Aku tidak bisa menganggap remeh gadis ini. Aku merasa jika akan ada hal buruk yang akan terjadi padaku nanti.

Rumah

Pukul 19:52

Aku kembali kerumah dan segera mengecek isi tas ku. Dan benar saja, Flashdisk itu memang tidak ada di tas ku. Aku hanya bisa menghela napas karena putus asa.

"Hah~... Ternyata itu benar-benar terjatuh tadi ya...."

Aku tidak bisa berbuat banyak. Jika aku membuat ulang semuanya itu akan memakan waktu yang sangat lama karena aku sudah membuat jurnal sejak Bangku SMP hingga sekarang. Jadi mustahil membuat semuanya kembali dalam waktu singkat.

"Bagaimana ini...."

Jadi yang hanya bisa ku lakukan hanya bisa pasrah saja dan lanjut membuat jurnal baru. Meski seluruh datanya berada di Flashdisk tersebut. Dan tentu saja, Aku membuat itu hingga larut.

Pukul ??:??

Aku terbangun di sebuah ruang kesehatan sekolah. Dan di luar masih malam hari. Aku tidak tahu bagaimana bisa aku terbaring disini.

"Apa yang terjadi? Kenapa aku berada di tempat ini"

"Sepertinya kau telah sadar..."

Tanpa sadar, Olivia berada dekat dengan ku. Ia hanya menatap langit luar dari jendela.

"Olivia...."

"Sepertinya hanya kita berdua saja saat ini..."

"Berdua... Apa maksudmu?"

"Ya, aku telah menyingkirkan mereka..."

Olivia membalik badannya dan memperlihatkan tubuh nya yang telah disirami darah. Aku sangat ketakutan dan tidak bisa berkata apa-apa. Ia mulai mendekati ku dan aku mencoba untuk lari namun tubuh tidak bisa di gerakan seperti lumpuh.

"Jangan mendekat.... Dasar Iblis!!"

Ia tidak menggubris perkataan ku dan semakin mendekat hingga ia menaiki ranjang ku. Dan perlahan mendekati wajah ku.

"Jangan Khawatir... Aku tidak akan menyakitimu..."

Sesuatu yang tajam mulai keluar dari ranjang dan mengarah ke diriku

"Hei, Izuru.... Berikanlah kehidupan mu padaku"

Dan secara cepat benda itu mulai menyerang diriku yang lemah.

18 April 2036

Pukul 07:12

Aku bangun dari mimpi buruk itu. Saking ketakutannya, aku sampai kehilangan keseimbangan dan jatuh dari kursi ku. Sepertinya aku tertidur di meja seperti biasa.

"Hanya mimpi ya.... Tapi, Kenapa mimpinya terlalu seram!?"

Mimpi itu benar-benar mengerikan bagiku. Namun, aku tidak ingin terlalu memikirkannya. Dan lagi, aku akan terlambat jika tidak bersiap-siap.

Pukul 08:45

Aku berjalan menuju ke akademi dengan ekspresi lesu. Ekspresi yang bahkan jarang aku keluar saat pagi hari. Tak lama Seseorang datang menyapa ku.

"Selamat pagi, Izuru!"

Renshi menepuk pundak ku dan menyapa ku. Aku hanya bisa membalas dengan nada yang sedikit lemas.

"Selamat pagi, Renshi..."

"Lho? Kenapa wajahmu lemas begitu? Apa kau sakit?"

"Tidak, aku baik-baik saja..."

"Lalu, jika kau tidak sakit. Kenapa kau lemas begitu?"

"Itu... Sulit untuk ku ceritakan..."

"Tenang saja... Ceritakan saja, aku akan mendengarkan nya."

Mau tidak mau aku harus menceritakannya ke Renshi. Aku langsung menjelaskan jika aku

"Aku di lamar seseorang..."

"He? HEEEH!!! Kau dilamar seseorang!!"

Tentu saja Renshi Terkejut. Karena aku tidak terlalu memperdulikan percintaan dan lebih mengurusi tentang sihir. Dan bahkan jarang ada wanita yang tertarik.

"Tapi, bukankah itu bagus?"

"Itu sama sekali bukan hal yang bagus lho..."

"Apa maksudmu? Apa yang melamar mu itu bukan orang yang kau sukai?"

"Ya, dia stalker yang mengikuti ku selama ini. Aku hanya minta untuk tidak mengganggu ku lagi. Tapi dia malah memintaku untuk jadi pacarnya"

"Lalu kenapa kau menerimanya? Bukannya kau tidak menyukainya?"

"Dia mengancam ku. Dia mengambil flashdisk ku yang berisi data penting di dalamnya. Jika aku menolak, aku tahu apa yang akan dia lakukan bukan?"

"Dia akan menghancurkannya? Ternyata dia licik juga ya..."

"Kau benar... Jika dia tidak mengancam dengan itu maka aku sudah menolaknya."

