Semua pertanyaan itu tak juga menemukan jawaban untuk saat ini. Entah besok atau lusa.
Crish hanya melamun di taman itu. Memikirkan rumah tangganya yang sedang banyak diterpa kesalahpahaman. Rasanya ia ingin pulang ke Geneva dan bersandar pada ibunya.
Sejauh apapun melangkah, tetap saja rumah adalah tempat kembali.
Sementara itu, Allice juga sedang menangis di kamar. Ia merasa rapuh setelah merasa disalahkan Crish tadi.
Ia merasa sudah berusaha berubah jadi tak sensitif. Ia yang pernah sakit parah karena kehilangan Claretta, tak ingin itu semua terjadi lagi.
'Apa aku salah jika khawatir dan tak mau kehilangan putriku sendiri. Memangnya khawatirku berlebihan?' tanya Allice pada dirinya sendiri.
Ia belum menemukan tempat untuk mencurahkan isi hatinya. Padahal berulang kali suaminya memintanya untuk mendatangi psikolog. Tapi, Allice kekeh menolak. Ia tetap pada keyakinannya kalau orang yang ke psikolog berarti mentalnya terganggu.