Penjara Khusus Penyihir
16 April 2036 (kalender Merlin)
Pukul 01:00
Kinrei baru saja tiba di sebuah penjara Khusus Penyihir dengan sebuah mobil bersama dengan asistennya. Mereka tiba sedikit lambat karena jalan tercepat menuju penjara sedang di tutup karena terdapat mobil tahanan yang mengalami kecelakaan.
Setelah memarkir mobil, Hiro yang masih belum mengerti tujuan Kinrei datang ke tempat tersebut mulai bertanya.
"maaf sebelumnya, Kinrei-san." Tanya Hiro memecah keheningan diantara mereka.
"Ada apa?" jawab Kinrei tanpa menatap kearah Hiro.
Walau awalnya ragu untuk bertanya, Hiro akhirnya mengeluarkan satu pertanyan besar dibenaknya.
"Kenapa kita harus kesini?" katanya.
"Kesini ya? Karena di sinilah tempat dimana orang yang akan menjadi guru akademi berada. Apa kau mengerti?"
"Aku tahu. Tapi apa tidak tempat yang lebih baik lagi untuk mencari seorang yang bisa jadi guru?" Tanya Hiro ragu.
"Mari kita masuk, pertanyaan mu nanti akan ku jelaskan di dalam." Ucap Kinrei mengakhiri pembicaraan singkat mereka.
Mereka berjalan menuju pintu depan Penjara. Salah satu sipir yang sedari awal telah memperhatikan mereka berjalan mendekat, paham akan wajah curiga dari sang sipir membuat Kinrei bersua menjelaskan identitas nya ke sipir tersebut.
"Selamat malam. Aku dari Asosiasi Penyihir, Watanabe Kinrei. Dan ini adalah Asisten ku, Yanagami Hiro." Ucap Kinrei ramah
"Asosiasi penyihir? Ada urusan apa kalian datang kesini?"
"Aku dan Asisten ku ingin menemui seorang pria dari ruang tahanan No.3546. Apa bisa?"
Sang Sipir terkejut mendengar satu nomor milik salah satu tahanan dipenjara itu.
"No.3546?! Anda ingin bertemu dengan tahanan Keras kepala itu? Memangnya ada perlu apa dengannya?" Tanya sang sipir memicing curiga, membuat Hiro tampak tidak senang.
"Kami punya urusan penting dengannya jadi biar-"
"Hiro-Kun."
Saat Hiro berbicara sedikit lantang. Kinrei langsung menyuruhnya untuk tenang.
"Biarkan Aku yang berbicara." Kata Kinrei.
"Baiklah, maaf tentang itu." Ucap Hiro merasa bersalah, Kinrei hanya mengangguk.
"Maafkan asisten ku."
"Ah, tidak apa-apa."
"Tujuan kami kesini menemuinya adalah untuk menyuruhnya keluar dari tahanan."
"Begitu ya. Kalau begitu, mari saya antar kan"
"Baiklah. Mohon bantuannya. Ayo, Hiro." Ucap Kinrei yang langsung disahut dengan semangat oleh Hiro.
"Baik!"
Mereka mulai masuk ke dalam penjara di kawal oleh sang sipir. Di dalam penjara, Hiro merasa suasana di dalam terlalu hening dan tenang. Aneh batinnya
Tidak suara lain selain Suara langkah kaki Mereka.
"Aneh sekali, disini terlalu tenang dan sunyi." Ucap Hiro curiga. Mendengar itu Kinrei tersenyum.
"Kau baru mengetahui nya ya, Hiro."Ucapnya
"Memang apa yang terjadi dengan penjara ini hingga bisa setenang ini?" Tanya Hiro penasaran.
"Itu karena ulah dia." Jawab Kinrei sembari tersenyum simpul.
"Dia? Siapa yang Anda maksud?"
"Kau tahu tentang sang Destroyer?"
"Destroyer? Penyihir dengan sihir terkuat dan paling berbahaya itu? Bukannya dia sudah mati karena ledakan sihirnya sendiri?" Tanya Hiro.
"Tidak, Itu hanya Rumor yang ia buat. Dia masih hidup dan menghabiskan hidupnya di penjara." Ucap Kinrei sukses membuat Hiro tertegun.
"Jadi maksud anda..."
"Ya, alasan penjara ini begitu sunyi meski disini banyak sekali tahanan karena kemampuan miliknya. Dia benar-benar tidak menyukai kerusuhan apapun. Sebelum ia di penjara, penjara ini seperti penjara pada umumnya. Selalu ada kerusuhan." Ucap Kinrei menjelaskan.
"Jadi kenapa dia di sebut Tahanan paling keras kepala?" Tanya Hiro merasa aneh dengan julukan untuk si penyihir Destroyer ini.
