Chereads / MIRACLE OF THE MAGIC / Chapter 6 - CHAPTER 06 : "Pertemuan dan Keputusan"

Chapter 6 - CHAPTER 06 : "Pertemuan dan Keputusan"

Pulau misterius di Tokyo

Markas Para Akuban

Lorong

17 April 2036

Pukul 03:00

Ogawa berjalan di lorong yang gelap yang diterangi oleh cahaya bulan. Ia berjalan sambil meletakkan kedua tangannya di kepala dan sesekali ia menguap karena bosan.

"Hoooaaahhhh~ Bosannya..... Setelah bertarung dengan Otasaki dan Shirogami, rasanya Semua pertarungan Setelah itu jadi membosankan.... Target yang ku lawan biasa saja dari rasa jantung mereka.... Papa, Kapan aku boleh bertemu dengan Otasaki lagi?"

Ogawa terus mengeluh sambil melihat ke atas. Hingga seorang pria memakai topeng aneh lewat di hadapan nya. Membuat perhatiannya teralih dengan pria itu. Karena ia mengenalinya, dia langsung menyapanya.

"Paman Alter!!! Kau mau kemana?!!"

Alter berhenti dan menoleh sebentar.

"Ada perlu apa ,Gluttony?"

"Tidak.... Aku hanya sedikit penasaran Paman mau kemana... Lagian, Bukankah wajar Anak-anak seperti ku punya rasa penasaran yang tinggi?"

"Simpan Saja rasa penasaran mu. Aku tidak akan mengatakannya."

Alter kemudian berjalan mengabaikan Ogawa. Ogawa merasa di abaikan hanya tersenyum.

"Hoooo~ Di cuekin ya?.... Kalau begitu...."

Ogawa mulai mengaktifkan sihir nya. Ia mulai membuat sebuah pedang dari darahnya. Setelah pedang itu jadi. Ia Melompat dan segera menyerang Alter.

".... BAGAIMANA KITA BERMAIN SEBENTAR!!!"

Alter langsung Mengeluarkan sebuah pedang dan berencana menangkis serangan Ogawa. Namun, Ogawa menghilang lalu muncul di belakang dan segera Menyerang Titik buta Alter.

Dengan cepat Alter langsung berbalik dan Menangkis Serangan Ogawa hingga pedang Ogawa melambung tinggi. Kemudian Alter langsung menghunuskan pedangnya ke Leher Ogawa sebagai Ancaman.

"Permainan sudah Selesai, Gluttony. "

"Hee~ Paman selalu saja menang melawan ku ya... Sayang sekali.... Aku pikir akan menang..."

Alter mulai menurunkan senjatanya lalu Menghilangkan. Ia mulai berjalan mengabaikan Ogawa.

"Aku tidak peduli dengan permainan bodoh mu... Itu tadi sebuah peringatan untuk tidak menggangu ku... Urusi lah hidup bodoh mu, Bocah..."

Alter berjalan menjauh dari Ogawa. Ogawa mulai tersenyum setelah alter pergi.

"Kata-kata menusuk itu... Membuat ku semakin penasaran dengan apa yang ia sembunyikan... Aku juga penasaran rasa dari jantung seorang Collector seperti apa... Aaah~ membayangkan saja membuatku merinding.... Aku tak sabar bermain dengan Paman Alter lagi hingga jantungnya dapat ku makan...."

Akademi Sihir Sakura

Lapangan Latihan Terbuka

Pukul 10:27

Kami memakai baju olahraga dan berkumpul untuk melakukan penilaian serangan Jarak Jauh oleh Rui-sensei. Satu persatu murid akan di panggil lalu Rui-sensei memberi arahan menembak ke target yang di tentukan. Hal di nilai adalah Tehnik menembak, Kekuatan, Keseimbangan saat menembak, cara mengisi mana, Dan Dampak serangan.

Sekarang giliran ku untuk maju. Rui-sensei mulai memanggil nama ku untuk mengambil nilai.

"Selanjutnya, Otasaki Izuru."

"BAIK!!"

Aku mulai berjalan menuju tempat penilaian. Target ku adalah sebuah boneka dengan lingkaran target di badannya. Ini membuat ku sedikit gugup untuk memulai nya.

