Pertanyaan itu seringkali muncul setiap ia menelan butir demi butir obat itu. Hingga sekarang ia tak pernah mendapat jawaban pasti atas itu. Termasuk dari Gavin sekalipun.
Rasa kantuk mulai menyerangnya. Kantuk itu begitu berat. Bahkan seperti penenang dosis tinggi. Nishfa lalu membaringkan dirinya di tempat tidur.
Pagi hari ia terbangun saat matahari sudah terbit.
'Astaghfirullah,' gumam Nishfa sambil berlalu ke kamar mandi. Inilah salah satu yang membuatnya malas untuk meminum obat itu. Bangun siang atau bahkan tak sadar dengan waktu salat.
Seusai melaksanakan kewajibannya yang tertunda tadi, ia keluar dari kamar. Semalam ia belum memberi tahu Fira kalau hari ini tak akan ke kantor. Ia bahkan masih memakai gamis rumahan.
Baru beberapa tangga ia turunin. Terlihat Bi Surti sedang mengobrol serius dengan ayahnya.
"Ada Papa," ucap Nishfa pelan, "apa yang dibicarakan Bibi dengannya ya."