"Karena ia menolak keluar dari penjara ini. Ia sengaja berbuat kriminal dengan Menjual Obat-obatan terlarang agar tetap berada disini. Setelah masa tahanannya habis, Dia malah menolak untuk bebas. Cukup aneh bukan? Baru kali ini ada orang yang menolak kebebasan dan tetap berada dalam sangkar."
Ketiganya akhirnya berhenti didepan sebuah ruangan dengan nomor 3546, ruangan si Penyihir Terkuat.
"Kita sudah sampai. Sisanya ku serahkan pada kalian. Kalau begitu saya permisi dulu" Kata sang sipir sebelum akhirnya beranjak pergi, meninggalkan kedua orang itu.
"Baiklah. Terimakasih atas bantuannya."
Kinrei mulai mengetik kode pada pintu Ruangan tersebut. Ketika pintu itu terbuka. Terlihat seorang pria yang sedang membaca buku sambil merebahkan diri di atas kasur. Kinrei tanpa lama-lama langsung menyapa Pria tersebut.
"Tampaknya kau sedang membaca buku yang menarik, Rui. Aku jadi penasaran apa judul buku itu. Bisa kau memberi tahunya?" ucap Kinrei
"Rui?" ucap Hiro kala mendengar nama asing yang baru saja disebut Oleh Kinrei.
"Ini yang ke sepuluh kalinya kau kemari.. Berapa kali aku harus bilang, aku menolak untuk keluar." Ucap Rui memandang sinis pada Kinrei.
"Kau punya ingatan yang kuat, Rui. Aku sendiri bahkan sudah lupa berapa kali aku berkunjung kemari."
"Aku tidak peduli. Cepat katakan apa yang kau inginkan."
"Bukan hal yang berkaitan dengan hal yang kau benci. Aku ingin kau menjadi guru di Akademi ku." Ucap Kinrei membuat Rui menatap aneh padanya.
"Kenapa aku?" Tanya Rui.
"Kau punya pengalaman mengajar bukan? dari Guru hebat mu."
"Tidak banyak, Tapi lebih baik kau rekrut saja guru ku. Bukankah dia lebih baik dari ku?"
"Ya ampun... Kau masih seperti biasanya ya. Kalau begitu mari buat kesepakatan."
"Kesepakatan?"
"Ya, kau boleh minta apa saja dari ku, sebagai gantinya kau harus menuruti ku. Keluar dari ruangan dingin dan lembab ini dan jadilah guru di akademi sihir. Bagaimana?" tawar Kinrei.
"Akhirnya kau pakai itu ya... Ya aku mau. Tapi, yang ku inginkan cuman satu." Ucap Rui, memandang serius pada Kinrei.
"Apa itu?"
"Jangan libatkan aku dalam konflik mana pun baik itu dari asosiasi maupun negara. Jika masih meminta ku untuk ikut, Aku kembali kesini. Bagaimana?"
"Menarik, Baiklah. Sekarang ikut kami keluar dari sini kita pergi ke tempat tinggal baru mu."
Rui mendelik kesal, ia langsung bangun dari tidurnya, berjalan mendahului kedua tamunya keluar dari ruangan tersebut.
"Kau bukan bos ku. Jangan seenaknya memerintah ku." Ucap Rui, sebelum akhirnya Pria itu kembali melanjutkan langkahnya.
"Ya, aku tahu itu." Sahut Kinrei.
Hiro yang masih ragu dengan keputusan kinrei mulai berbicara dengan nya sambil berjalan menyusul Rui.
"Kinrei-san, apa anda yakin dengannya?"
"Kau masih ragu? Tenang saja, Meski dia menjengkelkan tapi dia tidak pernah membunuh siapapun. Aku yakin semua akan baik-baik saat dia mengajar nanti." Ucap Kinrei dengan yakin.
Akademi sihir Sakura
Gerbang sekolah
Pukul 08:45
Hari pertama ku dimulai. Aku melihat gedung akademi dengan rasa kagum.
"Luar biasa, jadi ini gedung Akademinya ya..."
Hanya itu yang bisa ku ucapkan saking kagumnya.
Aku masih tidak bisa mempercayai ini. Ini seperti mimpi mustahil untuk terwujud. Tapi inilah yang terjadi kepada ku. Hari pertama ku menjadi seorang yang memiliki sihir.
Dengan rasa keyakinan yang kuat, Aku mulai memasuki gerbang sekolah. Semua murid memakai seragam yang sama. Dan seragam Akademi ini tiba saat ujian seleksi sudah berakhir. Sebuah drone paket mengantarnya beserta Barang lain seperti E-book siswa.
Tak lama setelah aku masuk, seseorang mulai menyapa ku dari belakang dengan memegang salah satu bahuku.
"Selamat pagi, Izuru."
Suara laki-laki yang ku kenal pastinya.
"Selamat pagi juga, Renshi. Kebetulan sekali Kau datang tepat waktu. Biasanya kau latihan dulu pagi ini."