"Konsentrasi lah, lakukan Pernapasan untuk mengurangi rasa gugupmu...."

"Baiklah...."

Aku mulai melakukan pernapasan dan rasa gugup ku sedikit hilang.

"Apa kau sudah siap?"

"Ya!"

"Baiklah mulai lah...."

Aku mulai menutup mata dan meluruskan tangan ku dan menghadapkan telapak tanganku ke depan.

Konsentrasi....

Fokuskan aliran mana ke bagian tangan dan mengumpulkan nya menjadi kristal kecil.

Aku bisa merasakan kristal es kecil yang runcing di telapak tangan ku. Aku membuka mata ku. Lalu aku menembakkan kristal es itu ke target. Membuat tubuh ku terdorong ke belakang hingga terjatuh.

Aku berhasil mengenai targetnya. Namun tampaknya itu kurang memuaskan. Rui-sensei hanya diam sejenak dan segera memberi nilai.

"Serangan yang bagus, tapi tehnik mu sangat buruk. Jadi aku akan memberi nilai standar saja yaitu B"

"B ya? Aku paham.... Terimakasih..."

Aku mulai berjalan dengan rasa sedikit kecewa. Namun Rui-Sensei mulai mengatakan sesuatu kepada ku.

"Kau memakai tehnik senapan untuk serangan tadi kan?"

"Tehnik senapan?"

"Maksud ku kau membuat ledakan tolakan nya di tangan mu kan?"

"Ah.... Ya....."

"Sudah kuduga.... Aku sarankan jangan pakai tehnik itu jika kau menembak dengan tangan mu. Selain tekanannya yang kuat, telapak tangan mu mungkin bisa terkena Cedera parah.... Apa tanganmu merasa sakit?"

"Ya... Sedikit sakit...."

"Itu efeknya... Aku sarankan jika kau ingin melakukan serangan jarak jauh dengan Tangan mu. Aku sarankan pakai tehnik yang dimana benda yang ingin di tembakkan itu yang membuat dorongan.... Atau simpelnya itu tehnik Roket"

"Begitu ya.... Roket.... Aku mengerti sekarang.... Terimakasih sarannya, Sensei"

"Baiklah Sekarang kau boleh pergi....."

"Baik!!"

Aku berjalan meninggalkan lapangan latihan. Aku mengambil sebuah buku kecil dan pena dari saku celana ku lalu mencatat tehnik serangan yang di katakan Rui-sensei. Setelah itu aku duduk di sebuah pohon untuk jadi tempat beristirahat.

"Haaaahhh~ capeknya...."

Saat aku beristirahat, Akagi datang dengan membawa 3 minuman kaleng. Ia berjalan menghampiri ku.

"Apa aku boleh duduk di sebelah mu?"

"Ya, tentu saja... Ngomong-ngomong kenapa kau membawa 3 minuman?"

"Karena latihan ini akan melelahkan, jadi aku membeli minuman di mesin penjual minuman dekat sini... Sebenarnya aku membeli 5 minuman Tapi 2 minuman lagi sudah ku berikan ke Natsumi dan Kyoya... Ah aku lupa"

Akagi mengambil salah satu minuman yang ia pegang lalu memberikan minuman Choco mint kepada ku.

"Ini untuk mu... Bukankah ini favorit mu?"

"Choco mint ya.... Ya, terimakasih banyak. Kau pasti kerepotan ya."

"Tidak. Aku juga ingin melakukannya"

"Begitu ya"

Akagi memang selalu melakukannya. ia benar-benar perhatian dan akrab kepada siapapun termasuk kami.

Tak lama, Renshi yang telah selesai dites datang menghampiri kami berdua. Namun, tiba-tiba saja Perhatian ku teralihkan oleh sesuatu yang misterius. Aku merasa ada seseorang yang mengawasi ku. Sehingga pandangan ku terpaku oleh itu.

"Maaf agak lama ya... Aku sulit melakukan serangan jarak jauh jadi Aku butuh arahan Rui-sensei tadi."

"Tidak apa-apa.... Ini untuk mu"

Akagi memberikan sebuah cola kaleng kepada Renshi.