"Ngomong-ngomong, seharusnya kalian sudah saling bertemu bukan? Apa kau tahu dia siapa?"

"Ya, yang aku tahu dia Bernama Olivia Bathory. Dan dia mengatakan jika ia orang penting di Asosiasi Penyihir"

"Sebentar, Olivia Bathory?"

"Ya, memangnya ada apa? Apa kau mengenalnya?"

"Tidak, tapi aku dengar dia adalah Anggota divisi khusus di Asosiasi Penyihir. Tidak menyangka jika ia masih remaja. Dan herannya lagi, kenapa dia ingin mengikuti mu?"

"Aku juga tidak tahu. Dia bilang jika aku ini Unik. Padahal sejauh ini tidak ada hal istimewa yang mencolok padaku. Menurut mu apa yang menarik dariku?"

"Entahlah... Selain maniak ilmu sihir sisanya aku tidak tahu apa yang istimewa darimu..."

Aku berbicara dengan Renshi hingga ke ruang kelas. Saat masuk ke ruang kelas... Seseorang mulai menyambut ku. Dan Dia adalah Olivia

"Selamat pagi, Izuru.... Hari sangat cerah ya"

Aku hanya bisa memalingkan wajah dengan wajah memerah dan membalas sapaannya. Renshi sedikit bingung dengan ekspresi ku.

"Selamat Pagi juga.... Olivia"

Olivia kemudian melirik arah Renshi dan Menyapanya.

"Kau pasti temannya Izuru. Salam Kenal."

"Ya... Salam kenal juga. Nama ku Renshi. Izuru sempat membicarakan mu tadi"

"Benarkah...."

"Kalau begitu, kami permisi dulu..."

"Aku permisi dulu, Olivia"

"Ya... Silahkan"

Aku dan Renshi langsung berpaling dari nya. Dan Renshi mulai berbicara padaku.

"Hei, Izuru... Aku ingin bilang satu hal"

"Apanya?"

"Bisa kau bilang kau beruntung... Jarang sekali ada yang bisa pacaran dengan gadis Eropa"

"Itu bukan Keberuntungan... Malah kutukan bagiku..."

Tak lama Bel Berbunyi dan Pelajaran akan dimulai

Pukul 12:00

Aku Berjalan di lorong Akademi dengan wajah murung.

Aku masih mengingat mimpi semalam dengan jelas. Dan itu membuat ku sulit untuk fokus pada pelajaran ku. Aku masih bertanya-tanya maksud dari mimpi tersebut.

"Mimpi itu maksudnya apa...."

Saat aku merenungkan mimpi itu. Tiba-tiba seorang wanita pendek berlari dengan membawa beberapa dan tidak sengaja menabrak ku hingga kami berdua terjatuh.

"Aduh....duh....."

"Aaaahhh!!! Aku minta maaf!! Sungguh minta maaf!! Seharusnya aku lebih Berhati-hati tadi!!"

"Tidak..... Itu bukan salahmu... Aku juga tadi melamun..."

W

anita yang menabrak ku memiliki ciri tubuh pendek. Matanya Bewarna Hijau dan memiliki rambut yang agak pendek dengan Warna Merah. Dan ia juga memakai kacamata seperti ku. Dia juga tidak memakai seragam yang kemungkinan dia adalah Guru atau staff Di akademi Sihir.

Wanita itu kemudian dengan terburu-buru mengambil buku-bukunya yang berserakan di lantai. Aku juga membantunya mengumpulkan beberapa buku.

"Ah... Terimakasih banyak... Maaf soal tadi..."

"Tidak apa-apa... Aku juga minta maaf karena tidak melihat jalan."

"Apa kau Otasaki Izuru?"

"Eh?.... Ah... Ya..."

"Apa kau baru pacaran dengan Olivia?"

"Ya... Memangnya ada apa?"

Tiba-tiba saja Wanita itu menepuk pundak ku dan seketika tangannya gemetaran.

"Se.... segera... Pu... Putus.... Dengannya!!"

"Hah?"

"Po.... Pokoknya... Segera putus dengannya Kumohon.... "

"Aku tahu... Tapi kenapa?"

"Ha....habisnya.... Dia itu sanga-"

"Kalian Sedang apa disini?"

Tanpa Kami Sadari Olivia Menghampiri kami. Aku tidak terlalu terkejut, tapi wanita itu sangat terkejut dan panik.

"O.... Olivia... Ya..... Sejak Kapan kau disini?"

"Sepertinya Kalian Membicarakan sesuatu yang menarik..."

"Itu-"

Aku ingin menjelaskan nya namun tiba-tiba mulutku di tutup oleh tangan wanita itu.

"AAAA.... Bukan apa-apa kok!.... Sumpah!!"

Wanita itu kembali merapikan Bukunya kembali lalu bergegas pergi.