"Aku tidak ingin terlambat di Hari pertama. Jadi aku latihan lebih cepat dari biasanya."
"Owh... Begitu ya....."
"Ngomong-ngomong, Apa kau saja yang baru saja datang kesini?"
"Entahlah, Mungkin Akagi dan Natsumi masih belum sampai. Biasanya Akagi akan datang lebih awal dari kita bukan?"
"Selamat pagi, Semuanya."
Akagi datang dari depan dan menyapa kami
"Selamat pagi juga, Akagi. Sepertinya kau sudah lama datang ya"
"Tidak juga. Aku baru saja sampai."
"Begitu ya...."
Aku sudah biasa melihat Akagi dengan pakaian seragam. Tapi, saat dia mengenakan seragam Akademi dia sedikit lebih menarik.
"Ngomong-ngomong, apa kalian Melihat Natsumi?"
"Natsumi? Tidak.... Kami juga belum melihatnya. Mungkin saja dia sedang- "
"Aaaaaaah tampan nya!!'
Perhatian kami teralihkan oleh segerombolan gadis yang mengerumuni seseorang yang kami kenal. Dan pria itu adalah Kyoya. Wajar saja ia dikerumuni seperti itu. Gadis mana yang tidak tertarik dengan Pria Ikemen seperti dia.
Kyoya tampak kewalahan dengan para gadis yang berkerumun di sekitarnya. Dan banyak pertanyaan yang di lontarkan oleh para gadi
"Hei, bisa beritahu nama mu?"
"Eh? K... Kyoya...."
"Apa kau punya?"
"Paca-"
"Bisa beritahu nomor ponsel mu?"
Kami hanya bisa melihatnya dari kejauhan.
"Itu kyoya kan?"
"Ya, Ternyata dia benar-benar akan jadi populer ya..."
"Jika Kyoya ada disini berarti Natsumi dimana?"
"Natsumi?"
"Maksud kalian Gadis Berambut merah yang mencoba masuk ke kerumunan itu?"
Renshi menunjuk ke salah satu gadis yang berusaha menerobos Kerumunan.
"Hei! Menyingkirlah!!.... Dia itu pelayan ku tahu!! Hei kalian!!!"
Aku hanya bisa diam saat melihatnya. Menurutku ini sepertinya terbalik, Kyoya Yang adalah Seorang pelayan Malah lebih populer dibanding sang Majikannya (Natsumi).
Aku tidak tahu harus berbuat apa hingga aku memilih untuk Menyapanya saja dari kejauhan.
"OI! Kyoya! Natsumi! Kesini!"
Aku menyoraki mereka sambil Melambaikan tangan. Beruntung Kyoya Melihat kami.
"Izuru?.... Oh ya..... Anu..... Maaf.... Bisakah lain kali kita mengobrol? Aku ada sedikit urusan....."
"Ya!"
Para Gadis itu kemudian meninggalkan Kyoya dan melambaikan tangan. Kyoya dan Natsumi langsung bertemu dengan Kami.
"Selamat pagi, Semua."
"Ya, selamat pagi juga.... Tampaknya kau sedikit populer ya, Kyoya...."
"Aku juga tidak menyangka jika aku akan dikerumuni oleh para gadis. Biasanya, mereka tidak langsung datang begitu saja saat aku menjaga Natsumi-sama."
"Mungkin karena kau memakai Seragam akademi. Kau jadinya tidak terlihat seperti seorang pelayan dan malah seperti orang biasa. Dan lagi...."
Natsumi terus saja memeluk lengan Kyoya dan menatap sinis ke para gadis yang ia lihat.
".... Kenapa kau memeluk lengannya seperti itu, Natsumi?"
"Habisnya Mereka seenaknya Mengajak Ngobrol pelayan ku tanpa seizin ku. Itu tidak bisa dimaafkan."
"Sudahlah, Sikap mu itu terlalu kekanak-kanakan bukan? Lagian kau itu juga 'Bangsawan' Kan?"
"Yang dikatakan Izuru itu memang benar. Anda bisa melepaskan tangan saya sekarang. Mereka tidak akan mengganggu lagi"
Natsumi sedikit Menggembungkan sebelah pipinya dan ia menurutinya meski ia terpaksa.
"Baiklah... "
Ia melepaskan lengan Kyoya. Namun, Ia masih menunjukkan wajah kesalnya.
" Aku masih tidak mengerti kenapa kau yang lebih populer dibandingkan aku... Sangat mengesalkan"
Natsumi masih saja cemberut. Meski dia sudah 15 tahun Tapi ia masih saja seperti anak-anak.
Beberapa saat kemudian pengumuman mulai berbunyi.