"Ah... Terimakasih kasih.... Ngomong-ngomong Izuru... Apa tadi kau... Izuru?"

Renshi melihat ku masih melihat kesamping dan tidak mendengar pembicaraan sama sekali. Jadi ia mulai berencana menyadarkan ku.

Renshi meletakkan kaleng cola yang belum ia buka ke telinga ku. Lalu ia membukanya dan suara kaleng itu membuat ku terkejut dan Renshi sudah menyadari nya.

"Benar ternyata kau melamun, Padahal suara seperti ini tidak membuat seseorang terkejut"

"He? Apa?"

"Kenapa kau melamun begitu, Izuru?"

"Ah.... Itu.... Bukan apa-apa...."

"Benarkah?"

"Ngomong-ngomong... Bagaimana tes mu tadi, Renshi?"

"Seperti yang ku katakan... Aku sedikit kesulitan melakukan serangan jarak jauh. Karena belum terbiasa. Mungkin aku harus berlatih untuk itu. Dan kau?"

"Rui-sensei bilang Tehnik menembak yang ku gunakan salah. Jadi aku di nasehati untuk memakai tehnik lain"

"Begitu ya.... Salah tehnik ya.... Akagi, Kau bagaimana?"

Aku Belum bisa Mengatakan sekarang tentang apa yang ku lihat. Mungkin lain kali aku mengatakannya.

Akademi Sihir Sakura

Kantin

Pukul 12:07

Suasana Kantin cukup Ramai, sepertinya sebagian besar orang disini tidak membawa bekal makan siang termasuk aku dan Renshi. Sisanya Mereka makan Bekal makan siang di sini.

Karena Di akademi perangkat Elektronik boleh di bawa. Jadi aku membawa laptop ku dan mengisi jurnal ku disini. Aku juga Menyimpan Filenya di sebuah flashdisk agar file yang buat tidak hilang jika laptop ku rusak akibat pertarungan tiba-tiba.

Renshi datang menghampiri ku dengan membawa makanan dan sebuah sandwich di tangannya.

"Maaf jika lama, Izuru"

"Tidak masalah, aku juga belum terlalu lapar..."

"Heee.... Baiklah jika begitu... Ini silahkan ambil sandwich mu"

Renshi memberikan sandwich itu lalu aku mengambil nya setelah itu kami duduk saling berhadapan. Aku terus mengetik sambil memakan sandwich ku.

"Kau sedang mengetik apa,Izuru?"

"Jurnal"

"Jurnal?"

"Ya, mau melihatnya?"

"Boleh saja"

Aku memutar laptop ku untuk memperlihatkan jurnal yang masih ku tulis.

"Jadi begitu ya.... Sepertinya kau benar-benar tertarik dengan Ilmu sihir ya... Kalau boleh tahu, berapa banyak jurnal yang kau buat?"

"Cuman 7 jurnal kok..."

"7? Kau membuat 7 jurnal tentang sihir. Kau begitu tertarik dengan Sihir ya..."

"Ya bisa di bilang begitu... Ngomong-ngomong, aku ingin menanyakan sesuatu pada mu."

"Apa yang kau ingin tanyakan?"

"Apa kau mengenal Beberapa gadis di kelas kita?"

"Gadis kelas kita ya... Selain Akagi dan Natsumi, aku tidak terlalu mengenal yang lain... Dan kenapa tiba-tiba menanyakan tentang gadis, Apa kau menyukai seseorang?"

"Bukan itu, aku menanyakan tentang gadis kelas kita karena sejak awal aku merasa ada gadis yang mengawasi ku. Kau tahu, aku sangat tidak suka jika seseorang mengikuti ku kemana pun. Habisnya aku trauma terhadap itu"

"Begitu ya, bagaimana bisa Kau tahu jika yang mengikuti mu itu seorang gadis?"

"Karena Sejak pertama masuk akademi, aku sekilas melihat gadis misterius yang menatap ku dengan wajah yang sulit ku tebak. Sejak saat itu aku merasa dia lah yang mengikuti ku"

Saat aku berbicara dengan Renshi seseorang datang menghampiri meja kami.