"Kalau begitu aku pergi dulu... SEMOGA HUBUNGAN KALIAN LANCAR YA!!"

Olivia hanya Melambaikan tangannya dan tersenyum.

"Sampai nanti, Chloe-Sensei...."

Aku hanya diam dalam kebingungan yang terjadi. Sepertinya Wanita bernama Chloe tahu seberapa bahaya Olivia. Tapi dia terlalu takut dengannya.

"Oh ya... Bagaimana bisa kalian bertemu disini?"

"Eh?.... Itu kami tidak sengaja bertabrakan... Itu saja...."

Aku tidak tahu mau harus bilang apa. Sepertinya dia cemburu atau apalah.

"Kau seperti nya menyembunyikan sesuatu ya..."

"Tidak... Aku tidak bohong kok.... Aku memang tidak sengaja bertabrakan..."

"Aku hanya Bercanda.... Aku ingin melakukan sesuatu dengan hubungan kita hari Minggu ini"

"Sesuatu?"

"Ya... Bagaimana kita melakukan kencan di Hari Minggu?"

Mendengar kata itu membuat wajah ku memerah.

"Se...bentar.... Kau bilang minggu!"

"Iya... Apa kau senggang minggu ini?"

"Itu... Aku mungkin Bisa... "

"Baiklah... Hari Minggu kita bertemu di stasiun ya..."

"Ya.... Baiklah...."

"Sampai bertemu di stasiun pukul 13 ya..."

Olivia mulai berjalan meninggalkan ku.

Dan kencan kami 2 hari lagi. Aku tidak tahu apa yang dia rencanakan tapi... Tidak ada hal bisa ku lakukan sekarang.

Stasiun kereta

20 April 2036

Pukul 12:45

2 hari telah berlalu. Dan Hari ini kencan kami dimulai.

Aku menunggunya datang di depan pintu stasiun kereta. Sehari sebelumnya, Aku sempat menceritakan menceritakan rencana kencan kami dengan Renshi. Dan Renshi mendukungnya dan memberi semangat.

Akagi juga mendengar kabar jika aku berpacaran dengan Olivia dan akan melakukan kencan. Dan mau tidak mau aku harus jujur dengannya. Dan Akagi juga mengucapkan selamat dan Memberi ku Semangat.

Natsumi.... Dia sedikit cemburu. Dia sempat terkejut mendengar jika ada gadis yang mengajak ku kencan. Dan dia sempat keceplosan jika dia harusnya yang pertama... Saat aku tanya ulang dia malah melempar bola apinya dengan Wajah memerah.

Kyoya memberi dukungan nya dan Berharap suatu yang buruk tidak akan terjadi.

Ya... Aku harap begitu... Semoga saja.

Tak lama Seseorang datang menghampiri ku.

"Maaf membuat mu menunggu..."

Aku melirik ke arah nya. Dan dia adalah Olivia dengan kemeja putih, rompi hitam, rok pendek dengan warna biru, dan ia mengenakan jas bewarna coklat.

Sepertinya itu pakaian yang biasa yang ia kenakan. Aku belum pernah melihat nya memakai pakaian biasanya. Namun dia terlihat cantik dengan pakaian ku.

"Apa kau belum pernah melihat ku memakai pakaian ini? "

"Ah... Ya...."

"Sudah kuduga... Soalnya kau sangat lama melihatnya... Baiklah...."

Ia mulai menggenggam tangan ku dengan dua tangannya.

"... Ayo kita pergi"

"Tunggu... Uwwooh!!"

Olivia mulai menarik ku dan membawa ku ke suatu tempat. Dan Kencan kami baru dimulai.

Tempat pertama, adalah pusat perbelanjaan. Olivia mengajakku ke sebuah toko pakaian. Dan aku menemani nya memilih beberapa pakaian untuk ia beli. Dan menunggu nya di bilik ganti.

Ia memperlihatkan beberapa pakaian. Dan menurutku semua pakaian ia kenakan cocok dengannya.

Ia mulai membuka tirai dan menunjukkan pakaian terakhir yang ia coba.

"Bagaimana dengan ini?"

Aku hanya bisa mengucapkan beberapa kata dengan wajah memerah.

"Itu..... Sangat cantik.... Menurut ku...."

"Begitu ya.... Bagaimana jika aku mencoba pakaian renang juga?"

"Lebih baik jangan! Ini sudah cukup...."

"Sepertinya kau benar-benar malu-malu ya... Baiklah, lebih baik tidak usah. Ini saja sudah cukup kok. Aku akan membeli ini semuanya"

Setelah mengganti pakaian nya, Kami segera Ke Kasir dan Membeli semuanya. Dan Olivia yang membayarnya.

Setelah keluar dari keluar pusat perbelanjaan, Olivia mengajakku ke taman Hiburan. Dia mengajakku mencoba menaiki roller coaster. Namun, Itu adalah wahana yang ku takuti.