"Untuk Seluruh murid Tahun Pertama.... Harap berkumpul ke Gedung Aula untuk Upacara Pembukaan.... Sekali lagi, Untuk Seluruh Murid Tahun pertama..... Harap berkumpul ke gedung Aula untuk Upacara Pembukaan.... Terimakasih"
"Sepertinya Upacaranya akan Segera di mulai. Ayo kita ke sana sebelum acara dimulai."
"Ya, kau benar, Renshi."
Kami berjalan Menuju gedung Aula bersama. Aku mengikuti mereka sampai ada seorang gadis berambut putih mendahului ku lalu ia Tersenyum kepada ku. Seketika aku terhenti karena termenung dan kebingungan setelah melihat gadis itu.
"Siapa.... Dia?"
"Oi! Izuru!"
Aku langsung sadar dan Menyadari mereka sudah jauh. Renshi dan yang lain menunggu ku.
"Kenapa?! Kita bisa terlambat lho!"
"Ah ya! Maaf Membuat kalian menunggu!"
Aku berlari menyusul mereka dan sambil memikirkan gadis misterius itu.
Kenapa dia tersenyum ke diriku?
Akademi sihir Sakura
Gedung Aula
Pukul 09:00
Di dalam gedung aula yang besar dan luas, Para murid Tahun pertama duduk di kursi yang telah di sediakan sedangkan para guru yang mengajar duduk diatas panggung. Baik jalur Umum maupun Khusus, Semua berkumpul di satu gedung untuk upacara pembukaan.
Karena kami membentuk regu Saat seleksi, kami lolos dan masuk ke kelas yang sama yaitu kelas A1+
(Aku tidak tahu kenapa ada tanda (+)nya. Sepertinya itu sebagai pembeda antara jalur umum dan jalur khusus).
Upacara di buka dengan lagu Mars Akademi yang di bawakan oleh para paduan suara. Aku baru pertama kali mendengar nya jadi aku tidak begitu hapal liriknya.
Saat lagu mars telah selesai semua orang bertepuk tangan dengan meriah. Dan pembawa acara mulai menyampaikan acara selanjutnya.
"Mars Akademi telah dinyanyikan.... Selanjutnya, penyampaian penting yang akan di sampaikan oleh Kepala sekolah Akademi Sihir Sakura, Watanabe Kinrei"
Kinrei berjalan menuju podium lalu mulai berbicara.
"Selamat pagi, semuanya. Aku ucapkan Selamat atas usaha kalian dan juga selamat datang di akademi sihir Sakura. Seperti yang kalian ketahui, Akademi di bentuk oleh asosiasi penyihir. Dan selama 5 tahun ini, akademi ini selalu menghasilkan para penyihir berbakat, membuat akademi ini menjadi akademi ini menjadi akademi sihir terbaik yang ada di tokyo. Baiklah aku akan menjelaskan peraturan yang ada di akademi sihir ini. Aku akan menjelaskan beberapa aturan saja, sisanya kalian bisa membacanya di E-book kalian masing-masing."
Kinrei mulai mengaktifkan monitor besar di belakangnya dan ada beberapa aturan yang tertulis di sana.
"Pertama, aku akan membahas tentang pakaian. Atribut wajib di Akademi ini adalah kemeja dan celana Akademi. Jadi Untuk jas, kalian boleh memakainya dan juga boleh tidak memakainya. Dan kalian boleh memakai item tambahan seperti Jaket, Syal, dan Sweater. Dan hal tidak di perbolehkan adalah penambahan aksesoris yang menempel pada seragam. Itu sangat dilarang disini. Untuk selengkapnya kalian bisa baca Di E-book kalian
Kedua, uang saku. Setiap siswa baik jalur khusus mau umum akan mendapatkan uang saku. Untuk jumlah yang di berikan, jalur umum akan di beri 4000 yen/ minggu, dan jalur khusus akan di berikan 6000 yen/ minggu. Jadi aku harap kalian gunakan uang itu seperlunya.
Ketiga, disini tidak ada sistem kasta atau perbandingan antar kelompok khusus maupun umum. Meski fasilitas dan kualitas jalur khusus lebih baik dibandingkan jalur umum, aku akan menurunkan siswa khusus ke jalur umum jika ia melakukan penghinaan terhadap jalur umum. Dan untuk siswa umum yang ingin masuk jalur Khusus, kalian harus melewati tes khusus untuk bisa lolos.
Baiklah cuman itu saja aturan dasar yang ingin ku sampaikan. Seperti kataku, sisa nya bisa kalian baca melalui E-book kalian.
Aku ucapkan selamat datang dan Selamat Berjuang hingga kalian lulus nanti"
Setelah kinrei menyampaikan aturan di akademi sihir. Upacara berakhir dan semua murid pergi ke kelas mereka masing-masing.