"Permisi, apa aku boleh bergabung?"

Dia adalah Kyoya, ia membawa makanan di tangannya. Namun aku merasa jika ada yang janggal.

"Boleh saja Kyoya. Ngomong-ngomong, jarang sekali kau sendirian. Dimana Natsumi?"

"Natsumi-sama makan siang di tempat berbeda bersama Akagi-sama. Aku dilarang mengikuti nya karena dia bilang kalau Natsumi ingin bersama Akagi-sama dulu. Aku juga tidak keberatan."

"Begitu ya, sepertinya mereka melakukan obrolan wanita ya."

"Benar juga. Kyoya apa kau kenal para gadis di kelas?"

"Kalau itu, aku hampir mengenal semuanya. Memangnya ada apa?"

Renshi Menjelaskan Sesuatu yang terjadi kepada ku dengan jelas ke Kyoya.

"Begitu ya. Izuru-sama, apa Kau tahu Ciri-ciri nya?"

"Kalau tidak salah dia berambut putih panjang, dan matanya bewarna biru terang"

"Rambut putih dan Mata Biru terang. Sepertinya aku tidak begitu mengenalnya. Mungkin saja dia tidak ingin dekat dengan ku seperti gadis lain. Aku harap itu hanya Perasaan anda saja."

Ya aku harap begitu, namun sepertinya gadis itu memang ada bukan sekedar imajinasi saja.

Waktu makan siang telah berakhir, kami kembali masuk ke kelas dan memulai pelajaran berikutnya.

Jam pulang

Pukul 16:15

Aku kali ini pulang sendirian.

Renshi ada latihan pedang di dojo nya sore ini, Akagi menemani Natsumi berbelanja Dan Kyoya juga ikut dengan Mereka.

Bagi ku ini sangatlah berbahaya karena stalker itu punya ruang lebih mengikuti ku. Jadi aku selalu waspada setiap aku berjalan.

Untuk menenangkan diri, aku mengunjungi toko buku yang biasa ku datangi untuk membeli 1 atau 2 buku untuk di baca dan bahan jurnal.

Di dalam toko buku suasananya cukup tenang, aku menghela nafas untuk menenangkan diri dari stalker itu. Meski sepertinya dia juga masuk ke dalam

Ini benar-benar tidak nyaman. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan dari ku. Setelah aku mengantri untuk membeli buku. Aku langsung keluar dengan tergesa-gesa agar stalker itu tidak kehilangan jejak ku.

Aku melewati rute pulang yang berbeda dari biasanya karena mungkin saja stalker itu tahu rute biasa ku lalui.

Karena Tergesa-gesa aku sampai menabrak seorang gadis sekolah. Kami terjatuh karena tabrakan tadi.

"Ahh... maaf... Kau tidak apa-apa?"

Aku mengulurkan tangan ku untuk membantu gadis itu berdiri. Gadis itu memegang tangan ku lalu perlahan berdiri dengan di bantu oleh ku.

"Terimakasih..."

"Maaf soal tadi, kalau begitu aku permisi dulu"

Aku berlari lagi namun sepertinya salah satu barang milik ku terjatuh dan di sadari oleh gadis itu.

"Anu! Kau menjatuhkan ini!"

Ia memanggil ku namun aku tidak mendengar nya.

Setelah sampai di rumah aku Langsung membuka Pintu rumah ku lalu masuk kemudian menguncinya dari dalam. Setelah itu aku menyandarkan diri ke pintu karena bersyukur bisa lolos dari stalker itu.

"Syukurlah aku bisa lari darinya... Kalau begitu aku mandi dulu..."

Aku langsung bersiap untuk mandi. Aku merendamkan diri di bak mandi berisi air hangat.

Setelah selesai mandi, aku memberi makan kuro seperti biasa dan membicarakan hal yang terjadi hari ini. Setelah itu aku Segera duduk di meja belajar ku dan bersiap membuat jurnal baru.

Dan tentang buku Fortune Scipia yang Ogawa bilang memiliki makna di dalamnya. Aku sudah membaca nya separuh dan menandai beberapa kata yang sulit di pahami. jadi aku tidak Terlalu tertarik dengan buku itu.