"Ako kita naik itu..."

"Menurut ku... Itu tidak usah saja...."

"Kenapa? Apa kau takut?"

"Bukan begitu... Aku merasa.... Jika..."

"Jangan berbohong dan ayo."

Olivia Kembali Menarik ku dan Segera Menaiki roller coaster. Saat pengaman roller coaster di kunci. Aku mulai panik. Dan Roller coaster pun meluncur. Dan membuat ku tidak berhenti berteriak.

Satu alasan aku tidak menyukai Roller coaster adalah Aku mudah mual oleh guncangan. Sehingga selesai menaikkan itu. Aku hampir mau muntah dan sulit untuk berdiri. Tapi Olivia menikmatinya.

"Ah~ Rasanya Menyenangkan...."

"Rasanya.... Aku mau mati.... Humppfffhh!!"

Aku beberapa kali menahan mulutku agar tidak muntah. Olivia Melihat ku yang sedang berusaha melawan rasa mual ku. Lalu dia menghampiri ku dan memberi ku minuman.

"Silahkan.... Sepertinya kau benar-benar mual menaiki nya ya"

"Terimakasih..."

"Sepertinya kondisi mu tidak bagus jika kita naik wahana lagi... Bagaimana kita bermain... Permainan yang ringan saja?"

"Ya... Tidak apa-apa..."

Setelah rasa mual ku hilang. Aku dan Olivia memainkan permainan ringan. Seperti menjatuhkan kaleng dan menembak bebek. Dan kami juga membeli beberapa cemilan.

Hingga senja, kami menaiki bianglala dan melihat pemandangan kota dari atas.

Aku dan Olivia saling duduk berhadapan dan sama-sama melihat pemandangan saat senja. Dan Olivia mulai menceritakan sesuatu pada ku sambil menatap langit.

"Langit yang indah bukan?"

"Ya, ini benar-benar indah"

"Aku pernah melihat ini sebelumnya. Apa kau tahu seorang ratu Bernama Elizabeth Bathory?"

"Ya, aku tahu sedikit. Dari beberapa buku sejarah yang ku baca. banyak yang mengatakan dia adalah Ratu yang kejam. dia sering melakukan eksekusi ke para wanita hingga para penduduk melakukan kudeta untuk melakukan balas dendam. Hingga, akhirnya dia juga bernasib sama dengan para wanita tak berdosa yang pernah ia eksekusi."

"Ya, semuanya yang kau katakan itu hampir benar. Kadang Sejarah nya sering berubah-ubah karena Ceritanya di bagikan dari mulut ke mulut hingga ada kejadian yang hilang dan ada kejadian yang mengada-ada."

"Kau benar. Tapi, mencari cerita sejarah yang sangat akurat dengan kejadian sebenarnya itu sangat sulit sekali. Mereka selalu saja akan membuat cerita tersebut dengan Versi mereka sendiri."

"Ya, aku juga tidak menyalahkan orang-orang yang membuat cerita sejarahnya. Tapi, ada satu hal yang mereka tidak ketahui tentang sisi lain sang ratu itu. Bahkan tidak satupun buku sejarah yang menceritakan hal tersebut karena tertutup kekejamannya."

"Memangnya apa itu."

"Setiap hari, saat langit senja. Dia akan menaiki menara atau pun balkon paling atas hanya untuk melihat sang matahari tenggelam dari barat. Ia tidak peduli dengan kondisinya baik sakit maupun sehat, baik Tubuhnya di penuhi darah atau tidak. Bahkan saat hari terakhirnya, ia tetap melihatnya dan tanpa sadar itu adalah senja Terakhir yang ia lihat."

"Bagaimana kau bisa tahu hal tersebut?"

"Itu karena, dia adalah diriku sendiri di masa lalu"

Saat ia menjelaskan siapa dirinya. Tiba-tiba tubuh ku mengalami hal aneh. Tubuhku perlahan kehilangan keseimbangan, dan pandangan ku mulai kabur, bahkan suara sekitar mulai meredam dan hanya dengungan yang bisa ku dengar. Olivia berdiri sebentar melihat ku. Ia mulai tersenyum padaku.

"Selamat tidur.... Izuru...."

Itu lah kata yang terakhir kali ku dengar sebelum diriku benar pingsan. Aku tidak tahu apa yang dia rencanakan, namun dia membuat ku pingsan saat aku lengah.

Apa kencan tadi hanya Umpan untukku?

XxX

Pukul 19:45

Aku terbangun dari pingsan ku menyadari jika aku sudah berada di tempat yang berbeda.

Aku tidak tahu tempat apa ini. Yang jelas saat aku bangun, aku melihat rel kereta api di bawah. Kemungkinan ini adalah stasiun terbengkalai. Aku mulai menaiki sebuah tangga, dan berada tempat itu cukup luas yang sama bobroknya dan hanya sinar bulan yang meneranginya.