Akademi sihir Sakura
Ruang Kelas A1+
Pukul 09:25
Aku dan yang lain merasa kagum dengan ruang kelas yang kami masuki. Meski seperti kelas biasa pada umumnya namun disini lebih canggih di banding ruang kelas biasa.
Aku berjalan menuju tempat dudukku. Meja tersebut terdapat sebuah monitor kecil di kiri atas meja.
"Silahkan tunjukkan identitas anda untuk bukti kehadiran...."
Aku mengikuti instruksi pada monitor itu. Aku langsung mengambil E-book ku lalu meletakkan nya di atas monitor itu.
"Daftar kehadiran telah di konfirmasi.... Selamat datang Otasaki Izuru!"
Aku hanya bisa diam dengan perasaan kagum. Renshi yang berada disebelahku mulai berbicara
"Ini benar-benar hebat ya, Izuru...."
"Ya.... Aku tidak menyangka jika tempatnya akan seperti ini. Semoga saja kita akan betah disini"
"Ya. Tentu saja"
Pintu mulai terbuka seseorang dengan pakaian jas yang sedikit berantakan masuk dengan membawa Tab. Seorang pria dengan rambut Hitam dan bermata ungu gelap dengan Wajah lesu berdiri di belakang papan tulis sambil menatap kami.
"Apa kalian lakukan? Bukannya kalian harus nya duduk saat aku masuk?"
Seketika semua murid mulai duduk di tempat duduk masing-masing tanpa mengatakan apapun dan pria itu mulai memperkenalkan dirinya dengan nada bicara yang lambat.
"Selamat pagi, Sepertinya kalian juga merasa bosan dengan upacara pembukaan itu kan? Ya aku juga sama. Masa SMA ku paling membosankan adalah Upacara pembukaan.... Baiklah aku tidak ingin buang-buang waktu membahas upacara membosankan itu.... Nama ku Benimaru Rui, Usia 36 tahun, dan sihirku..... Lupakan saja tentang itu cukup ingat saja nama ku...."
Di bandingkan upacara pembukaan, nada bicaranya benar-benar lebih membosankan lagi.
"Aku adalah guru disini.... Dan aku akan menjadi wali Kelas kalian selama 3 tahun penuh.... Ingat itu"
Rui-sensei mulai menyalakan Tab nya dan sepertinya dia memeriksa absen kelas.
"Sepertinya kalian tidak ingin melewatkan hari pertama kalian.... Semuanya hadir.... Tapi aku tidak peduli... Baiklah aku akan menjelaskan materi hari ini...."
Ia mengambil sebuah kapur lalu menulis sesuatu yaitu
BELAJAR MANDIRI
"ya.... Kalian belajar mandiri untuk hari pertama kalian..."
Kami hanya bisa diam dan tidak tahu berkata apa. Dia benar-benar guru yang pemalas.
"Jangan sampai membuat keributan.... Sampai bertemu di pertemuan selanjutnya...."
Rui berjalan ke pintu dan segera membukakan pintu. Namun tiba-tiba pintu itu terkunci padahal sebelumnya ia bisa membuka pintu itu saat dia datang. Ia berusaha mencoba membukanya namun gagal.
"Begitu ya.... Kau bermain licik ya, Brengsek kau ,Kinrei...."
Setelah mengatakan itu di langsung melepaskan gagang pintu lalu kembali ke meja guru.
"Baiklah aku berubah pikiran.... Aku akan mengajari kalian.... Tapi aku tidak tahu harus mulai darimana..."
Rui-sensei diam sejenak sambil melihat para muridnya.
"Karena hari ini hari pertama kalian.... Bagaimana jika aku menguji kemampuan kalian?"
"Menguji?"
Semua murid mulai bingung dan saling bergumam. Hingga Rui-sensei melanjutkan hal yang ia maksud.
"Ya... Aku akan menguji kalian. Kita akan bermain sebuah permainan.... Sebuah permainan sederhana.... Jika kalian setuju, ikut aku ke ruang latihan di lantai B2 setelah istirahat makan siang. Mengerti?"
"Ya!"
Semua nya bersorak.
Dan karena waktu makan siang masih lama, dia menyuruh kami untuk belajar mandiri sementara dia akan beristirahat di meja guru.
Akademi sihir Sakura
Lantai B2 : Ruang latihan
Pukul 13:54
Kami semua berkumpul di dalam ruangan latihan yang berada di lantai bawah yang hanya bisa di lalui melalui lift.
Rui-sensei membagikan sebuah pin abu-abu ke setiap murid.