Aku membuka tas ku dan mengambil buku untuk jurnal ku. Namun, Entah kenapa buku itu tidak ada di tas ku.

"Lho? Kenapa tidak ada?"

Aku memeriksa tas ku berkali-kali dan hasilnya nihil.

"Bagaimana bisa buku itu hilang? Apa jangan-jangan..."

Aku menyadari satu hal, Buku itu bisa saja terjatuh saat aku menabrak seorang gadis di jalan Sebelum nya. Jadi aku berinisiatif pergi ke tempat itu atau ke pos barang Hilang sekitar sana karena gadis itu pasti menitipkannya ke sana.

Jalanan kota

Pukul 18:01

Aku pergi ke pos penitipan barang hilang, dan menanyakan ke petugas apakah ada gadis yang menitipkan buku disini.

"Ha? Buku ya.... Sayangnya tidak ada satu pun orang yang menitipkan 1 buku pun disini. Kapan buku itu hilang?"

"Sekitar 2 jam lalu."

"Dua jam lalu ya? Sepertinya memang tidak ada yang menitipkan buku 2 jam lalu."

"Tidak mungkin...."

Aku meninggalkan pos dengan wajah murung. Aku berjalan pulang dengan wajah gelisah.

"Aneh sekali.... Buku itu tidak mungkin masih ada di tempat ku terjatuh, pasti seseorang mengambil nya. Apa jangan-jangan stalker itu yang mengambil nya?"

Saat aku berjalan. Seorang gadis datang memanggil ku dari belakang

"Anu.... Permisi...."

Aku membalikkan badan dan dia adalah gadis yang sama yang tidak sengaja bertabrakan dengan ku.

"Kau.... Ya ternyata...."

Ia mengeluarkan buku yang ku jatuhkan Sebelum nya di tas nya. Namun, Sepertinya aku merasa dia orang yang berbeda.

"Kau menjatuhkan buku mu saat kita bertabrakan. Jadi aku ingin mengembalikan nya padamu..."

Aku diam sejenak dan mulai merasa dia stalker yang sedang menyamar.

"Kau... Bukan gadis yang tadi kan?"

"He? Apa maksudmu?"

"Berhentilah pura-pura jadi dia. Aku tahu kau bukan gadis itu. Jika kau adalah gadis itu. maka sejak buku itu terjatuh dan aku sudah jauh dia sudah berencana menitipkannya pada petugas penitipan barang hilang. Namun kau mengambilnya bukan?"

Gadis itu hanya diam. Lalu ia tersenyum.

"Aah~ ternyata sulit menipu orang seperti mu ya..."

Seluruh tubuh gadis itu perlahan meleleh. Bukan hanya kulit nya saja bahkan pakaiannya juga ikut meleleh. Dan sang stalker menampakkan wujud aslinya. Wujud yang ia pakai untuk menyamar berkumpul di Ujung jarinya dan membentuk gumpalan darah.

Seperti yang ku duga. Gadis stalker itu punya Rambut Putih dengan ikatan rambutnya menghadap depan di pundak kiri. Dan mata biru terang.

"Sepertinya aku ketahuan... Kau benar-benar hebat ya bisa mengetahui penyamaran ku"

"Jadi, kau yang selama ini yang menguntit ku ya"

Ia kembali tersenyum dan perlahan berjalan ke arah ku.

"Benar sekali. Sejak awal aku sudah tertarik dengan mu. Tapi alasan lebih lanjut nya aku tidak bisa ku katakan disini... Jadi..."

Ia berhenti lalu memandang wajah ku dari dekat.

".... Bagaimana jika berbicara santai di kafe saja?"

Wajah lembutnya tidak bisa ku percaya begitu saja. Sebenarnya aku aku ingin menolak nya namun, aku harus menerima permintaan nya agar aku tahu alasan ia menguntit ku.

"Baiklah... Jika itu mau mu"

"Baguslah... Kalau begitu ikut aku...."

Iya mulai membalik badan dan berjalan. Hal yang bisa ku lakukan saat ini adalah mengikuti nya. Meski ini cukup beresiko nantinya.