"Kenapa aku bisa di tempat seperti ini? Apa Olivia yang membawa ku kesini?"

Aku mungkin bisa saja keluar melalui atap berlubang dengan Libra. Namun, aku tidak boleh asal bertindak. Aku mulai mengaktifkan sihir es ku dan membuat sebuah es runcing. lalu dengan saran Rui-sensei, aku memakai tehnik Roket, sebuah tehnik dimana titik ledak berada di peluru sehingga meringankan resiko cedera.

Setelah meluncurkan es runcing tersebut. Es runcing tersebut langsung hancur setelah menggapai atap. Meski aku menembaknya di bagian tengah lubang yang luas, es itu tetap hancur oleh sesuatu. Sepertinya dia memasang penghalang di luar membuat ku tidak bisa keluar.

"Sudah kuduga, aku terkurung disini ya."

"Kau seperti nya sudah bangun...."

Suara Olivia mulai menggema di seluruh tempat. Tapi aku tidak tahu dimana ia berada.

"Apa kau merencanakan ini semua ya, Olivia?!"

"Itu benar... Ini adalah tempat favorit ku untuk menguji mu. Setiap orang yang ku rasa istimewa, aku akan membawanya Ke tempat ini. Ada yang ku bawa langsung dan ada juga yang harus pancing terlebih dahulu untuk kesini sama seperti mu..."

Sepertinya bukan aku yang pertama. Apa setiap orang yang dia rasa menarik akan diperlakukan seperti ini?

"Sayangnya... Semua orang ku bawa kesini selalu gagal dan berakhir menyedihkan seperti sang para gadis yang pernah ku eksekusi dulu."

"Menyedihkan? Jangan-jangan kau..."

"Baiklah... Saatnya aku mulai..."

Suara rintihan mulai terdengar di belakang ku. Bahkan suara rintihan itu lebih dari 1. Saat aku berbalik Sesosok monster sudah berada di belakang ku dengan tangan besarnya siap menepuk ku.

Karena Reflek, aku langsung menghindar beberapa saat sebelum tangan Besarnya berhasil menepuk ku dengan keras. Tanah tempat ia tepuk meninggalkan bekas retakan yang sangat besar.

Wujud monster itu ia memiliki kulit yang lembut dengan warna putih sedikit kemerahan Dan memiliki sepasang lengan yang besar serta kaki yang besar pula. Di bagian perut hingga kepalanya. Terdapat banyak sekali tubuh para gadis yang seperti nya korban kekejaman sang ratu terus merintih kesakitan dan beberapa kali meminta tolong.

"Hampir saja..."

"Bagaimana? Bagaimana dengan monster ku ini? Dia adalah monster yang ku ciptakan dari mayat para Gadis yang pernah ku eksekusi untuk menjadi penjaga ku dulu. Dan serangan tadi baru pemanasan baginya"

Monster itu mulai mengeluarkan sesuatu dari tubuhnya. Sebuah gagang pedang besar tertancap di punggungnya. Saat ia mencabutnya, mayat para gadis itu terus Menjerit dengan keras dan bau bangkai mulai menusuk ke hidung Membuat ku terpaksa menutup hidung dengan tangan ku. Dan sebuah pedang besar muncul.

"Begitu ya.... Tidak ada cara lain selain melawan nya dengan sihir"

Aku mulai mengaktifkan sihir dan memanggil Pedang Capricorn. Dan bersiap menghadapi monster itu.

Monster itu mulai menyerang dengan mengayunkan pedangnya. Dengan cepat aku menahan serangannya dengan pedang ku. Namun, level kekuatan kami sangat jauh berbeda. Karena serangan begitu kuat, Aku tidak bisa menahannya dan malah terpental dan hampir menabrak dinding.

Namun tentakel tajam bewarna merah mulai muncul dan bersiap menyerang ku. untung saja aku menyadarinya dan langsung memanggil sayap libra dan menghindari dari tentakel itu dan monster tadi.

"Hampir saja..."

"Kau punya reflek yang bagus ya... Perlu kau tahu jika aku memasang banyak jebakan hidup di setiap dinding yang ada. Jika kau ingin mematikan jebakan itu, cari lah aku."

Seperti yang dia bilang. Setiap kali aku mendekati dinding, beberapa tentakel tajam akan muncul dan berusaha menyerang ku. Aku harus lebih berhati-hati lagi.

Baru beberapa saat, Monster itu memuntahkan sebuah cairan hitam yang berbau busuk yang sangat menyengat dalam jumlah yang cukup besar. Dan tak lama 4 monster yang sama muncul.