"Kalian wajib mengambil 1 pin saja dan kalian harus memakai nya"
Setelah membagikan pin tersebut Rui-sensei mulai menjelaskan sistem permainannya sambil memegang sebuah bola putih
"Baiklah, aku akan menjelaskan aturan permainan nya. Sederhana nya kita akan bermain Death ball. Namun hanya ada satu pelempar saja yaitu aku. Bola yang aku pegang adalah bola yang bisa mengalirkan mana energi seseorang ke dalam bola agar bola ini lebih cepat dan kuat. Pin yang kalian pakai ialah pin yang melindungi kalian dari cedera serius. Untuk memperjelas, lihat di belakang kalian"
Semua orang mulai melirik kebelakang dan Terdapat dua boneka manekin. Manekin pertama memakai pin seperti yang pakai sedangkan satunya lagi tidak.
"Anggaplah 2 boneka itu adalah kalian. Jika kalian tidak memakai pin itu maka..."
Rui-sensei langsung mengalir kan mana ke bola itu hingga bola itu menjadi ungu. Lalu ia langsung melemparkan nya ke arah manekin tanpa pin dengan sangat kuat hingga tubuh manekin itu hancur. Aku dan para murid lain terkejut melihat itu. Kemudian bola tersebut bergerak ke tangan Rui-sensei lagi.
".... Itulah yang akan terjadi jika kalian tidak memakai pin itu.... Tubuh kalian bisa saja hancur akibat lemparan ku.... Tapi jika kalian memakai pin itu hal lain akan terjadi.... Perhatikanlah...."
Rui-sensei kembali melemparkan bola dengan kecepatan yang sama ke manekin satu lagi. Berbeda dengan manekin sebelumnya, Manekin itu baik-baik tanpa adanya retakan meski lemparan itu menghempaskan nya hingga ke dinding. Tak lama, sebuah gelembung mulai muncul dan manekin itu masuk kedalam gelembung itu dan gelembung itu pun melayang.
"... Gelembung itu adalah gelembung pelindung. jika kalian memakai pin itu.... Tubuh kalian akan terhindar dari cedera serius sebesar 80% namun rasa sakitnya tetap sama saja.... Jadi fungsi gelembung itu selain sebagai pelindung, tapi itu sebagai pereda rasa sakit akibat terkena serangan fatal.... Namun gelembung itu tidak bisa kalian pecahkan..."
Rui-sensei kemudian mengendalikan bola itu kembali ke tangannya.
"... Lalu, bagaimana kalian bebas dari gelembung itu... Kalahkan pengguna pin Utama bewarna emas.... Yaitu aku... Jadi, kalian harus menyerang ku cukup satu serangan saja maka permainan selesai dan kalian yang akan menang..."
Satu serangan?
Itu mungkin terdengar mudah. Namun aku tidak bisa meremehkan orang seperti dia. Meski dia terlihat kurang serius, Dia mungkin saja sangat berbahaya.
"Jadi.... Kalian siap?"
"YA!!!" semuanya bersorak tanda mereka sudah siap bermain.
"Baguslah.... Saat aku memantulkan bola ini ke lantai maka permainan dimulai... Baiklah aku mulai...."
Rui-sensei mulai mengambil posisi melempar bola ke bawah. Bola tersebut telah diisi dengan mana namun aku merasa energi bola itu lebih kuat di banding sebelumnya.
"3..... 2... 1!!!!!"
Bola langsung di lemparkan dengan kuat membuat sebuah angin yang sangat kuat yang membuat kami tidak bisa melihat dengan jelas.
Saat angin kuat itu menghilang, Rui-sensei juga ikut menghilang.
"Menghilang?"
"Kemana dia pergi?"
Semua merasa kebingungan karena Rui-sensei tiba-tiba menghilang setelah melemparkan bola itu. Namun, tiba-tiba saja bola yang Rui-sensei lempar mengenai punggung salah satu siswa hingga ia terpental lalu ia langsung dimasukkan kedalam gelembung.
Kami terkejut karena Rui-sensei muncul di belakang kami.
"Kenapa diam?.... Permainan Sudah di mulai lho....."
Setelah bola itu bergerak ke tangannya kembali, Rui-sensei menembakkan bola itu ke murid lain yang lengah. Itu membuat kami berlari panik tanpa strategi apapun demi menghindari serangan bola itu. Rui-sensei hanya menghela nafas melihat situasi itu
"Haaaaaahhh~.... Bahkan semut tidak Se panik ini saat rumah mereka kebanjiran...."
Rui-sensei terus melemparkan bola itu. Aku terus berlari menghindari semua serangan yang ada. Saat aku bola itu memantul keatas, tiba-tiba saja bola itu berpindah haluan ke arah ku. Aku sama sekali tidak punya kesempatan untuk menghindari nya bahkan memanggil taurus juga tidak cukup waktu.
Namun, Seseorang berhasil menangkis serangan itu dengan pedangnya. Dan bola itu mulai terpantul lagi. Dan orang itu adalah Renshi.
"Apa kau baik-baik saja, Izuru?"
"Renshi?"
"Sepertinya situasinya cukup rumit ya.... Bagaimana kita mendekati orang itu?"
