"Bukankah aku sudah bilang?!"
Duh, gendang telingaku baik-baik saja nggak, ya?
Raisa ini kalau bicara nggak bisa pelan-pelan apa gimana? Eum, sepertinya bukan hal itu yang harus menjadi fokusku. Dia terus memaki-maki dalam panggilan suara beberapa waktu tadi.
"Tapi kamu datang loh," kekehku setengah mengejek.
Ya gimana, ya. Selama ini aku sudah terbiasa memiliki Joo, sampai tak sadar jika ada satu lagi yang bisa disebut sebagai teman. Meski kami nggak dekat-dekat banget tapi untuk dikatakan teman masih bisa loh.
"Tetap saja kakak nyebelin! Gini-gini aku juga harus kerja. It's okey aku ngerti apa yang ada dalam benak kakak, putri sulung dan cucu satu-satunya nggak harus bekerja keras. Tapi aku ini beda!"
Duduh, malu juga ya kalau ngajak jalan Caa ini. Untung saja ini tak seberapa dari pada berdebat dengan wanita ular itu. Aku saja pergi keluar, tapi dia di rumah berkat ulah 'suamiku' dan Bunda.