Dan tampaknya Olivia benar-benar serius mencari sesuatu yang ia inginkan padaku. Namun menurutku ini terlalu berlebihan. 1 monster saja membuat ku kewalahan diawal. Apalagi berhadapan dengan 5 monster yang sama Sekaligus. Belum lagi, Ada banyak perangkap yang telah ia siapkan yang bisa saja membunuh ku jika aku melakukan kesalahan sedikit aja.

"Ini mustahil.... Ini terlalu sulit bagiku.... Tidak ada pilihan lain...."

Aku mulai fokus dan mengaktifkan sihir Zodiak ku untuk memanggil senjata baru. Saat aku sedang fokus, salah satu monster mulai menyerang ku. Dan tepat saat itu Aku berhasil membayangkan senjata baru tersebut dan...

"SENJATA ZODIAK KE-6 : CANCER!!"

Dalam hitungan detik, Monster yang menyerang ku seketika tercincang habis. Dan itulah senjata yang ku panggil.

Sebuah Gunting besar yang menyerupai sebuah Pedang panjang yang mirip seperti capit kepiting. Setiap gunting itu di buka, maka materi apapun akan hancur dalam sekali tebasan. Senjata yang hebat namun sangat rapuh. Tebasan tadi membuat gunting tadi mengalami retakan yang cukup parah. Jika aku memakainya terus menerus maka senjata ini akan hancur.

"Baiklah... Senjata yang sempurna... "

Aku mulai bersiap dengan gunting Cancer dalam mode terbuka. Monster lain mulai menyerang secara bersamaan. Dan aku mulai menangkis serangan beberapa monster dan mencari celah untuk memotong tubuh mereka.

Aku berhasil mengecoh mereka dan Membunuh 3 monster karena Gunting ku langsung hancur karena terlalu banyak menebas mereka. Dengan terpaksa aku melompat ke atas tubuh monster terakhir dan mengeluarkan Palu Aries dan menghantam tubuhnya dengan keras hingga ia tidak bisa bergerak. Dan kesempatan itu ku gunakan untuk memunculkan Gunting Cancer lagi dan memotong tubuh nya Hingga tak bersisa.

5 monster tersebut telah di kalahkan namun bukan berarti permainan ini berakhir. Aku merasa jika Olivia masih punya rencana lain. Jadi aku tidak punya waktu untuk menghela napas.

"Luar biasa... Kau berhasil mengalahkannya dalam beberapa menit saja... Tapi itu belum cukup lho."

Suara tawa mulai menggema ke seluruh tempat. Dan darah sisa monster tadi mulai berkumpul dan mulai mengeluarkan buih-buih. Cairan itu mulai membentuk sosok gadis tanpa busana. Dan Gadis itu menyerupai Akagi dengan warna rambut yang putih dan Mata kuning menyala dengan pupil hitam. Serta warna kulitnya yang benar-benar putih pucat.

Saat Ia telah sepenuhnya muncul. Ia mengeluarkan senyum yang mengerikan di hadapan ku dan suaranya juga sangat acak-acakan. Namun aku mengerti apa yang ia katakan.

"Luar biasa... Baru pertama kali ada orang yang membunuh ku dalam hitungan menit... Namun kau memilih tindakan yang salah... Kau baru saja membuat suatu kesalahan fatal"

Di punggungnya muncul sebuah tentakel tajam yang sama dengan perangkap yang ada di dinding namun benda itu bewarna hitam.

"Karena kesalahanmu.... KAU HARUS BERHADAPAN DENGAN KU!!!"

Tentakel-tentakel tajam itu mulai menyerang. Aku dengan cepat memotongnya dengan Gunting Cancer. Namun, sesuatu yang di luar perkiraan ku. Salah satu tentakel tanpa ku sadari berhasil menusuk bagian perut ku dengan cukup dalam.

Tentakel itu tercabut dan darah mulai keluar dari luka tersebut membuat tubuhku mendapatkan rasa sakit yang luar biasa.

Aku menunduk sambil memegang perut ku dan menahan rasa sakit luar biasa. Aku sempat memuntahkan banyak darah dari mulutku. Tubuhku bahkan tidak sanggup berdiri.

Mahluk itu mengeluarkan tawa yang mengerikan di hadapan ku. Dia menikmati apa yang ia lihat.

"Sungguh menyedihkan.... Kau bahkan Hanya bisa menunduk kesakitan Seperti itu.... LEBIH BAIK KAU MATI SAJA!!!"

Serangan berikutnya kembali muncul. Aku memanggil Perisai Taurus dan menahan serangannya. Namun aku malah terpental hingga berada di bawah stasiun.

Dan aku tidak bisa berbuat banyak dengan kondisi seperti ini. Aku melihat sebuah gerbong kereta terbengkalai lalu bersembunyi di dalam sana.

Tak lama Mahkluk itu juga turun dan mencari ku. Dia melihat sekitar dan mengetahui jika aku bersembunyi.

"KAU TIDAK BISA LARI DAN SEMBUNYI DARIKU!!!"