"Kau benar, Kita harus melakukan sesuatu... "
"Sementara kau berpikir rencananya, Aku akan Mencoba maju dan menyerang nya. Kau mengerti?"
"Ya! Semoga Beruntung, Renshi! "
Aku dan Renshi mulai berlari ke arah yang berbeda. Renshi dengan katananya langsung mencoba menyerang Rui-sensei yang ada di hadapannya. Rui-sensei dengan mudah menghindari serangan Renshi berkali-kali. Hingga Renshi dipukul mundur dengan bola. Beruntung Renshi berhasil menghindar bola itu.
Bola itu semakin bergerak liar dan kemudian mengincar Akagi. Aku yang berada tidak jauh darinya langsung mengeluarkan perisai taurus dan menahan bola itu.
Aku mendorong bola itu hingga ia kembali melambung. Namun perisai ku mengalami kerusakan akibat menahan bola itu.
"Kau tidak apa-apa, Akagi?"
"Ya... Tapi bagaimana dengan mu?"
"Tidak apa-apa, hanya perisai ku yang rusak. Selain itu tidak ada masalah"
"Izuru!"
Kyoya dan Natsumi datang menghampiri kami. Lalu bola datang kembali kearah kami. Kyoya langsung mengaktifkan sihir nya lalu...
"Guardian's!!! Hand!!!"
Sebuah lengan baja raksasa muncul dan menangkis bola itu namun tangan itu juga hancur akibat serangan bola itu.
"Sepertinya percuma saja Memakai tehnik bertahan di Permainan ini. Kita harus menyerang Rui-Sensei langsung untuk mengakhiri permainannya."
"Ya, Renshi dan murid lain juga sedang berusaha menyerang Rui-Sensei, namun itu juga sulit dilakukan."
"Ahhhh!!! Jadi harus bagaimana??!!!"
"Jika begini terus, kita akan gugur satu persatu."
"Kita terlalu panik saat permainan ini dimulai sampai-sampai Kita tidak memikirkan rencana...."
"Jadi bagaimana.... Apa kita punya rencana?"
Semuanya terdiam sejenak karena tidak tahu strategi yang akan dilakukan hingga aku mengeluarkan rencana ku.
"Aku punya rencana... Tapi aku tidak yakin ini 100% berhasil...."
"Rencana? Benarkah?!"
"Ya, aku punya..."
Aku menjelaskan strategi pada Natsumi, Kyoya, dan juga Akagi. Seperti yang aku katakan, Rencana ini belum tentu berhasil.
Para murid sudah banyak yang gugur, hanya beberapa yang masih bisa bertahan termasuk kami. Renshi terus melakukan serangan tanpa henti ke Rui-sensei dan menghindari serangan bola yang datang secara acak.
Renshi mulai kewalahan melawan Rui-Sensei yang terus menghindar dari serangannya.
"Kau benar-benar sangat tangguh ya.... Diantara murid-murid lain yang menyerang ku.... Hanya kau yang masih menyerang sementara yang lain telah kalah."
"Tentu saja... Buat apa aku menyerah... Jika aku masih sanggup"
Setelah mendengar itu, Rui-Sensei sedikit tersenyum.
"Sungguh anak muda yang tangguh... "
Tak lama, Sebuah ular raksasa dengan enam mata muncul di hadapannya lalu segera menyerang Rui-Sensei.
Rui-Sensei langsung menyerang ular itu dengan bolanya ke bagian perut hingga meledak. Namun itu belum berakhir, Sebuah tumbuhan aneh keluar dari perut ular itu. Sebuah bunga mulai muncul di tengah tumbuhan itu kemudian muncul sebuah ledakan dari bunga itu.
Renshi sedikit terkejut dengan serangan itu dan tidak tahu apa yang telah terjadi.
"Apa itu?"
"Apa anda Terkejut, Renshi?"
Ia langsung melirik ke arah Kyoya dan mulai bertanya.
"Apa ini rencana mu, Kyoya?"
"Tidak, Ini bukan Rencana Saya. Ini Rencana Izuru"
"Izuru?"
"Ya, Dan Rencana Selanjutnya Kami butuh Anda."
"Aku?"
Sementara itu Akagi dan Natsumi masih menunggu hasil dari serangan yang mereka buat. Apakah itu berhasil mengenai Rui-Sensei atau tidak.
"Apa kita berhasil?"
"Aku juga tidak yakin..."
Akagi melihat keatas dan gelembung masih belum turun yang berarti Rui-Sensei belum kalah.
"Sepertinya dia berhasil menghindari nya"
"Apa?"
Tiba Bola itu datang dan Bergerak kearah mereka. Natsumi berusaha menahannya dengan apinya.
"Akagi, Awas!!"
Natsumi Berhasil membuat perisai api, Namun itu tidak cukup kuat menahan bola itu. Sehingga mereka terkena serangan bola itu dan gugur.
