Sudah lewat tengah malam ketika aku mendengar pintu kamarku terbuka. Aku tidak bisa tidur, pikiran Aku berputar-putar dengan pikiran.
Berbaring menyamping, aku melihat sosok tinggi itu masuk. Aku tahu itu Remo dari cara dia bergerak, dari tubuhnya yang tinggi, rambut hitamnya yang shock. "Kau sudah bangun," katanya dengan suara rendah.
"Apakah kamu ingin melihatku tidur?"
Dia bergerak mendekat. Wajahnya terbaring dalam bayang-bayang, dan denyut nadiku meningkat. Dia tenggelam di tepi tempat tidur, dan aku berguling telentang.
"Tidak," katanya dengan nada aneh. "Aku lebih suka kamu bangun."
Dia mencondongkan tubuh ke atasku, salah satu lengannya berada di samping pinggulku.
"Apa yang kamu inginkan?" Aku bergumam.
"Aku ingin kamu pergi."
Mataku melebar. "Kalau begitu biarkan aku pergi."