Aku menutup mulut berusaha untuk tidak bersuara sedikit pun. Ia terus mencari bahkan hingga melewati Gerbong kereta tempat ku bersembunyi.

"Keluarlah... Aku tahu kau ada disini.... Percuma saja kau bersembunyi dari ku"

Aku tidak tahu harus berbuat apa, Bahkan makhluk ini jauh lebih kuat dari monster sebelumnya.

Beberapa saat saat aku melihat keatas.... kepalanya mulai menatap ku dengan senyuman mengerikan.

"Ke.... Te..... Mu!!!"

Ia menghancurkan gerbong tersebut. Aku sempat melawan dengan beberapa cara namun itu percuma saja. Hasilnya aku malah terlempar keluar dari gerbong dan mendarat di rel dengan cukup keras membuat ku sulit berdiri.

Lukaku semakin parah dan menyakitkan. Membuat tubuhku terasa seperti lumpuh. Aku mulai memikirkan cara untuk mengalahkan nya. Namun, Mahluk itu keluar dari gerbong kereta dan turun ke rel. Lalu, ia mengangkat tubuh ku dengan mencekik leher ku hingga ku sulit bernapas. Aku harus memikirkan nya dengan cepat Sebelum ini semakin memburuk...

"Jadi.... Apa kata terakhir mu...."

Aku berhasil memikirkannya dengan cepat. Aku telah memikirkan senjata selanjutnya dengan cepat.

"Se.... Na.... Pan...."

"Hah?!"

Seketika suara tembakan terdengar dan lengan kirinya seketika hancur. Dan tubuhku berhasil terlepas dari cekikan nya.

Aku berhasil memanggil Senjata ke-12 : Sagitarius. Sebuah senapan panjang yang pelurunya berasal dari mana. Aku berhasil memanggil Senjata tersebut tanpa menyebutnya.

Setelah berhasil lepas, aku langsung membekukan luka di perut ku untuk menahan pendarahan nya untuk sementara. Sementara Mahluk itu mulai mengamuk dan menyerang ku dengan tentakel tajamnya. Dan aku dengan cepat menghancurkan nya dengan tembakan.

"DASAR BERERENGSEK!!!"

Beberapa saat Makhluk itu mulai menyerang ku dari dekat. Dan aku langsung mengeluarkan pedang Capricorn ku dan pertarungan sengit terjadi.

Kami saling terus berpindah dan saling menangkis serangan. Luka baru terus bermunculan. Dan serangan Mahkluk itu juga membabi-buta dan aku terpaksa mengeluarkan senjata zodiak yang miliki dengan cepat.

Dengan susah payah aku menghentikan serangan tentakel nya dengan gunting Cancer dan Senapan Sagitarius, lalu mencoba mengikatnya dengan Rantai Scorpio, lalu menahan serangannya dengan Perisai taurus.

Dan itu ku lakukan berulang-ulang hingga di mana makhluk itu telah berhasil membuatnya tidak berdaya. Aku menembaknya tepat di kepalanya hingga tak bersisa.

Monster terakhir berhasil aku kalahkan. Dan saat semuanya telah berakhir, Tubuhku juga mulai merasakan rasa sakit lagi. Dan aku hampir tumbang karena kehilangan cukup banyak mana.

Aku berusaha bangkit hingga seseorang muncul dan bertepuk tangan dan itu adalah Olivia yang keluar dari persembunyiannya.

"Selamat.... Kau berhasil melewati ujian ku.... Sesuai harapan ku..."

"Bodoh.... Aku rasa ini terlalu berlebihan...."

Satu hal yang tidak ku sadari. Saat pertarungan terjadi, kami tidak sengaja Membuat beberapa pondasi bangunan menjadi rapuh. Hingga saat Olivia muncul, Reruntuhannya mulai berjatuhan dan akan menimpa dirinya.

"Menyingkir lah!! OLIVIA!!!"

Dengan cepat aku mendorong tubuhnya untuk menghindarinya dari reruntuhan. Dan bodohnya, aku yang harus tertimpa reruntuhan tersebut. Bahkan aku tidak sempat Memakai perisai untuk menahannya.

Olivia terjatuh akibat dorongan tadi dan Melihat tubuhku yang telah tak sadarkan diri akibat tertimpa reruntuhan tadi.

XxX

Pukul 21:23

"Semuanya akan Baik-baik saja...."

Mataku perlahan terbuka.

Olivia melihat ku dari jarak dekat.

"Olivia...."

Dan aku menyadari jika aku berbaring di atas Pahanya. Seketika aku bangkit karena terkejut. Olivia hanya menunjukkan ekspresi seperti biasanya, yaitu tersenyum tenang. Sepertinya dia sengaja menjadikan pahanya sebagai bantal

"Tenanglah... Kau baru sembuh lho..."

"Apa yang terjadi pada ku tadi? Dan kenapa kita berada di taman ini?"