Rui-sensei menarik bolanya kembali. Aku muncul dari Belakang dengan Pedang Capricorn. Namun belum melancarkan serangan. Aku langsung diserang dengan bola tepat di perut. Membuat ku terpental dan gugur.
"Sepertinya kau terlalu terburu-buru.... Baiklah.... Sepertinya kalian berdua yang tersisa."
Sejak awal, Aku sudah menduga Jika aku tidak bisa Mendekati Rui-sensei. Dan orang yang sanggup mendekatinya adalah Renshi dan Kyoya. Dia adalah penentu dari akhir permainan ini.
"Apa anda Siap, Renshi?"
"Ya, mari kita lakukan...."
Mereka berdua bersiap untuk menyerang Rui-Sensei. Aku dan murid lain hanya bisa melihatnya dari dalam gelembung pelindung.
"Keberhasilan Rencana ini kuserahkan pada kalian. Renshi, Kyoya!"
"Ayo Mulai!"
Mereka mulai berlari dan menyerang Rui-Sensei dengan sihir mereka. Kyoya terus menerus memunculkan monster yang ia punya untuk menghambat pergerakan Rui-sensei. Dan Renshi terus menyerang dengan katana miliknya.
Suasana kini tegang, kami masih berharap kami bisa memenangkan permainan ini.
Beberapa saat kemudian, Kyoya mulai melancarkan serangannya dari belakang Rui-sensei. Rui-sensei dengan spontan menyerang nya dengan bola miliknya dan berhasil membuatnya terpental.
"RENSHI!!! SEKARANG!!!"
Rui-sensei langsung melihat arah sebaliknya dan Renshi sudah berada dekat dengannya. Renshi langsung melakukan serangan sebelum bola kembali mendarat ke tangan Rui-sensei lagi.
Setelah serangan itu berhasil mengenai Rui-Sensei. Suasana menjadi hening sejenak. Namun, Rui-Sensei mulai tertawa Kecil.
"Ternyata tidak seperti yang ku bayangkan.... kalian berhasil mengalahkan ku.... Baru kali ini aku kalah oleh murid ku"
Gelembung mulai turun lalu pecah Setelah mendarat ke tanah. Semua bersorak-sorai karena berhasil memenangkan permainan dari Rui-sensei.
"Baiklah.... Sudah cukup sorak-sorai kalian.... Aku ucapkan selamat atas kemenangan pertama kalian.... Aku akan memberi nilai A+ kepada kalian semua.... Karena waktu pelajaran sudah habis.... Kalian boleh pulang... Sampai jumpa esok hari...."
"YA!!! TERIMAKASIH BANYAK!!!"
Jam Pulang
Pukul 16:30
Aku, Renshi, Akagi, Kyoya, Natsumi berjalan pulang bersama. Natsumi sedikit melakukan peregangan otot lengannya karena sedikit lelah setelah kejadian itu.
"Haaahh~ Capeknya, aku tidak menyangka hari pertama akan seberat ini"
"Ya, benar juga. Untung saja kita menang"
"Ya, itu berkat rencana Izuru. Tanpa rencana itu, kita mungkin akan kalah dalam permainan itu"
"Tidak juga.... Rencana itu tak akan akan berjalan tanpa bantuan mu"
Natsumi sedikit kurang nyaman dengan topik pembicaraan kami. Lalu ia langsung maju dan menghentikan pembicaraan itu
"Aaaaaaah!! Sudahlah!! Tidak perlu membahas siapa yang berguna di rencana itu! Yang penting kita menang bukan?"
"Baiklah... Baiklah... Kami tidak akan bahas lagi deh..."
"Baguslah.... Baiklah, Bagaimana kita menyabut Hari pertama ini dengan Makan di Cafe?"
Natsumi terkadang mempunyai ide yang bagus meski itu simpel. Dan semuanya setuju dengan idenya
"Ide bagus, kebetulan aku juga lapar"
"Aku juga tidak keberatan"
"Saya juga tidak keberatan dengan keputusan Natsumi-sama"
"Cafe ya? Sepertinya menyenangkan..."
"Baiklah! Ikut aku, aku tahu cafe dengan makanan enak sekitar sini!"
Semuanya tertawa gurau di sore yang indah. Begitu juga aku. Namun, tiba-tiba saja perhatian ku teralihkan oleh sesuatu. Aku merasa seseorang mengawasi ku kejauhan. Aku langsung berhenti dan melihat sekitar untuk mencarinya.
"OI!!! IZURU!!! Kenapa berhenti!!"
Natsumi kembali memanggilku membuat ku berhenti mencari orang yang mengawasi ku.
"Ah!!! Maaf!!! Tunggu aku!!"
Yang hanya Ada di pikiran ku cuman satu.
Siapa yang mengawasi ku?
Bersambung....