Kafe

Pukul 18:30

Kami duduk saling berhadapan, seorang pelayan menyajikan 2 minuman. Aku hanya bisa diam menatap gadis itu dengan penuh kewaspadaan.

Sepertinya dia bukanlah orang Jepang, dia seperti nya orang Eropa lebih tepatnya Seperti bangsawan. Namun, sekali lagi wajah lembut dan ramahnya hanya sebuah topeng.

"Baiklah... Aku akan memperkenalkan diri ku. Nama ku Olivia Bathory, kau boleh memanggil ku Olivia. Dan kau pasti Otasaki Izuru kan?"

"Sepertinya kau benar-benar mengikuti ku ya. Apa tujuan mu sebenarnya? Apa kau ini seorang Akuban?"

Dia hanya tersenyum lagi dan menjawab pertanyaan yang ku tanyakan.

"Tenang saja, aku bukan Akuban. Aku bekerja untuk Asosiasi milik Kinrei untuk membasmi mereka dan kejahatan lain"

"Lalu kenapa kau mengikuti ku terus?"

"Karena kau unik..."

"Unik?"

"Ya, aku mengikuti siapa pun yang aku anggap unik. Sejak dulu bahkan sebelum aku terlahir di tubuh ini, aku selalu tertarik pada orang di istimewa kan oleh orang lain. Sebab itu aku mengikuti mu hingga sekarang. Bahkan aku rela memakai wujud gadis lain dengan darah mereka untuk menyamar"

'bahkan Sebelum ia lahir di tubuh saat ini' sepertinya dia telah bereinkarnasi Sebelum nya. Namun, aku tidak merasa jika aku istimewa.

"Aku bukan Orang yang istimewa. Sepertinya kau menilai ku terlalu berlebihan."

"Begitu ya... Kau belum menyadarinya. Baiklah, bagaimana cara pandang gadis yang sering menjadi teman mu ya..."

Olivia mengeluarkan setetes darah di jarinya lalu mengisapnya seketika wujud nya berubah menjadi Seperti Akagi. Tak hanya fisiknya bahkan suaranya.

"Cara padang Akagi terhadap dirimu adalah sebagai laki-laki yang ramah dan tidak pernah menyerah begitu saja. Selain itu, kinrei juga mengistimewakan dirimu juga saat itu."

"Kinrei-san adalah mantan rekan ayah ku. Jadi wajar ia memberi perhatian lebih."

"Begitu ya... Lalu... Bagaimana dengan dia...."

Ia memunculkan setetes darah lagi dan melakukan hal yang sama. Kali ini ia merubah wujudnya menjadi Natsumi.

"Dalam ujian seleksi, Kau sempat akan di bunuh olehnya bukan? Namun kau tidak ingin balas dendam dengan nya dan ingin memperbaiki hubungan luhur dengan gadis ini. Bahkan sampai mempertaruhkan nyawa demi melindungi dia."

"Ternyata kau mengikuti ku sudah lama ya... Bahkan sampai ujian seleksi mengerikan itu. Sudah kubilang berapa kali, aku bukan orang yang istimewa, bahkan alasan yang kau katakan itu tidak kaitannya"

"Begitu ya? Jadi... Begini saja. kita buat kesepakatan, apa yang kau inginkan?"

"Aku ingin kau berhenti mengikuti ku. Aku tidak nyaman dengan itu."

Setelah mengatakan itu aku Segera mengambil minuman ku dan meminumnya.

"Kalau begitu, aku ingin Kita pacaran saja"

Sontak aku terkejut dengan hal yang ia ucapkan sampai-sampai aku hampir memuntahkan minuman ku. Untung saja aku bisa menahannya meski menyakitkan.

"Hah? Pa.... Pacaran?!"

"Ya. Aku ingin kita pacaran saja. Banyak yang mengatakan, Dengan pacaran seseorang bisa memahami orang yang ia cintai bahkan hal istimewa orang itu. Bagaimana apa kau mau?"

Jika boleh jujur, Ini lebih berbahaya daripada di ikuti. Bahkan yang ku pacari adalah Gadis yang tidak bisa ku percaya dia gadis yang ramah. Ini keputusan yang sulit

Antara aku menerimanya atau tidak.

Bersambung....