"Setelah kau menolong ku dari Reruntuhan. Aku membawa mu ke sini untuk menyembuhkan mu. Bahkan aku meminjam sihir tanaman milik Akagi untuk menyembuhkan mu lebih cepat."

"Begitu ya.... Lalu bagaimana dengan tempat tadi?"

"Sudah runtuh... Lagian, aku sudah tidak butuh tempat itu lagi. Aku sudah menemukan sesuatu yang ku cari selama ini"

Olivia mulai menatap keatas dan Melihat bulan purnama yang begitu terang.

"Malam ini bulannya sangat indah bukan..."

Aku mengikuti hal yang sama. Dan benar yang ia katakan. Malam ini, Bulan purnama Sangat begitu indah dari biasanya.

"Ya.... Kau benar. Aku tidak menyangka bulannya seindah ini..."

"Hei.... Izuru...."

"Ya.... Kena-"

Saat aku menoleh padanya. Tiba-tiba ia langsung mencium tepat di bibir ku. Bibirnya terasa lembut dan tangan kami saling menggenggam. Karena ini pertama kalinya bagiku, ini membuat ku kebingungan dan sedikit canggung. Setelah ia mencium ku di bawah sinar bulan, Raut wajahnya sedikit berubah dari sebelumnya. Ia tersenyum dengan tulus, matanya juga sedikit bercahaya di bawah terang bulan.

"Terimakasih telah menyelamatkan ku... Aneh sekali, saat melihat mu seseorang dari masa lalu terus terlintas di pikiran ku..."

"Seseorang?"

"Jangan terlalu di pikirkan... Yang penting apa yang menjadi milik mu telah kembali lagi. Lihatlah ke tangan mu"

Aku membuka tangan ku dan itu flashdisk yang ia ambil waktu itu. Kini ia mengembalikannya lagi padaku.

"Sebentar, Berarti hubungan kita telah berakhir?"

"Itu tergantung keputusan mu... Kau boleh melanjutkan nya atau tidak... Malam semakin larut.... Sebaiknya kita berpisah disini."

Olivia beranjak dari bangku dan berjalan meninggalkan taman. Namun langkah nya berhenti dan ia berbalik untuk mengucapkan sesuatu.

"Izuru... Aku sangat Mencintaimu... Sampai bertemu di Akademi nanti..."

"Ya... Sampai bertemu lagi...."

Olivia kembali berjalan meninggalkan taman. Sedangkan aku duduk di taman dan tidak percaya apa yang terjadi barusan. Dan setelah itu aku pulang dan mengecek data penting di flashdisk tersebut dan syukurlah tidak ada yang hilang.

XxX

Akademi Sihir Sakura

Ruang kelas A1

21 April 2036

Pukul 08:50

Aku membaca sebuah buku di bangku ku. Hingga Renshi datang menyapa.

"Selamat pagi, Izuru"

"Selamat pagi juga, Renshi"

"Bagaimana dengan kencan mu kemarin? Apa berjalan lancar?"

Saat Renshi menanyakan itu. Aku tidak bisa menyembunyikan senyum ku.

"Ya.... Begitulah...."

"Hee~ Kenapa kau tersenyum seperti itu.... Apa yang terjadi pada kalian?"

"Sesuatu? Itu rahasia...."

"Setidaknya kasih tahu sedikit saja. Tidak akan ku umbar"

"Itu bukan rahasia lagi namanya"

"Kau menguncinya rapat-rapat ya"

Kami tertawa di pagi yang cerah. Di ujung kelas Olivia tampak berbincang dengan Akagi. Mungkin pertanyaan yang sama seperti Renshi.

Saat ia menatapku, dia menyapa dengan senyuman nya.

Aku pikir sesuatu yang istimewa baginya adalah Kekuatan Namun aku salah. Aku tidak tahu hal istimewa yang ia cari padaku. Namun dari wajahnya, ia sudah menemukan nya.

XxX

Stasiun yang berada jauh dari Tokyo

25 April 2036

Pukul 07:18

Kereta akan mulai berangkat sebentar lagi. Seorang wanita pendek dengan rambut merah dan memakai pakaian Seragam pelaut berwarna biru meregangkan tubuhnya. Dan kemudian ia mengangkat tas yang ia bawa.

"Baiklah, saat nya kita kembali ke Tokyo. Sudah lama sekali aku tidak pulang. Bagaimana dengan dia ya? Kizuna, apa kau sudah siap?"

Seorang Wanita dengan Rambut putih dengan poni menutupi mata sebelah kirinya dan Matanya bewarna kuning datang menghampiri wanita itu.

"Ya, ibu"

"Baiklah, Ayo kita pulang!!"

Mereka mulai masuk ke gerbong kereta dan pintu kereta menutup dan Kereta pun mulai berjalan.

Bersambung.....