"Aku sedang mengawal pedagang itu ke kota Amartha tapi di tengah perjalanan kami diserang perampok. Aaaah, aku rugi besar kali ini, ck, ck, ck," ujarnya kesal.
"Apa rombongan pengawal itu kelompokmu?"
Pemuda itu menggelengkan kepala. Ia menerima irisan buah dari tangan Ana dan memakannya perlahan.
"Tidak. Aku bergabung dengan mereka di Kota Liere," jawabnya perlahan lalu mengamati Ana yang duduk di sebelahnya. Matanya memperhatikan penampilan Ana. Gadis itu tak terlihat istimewa, selain wajahnya yang cukup cantik, baju yang dikenakannya biasa, barang bawaannya hanya sebuah tas besar yang lusuh dan sebuah pedang di sebelahnya. Namun, dengan sekali lirikan ia bisa mengetahui jika sarung pedang yang membungkus pedang itu terbuat terbuat dari bahan kulit yang mahal.
"Kau butuh pengawal? bayaranku tak mahal," tanyanya sambil tersenyum kepada Ana.
Ana mengerjapkan matanya sebentar mendengar perkataan pemuda itu.
*****